Kamis, 11 Januari 2018

Manusia dan Mamon (3)

3. Zinah

Luk.16:14-18 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah. Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal. Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah."

Dalam perikop ini Tuhan Yesus Kristus seolah-olah mengganti topik tentang uang atau mamon, tetapi dokter Lukas memberikan keterangan kepada pembaca, bahwa beberapa orang Farisi yang berusaha mencobai Nya adalah hamba-hamba uang, sehingga pembaca Injil mendapat jembatan untuk memahami perkataan Nya mengenai topik "zinah" yang berkaitan dengan praktek kawin cerai yang diberlakukan orang Farisi dengan melegalisirnya atau menjadikannya 'legal' menggunakan hukum Taurat (Mrk.10:1-12).

Mrk.10:1-12 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula. Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?" Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya  dengan membuat surat cerai." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.  Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."

Orang Farisi adalah anggota suatu golongan agama dan politik yang penting pada zaman Perjanjian Baru (Luk.13:31); sama dengan Parisi (Mrk.7:1 TKB). Mula-mula kaum Farisi mempertahankan tradisi para nabi, sedangkan kaum Saduki mempertahankan tradisi para imam (Kis 23:6-10). Kemudian kaum Farisi lebih mengutamakan hal menaati hukum (Kis 26:5). Mereka membuat macam-macam peraturan kecil yang tak berarti, dengan maksud agar dapat menaati secara sempurna setiap peraturan dalam Perjanjian Lama. Banyak orang Farisi sungguh-sungguh bersifat tulus akan agamanya (Kis 5:34-39). Akan tetapi banyak yang lainnya hanya menonjolkan segala upacara agama secara lahiriah saja, dengan sudah melupakan intinya (Mat 23).*

*Ensiklopedia Alkitab Praktis, W>N. McElrath- Billy Mathias, Edisi ke dua, 1989, Lembaga Literatur Baptis jl Tamansari 16 Bandung, 

Tetapi yang menjadi topik pembahasan pada perikop di atas adalah orang-orang Farisi yang menjadi hamba uang atau hamba Mamon. Sebagai kelanjutan dari pembahasan kata kunci ke dua : "setia" yang telah dibahas sebelumnya, kata kunci yang ke 3 adalah kata "zinah" yang berkaitan dengan praktek yang dilakukan orang-orang Farisi, sebagai elit Yahudi, dan yang juga dilakukan masyarakat Yahudi pada umumnya.  Ini adalah praktek akal-akalan orang Farisi agar dapat kawin cerai dengan tidak kehilangan kehormatan dan wibawanya, karena mereka sebagai pemimpin dan ahli Taurat tidak dapat memenuhi perintah hukum Taurat yang ke 7 dari Sepuluh Perintah Allah (dekalog); yang sebenarnya bukan hanya  melarang perceraian saja, melainkan mempunyai tuntutan yang jauh lebih luas dari pada hanya perceraian saja. Sebagaimana diajarkan Tuhan Yesus Kristus, bahwa orang yang melakukan "zinah" sudah diperhitungkan mulai dari dalam hatinya (Mat,5:27-32)

Mat.5:27-32. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. 

Dan mengikuti ajaran Tuhan, rasul Paulus menetapkan orang yang diperbolehkan menjadi penatua (Yun: presbuteros atau majelis gereja) salah satu syaratnya yang harus dipenuhi adalah hanya "mempunyai satu istri," disamping harus seorang yang mempunyai iman yang sudah berbuah (Tit.1:5-16). Dikatakan satu istri, tentu yang dimaksudkan adalah istri sejak muda, bukan istri satu tetapi hasil praktek kawin-cerai.

Tit.1:5-16. Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu, yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. Sebab sebagai pengatur rumah  (yun. oikonomos) Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya. Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran. Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan. Seorang dari kalangan mereka, nabi mereka sendiri, pernah berkata: "Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas." Kesaksian itu benar. Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran. Bagi orang suci semuanya suci ; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis. Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.

Dengan menghubungkan antara hamba mamon dengan kata "zinah" maka dapat dipahami, perkataan Tuhan Yesus di atas adalah satu peringatan kepada orang yang mengagungkan uang, bahwa mereka akan terperangkap ke dalam perzinahan, yang akhirnya akan membawa mereka kepada maut (Mat 7:21; 1Kor.6:9-10) walaupun mereka telah beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Hal itu terjadi bila gereja mengijinkan perkawinan ke dua terhadap orang yang bercerai dari pasangan yang disahkan dan berkati dalam nama Tuhan. Karena mereka telah mengabaikan firman Tuhan dengan sengaja. dan mereka berdalih merestui untuk menghindarkan mereka dari dosa perzinahan. Mereka sebenarnya mengetahui praktek pernikahan ulang di atas sebenarnya melanggar perintah Tuhan.  Dan praktek seperti itu terjadi oleh karena ragi orang Farisi dan ragi Herodes yang telah mencemari dan mengkhamirkan gereja (Mrk.8:15).
Yang disebut ragi orang Farisi adalah kelakuan dan perbuatan sebagian besar orang Farisi yang munafik, sedangkan ragi Herodes adalah perbuatan tidak senonoh dengan mengawini Herodias istri Filipus, saudaranya, sehingga kemudian diprotes oleh Yohanes Pembaptis (Mrk.6:17).

Mat.7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

1Kor.6:9-10 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Mrk.8:15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

Mrk.6:17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara  berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri.

Selasa, 02 Januari 2018

Manusia dan Mamon (bagian 2)

2. Setia.

Kata kunci yang ke dua adalah "setia" (yun: pistos) yang dilawankan dengan kata "tidak benar" (yun: adikos) yang terdapat dalam kalimat; "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar" (Luk.16:10-13).

Luk.16:10-13."Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." 

Kata "setia"  (yun: pistos) mempunyai makna 'bisa dipercaya,' sehingga perkataan Tuhan diatas dapat diterjemahkan sebagai: "Barangsiapa 'bisa dipercaya' dalam perkara-perkara kecil, ia bisa dipercaya juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  



Arti kata 'setia' dalam bahasa Yunani di atas berbeda dengan makna dalam bahasa Indonesia (KBBI), yang berarti 1 berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya); patuh; taat: bagaimanapun berat tugas yang harus dijalankannya, ia tetap -- melaksanakannya; ia tetap -- memenuhi janjinya2 tetap dan teguh hati (dalam persahabatan dan sebagainya): telah sekian lama suaminya merantau, ia tetap -- menunggu; 3 berpegang teguh (dalam pendirian, janji, dan sebagainya): walau hujan turun dengan lebatnya, ia tetap -- memenuhi janji pergi ke rumah kawannya; (KBBI). 


Sedangkan persamaan kata (sinonim) 'setia' dalam bahasa Indonesia adalah

1.disiplinloyalmenurutpatihpatuh 
2. taatteguhtunakwafaabsolut .
3. andalbaktiberbaktibenarelok
4. lurussabarsadiktabahtawad

Dan lawan kata (antonim) dari 'setia' adalah mungkirmenyeleweng, tetapi Tuhan menggunakan kata "tidak benar" (yun: adikos) yang berarti: tidak adil, tidak jujur, tidak percaya. Maka kalimat di atas sekarang  dapat diterjemahkan menjadi:"Barangsiapa setia (pistos = bisa dipercaya) dalam perkara-perkara kecil, ia setia (pistos = bisa dipercaya) juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar (tidak adil, tidak jujur, tidak dapat percaya) dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar (tidak adil, tidak jujur, tidak dapat percaya) juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur (adikos), siapakah yang akan mempercayakan (pistos) kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia (pistos) dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." 

Dalam perikop ini Tuhan Yesus Kristus mengajarkan supaya orang beriman berlaku setia (pistos) atau dapat dipercaya dalam hal harta kekayaan duniawi (uang) atau mamon. Karena harta kekayaan duniawi adalah perkara kecil dimata Tuhan, sedangkan perkara besar yang sesungguhnya adalah harta yang di sorga sesuai yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus dalam Injil Matius 
(Mat.6:19-24).


Mat.6:19-24 
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. " 

Jadi menjadi jelas sekarang bahwa dalam Injil Matius yang dimaksudkan "setia dalam perkara-perkara kecil" adalah cara pandang orang beriman berkenaan dengan harta kekayaan duniawi (uang) atau mamon. Orang beriman yang hatinya tidak  melekat pada harta kekayaan duniawi (uang), adalah hamba Allah, bukan hamba Mamon. Dan dinilaiNya sebagai orang yang mempunyai mata yang baik (yun: haplous = sehat, murni, baik; murah hati), sedangkan orang yang hatinya melekat pada uang atau harta duniawi dinilaiNya mempunyai mata yang jahat (yun: poneros = jahat, buruk, penuh dosa).

Dengan pemahaman ini maka menjadi jelas bahwa yang dimaksudkan dengan "setia dalam perkara kecil" adalah sikap hati orang beriman berkenaan dengan harta kekayaan duniawi (uang) atau mamon. Tuhan Yesus Kristus mengajarkan supaya setiap orang beriman mempunyai mata yang baik, yang artinya ia mempunyai hati yang sehat, murni, baik dan murah hati berkaitan dengan uang atau mamon. Dan ia tidak menempatkan uang atau mamon sebagai harta paling berharga, melainkan menjadikannya sebagai alat untuk memperoleh harta di sorga, yaitu dengan berbuat baik (kasih) kepada sesamanya (Mat.22:39; Luk.10:25-37). 

Mat.22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu,ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.


Luk.10:25-37 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"