Selasa, 01 Januari 2013

Sepuluh Perintah Berbahagia (5) / Khotbah di Atas Bukit

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

Orang  yang murah hatinya adalah orang yang selalu mau memberi kepada orang lain dengan sepenuh hati, baik waktu, harta dan  hidupnya, bahkan nyawanya  akan diberikan bila memang diperlukan. Walaupun demikian ia tidak pernah kekurangan, karena Tuhan senantiasa memberikan segala sesuatu yang baik dan memberi semua yang dibutuhkan di dalam hidupnya.


Mzm. 23:1-6  Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Orang yang murah hati menunjuk pada seorang yang berbuat baik kepada sesamanya. Ia berbuat demikian karena dorongan dari dalam hatinya, bukan karena ikut-ikutan orang lain, atau karena mempunyai motivasi yang lain. Ia dengan ringan tangan mau membantu orang , baik secara langsung maupun tidak langsung; Ia mau memberi sebagian atau seluruh miliknya kepada orang lain; Ia mau menolong orang yang sedang mengalami kesulitan baik materiil maupun immateriil; Dan ia mau berkorban bagi orang lain, baik yang bersifat fisik maupun non fisik (Luk.10:33-35)

  Luk.10:30-37 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

Ia dengan ringan tangan mau membantu orang , baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini ia dengan senang hati segera membantu orang yang dijumpainya sedang mengalami kesusahan. Ia mungkin akan membantu langsung dengan memberikan uang atau materi kepada orang tersebut, tetapi seringkali ia juga memberikannya lewat orang lain, dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang membuatnya merasa lebih baik bertindak dengan tersembunyi, yaitu dengan  meminta orang lain untuk melakukan baginya. Atau ia tidak memberikan uang/ materi kepada orang itu, melainkan memberinya pekerjaan, atau cukup memberinya nasihat, petunjuk atau pemikiran yang dapat membuka jalan keluar dari kesulitannya.
Dalam membantu orang, ia pun rela memberikan yang dimilikinya baik uang atau materi; bahkan ia rela memberikan seluruh harta yang dimilikinya untuk menolong orang, yang kemungkinan tindakannya itu dapat beresiko bagi dirinya sendiri. Tindakan yang demikian mungkin tidak akan dilakukan kebanyakan orang. Ia bersedia mengorbankan dirinya bagi keselamatan orang lain, walaupun ia harus menanggung penderitaan atas tubuhnya maupun batinnya. Bahkan ia juga rela bilamana harus mengorbankan nyawanya. Yang terakhir ini hanya mungkin dilakukan oleh orang yang mempunyai iman yang sudah dewasa atau mendekati sempurna, seperti juga yang telah dilakukan Yesus Kristus bagi kita (Yoh.15:12-13)

  Yoh.15:9-27 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." 

Tuhan akan memberikan kemurahan pula kepada orang yang bermurah hati kepada sesamanya, karena Tuhan mengukur perbuatan baik manusia dengan ukuran yang digunakan oleh orang itu sendiri. Jadi seorang yang senang membantu, memberi, menolong dan berkorban bagi sesamanya, ia juga akan dibantu, diberi, dan ditolongNya pula; Tetapi banyak orang yang salah mengerti dan berharap pada kemurahan orang lain atas kemurahan hati yang pernah ia lakukan. Orang yang mengerti dengan cara demikian tentunya akan kecewa. Karena yang benar adalah berharap pada Tuhan saja, bukan berharap pada manusia. Banyak orang yang mudah berharap pada manusia tetapi sangat sulit untuk berharap pada Tuhan, padahal Tuhan yang memiliki segalanya; baik kekuasaan maupun kemuliaan di dunia dan di sorga (Mat.6:13; 24:30; Yoh.17:5).
Dan bagi orang yang berkorban dengan meneladani Nya, yaitu mau menyerahkan nyawanya bagi orang lain maka padanya akan diberikanNya kehormatan ditempat yang paling mulia dalam Kerajaan Allah (Why.12:11).

Mat.6:9-15  Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Mat.24:30 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 

Yoh.17:4-5 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Why.12:10-11
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.






Tidak ada komentar: