Selasa, 13 Agustus 2019

HIKMAT ALLAH DAN HIKMAT DUNIA (Yak.3;13-18)

Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai. (Yak.3;13-18)

Kutipan surat di atas merupakan petunjuk bagi jemaat Yahudi diaspora, yang tersebar diseluruh wilayah Romawi pada abad pertama (antara tahun 62-69 M) masa Yakobus, saudara Yesus Kristus, yang hidup dan melayani jemaat Yerusalem. Petunjuk itu masih berlaku bagi jemaat kristen dari berbagai bangsa, suku, dan bahasa yang tersebar diseluruh dunia pada masa sekarang maupun jemaat kristen pada masa yang akan datang.
Dengan tulisannya itu ia memberi petunjuk yang sangat berharga, sehingga jemaat dapat membedakan pengajaran manakah yang benar, yaitu pengajaran yang sesuai dengan firman Tuhan, yang tidak menyimpang dari pengajaran Yesus Kristus, karena banyak pengajaran yang sesat, yang menyimpang dari firman Tuhan tetapi yang tidak disadari oleh jemaat.

Surat Yakobus di atas memberikan petunjuk dengan sangat jelas, tetapi banyak jemaat (mungkin) tidak dapat mengerti secara utuh. Untuk itu maka di bawah ini dibuat sebuah daftar untuk membedakan hikmat Allah (hikmat yang dari atas) dari hikmat dunia (hikmat manusia).

Hikmat Allah                                                                            Hikmat Dunia
(hikmat yang dari atas)                                                         (hikmat manusia)
                                              mempunyai ciri-ciri:

- Lahir dari kelemahlembutan                                   - Menaruh perasaan iri hati dan 
                                                                                    mementingkan diri sendiri
                                                                                   
- Murni
- Pendamai
- Peramah
- Penurut
- Penuh belas kasihan dan
  buah-buah yang baik
- Tidak memihak
- Tidak munafik                                                          - Dari nafsu manusia, 
                                                                                     dari setan-setan 

                                                                                             - Ada kekacauan dan 
- Buah yang terdiri dari kebenaran                              segala macam perbuatan jahat.              ditaburkan dalam damai untuk                                                                                           mereka yang mengadakan damai.    

Daftar diatas membedakan pengajaran yang sesuai dengan firman Tuhan dari pengajaran yang sesat.  Pengajaran yang  sesuai dengan firman Tuhan adalah pengajaran yang lahir dari kelemahlembutan, mempunyai pengajaran yang murni, bebas dari kepentingan; pengajaran dari atas adalah pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak, tidak munafik. Oleh karena itu  hikmat Allah merupakan buah dari kebenaran dan hanya dapat diterima oleh mereka yang sudah bertobat yaitu orang yang mempunyai Roh Tuhan.

Sebaliknya pengajaran dari hikmat dunia timbul dari perasaan iri hati dan mementingkan diri sendiri untuk memperoleh keuntungan. Hikmat yang demikian pada dasarnya adalah dari nafsu manusia untuk memuaskan dagingnya (Gal.5:19-21), karena tipu daya setan-setan. Hasil dari padanya adalah timbulnya kekacauan dan segala perbuatan jahat, yang diberi label "firman Tuhan" supaya memberikan kesan rohani.   

Gal.5:19-21 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya

Dari surat Yakobus, kita juga mendapat petunjuk bahwa untuk memperoleh hikmat yang dari atas itu, orang percaya harus menanamkan sifat  "lemah lembut"  sebagaimana  yang diajarkan Yesus Kristus dalam Injil (Mat.5:5; 11:29).    

Mat.5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.           
Mat11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu  akan mendapat ketenangan.     

Kata "Lemah lembut" yang disebutkan Yesus Kristus sering sulit dimengerti, dan  pada umumnya dimengerti dengan banyak  makna yang normatif, seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) "Lemah lembut" berarti: baik hati (tidak pemarah dan sebagainya); peramah;  sehingga kita tidak dapat menangkap makna yang dimaksudkan Tuhan Yesus Kristus. Demikian juga dalam Kamus Bahasa Yunani-Indonesia kata "lemah lembut" dari kata "praus"  yang berarti: rendah hati, sopan. Oleh karena itu, untuk mengerti makna kata "Lemah lembut", orang percaya harus mendapat pencerahan. Pencerahan itu sendiri tidak mungkin dapat diperoleh dengan menggunakan akal dan kecerdasan atau kebijakan manusiawi (Mat11:25). Tetapi pencerahan itu dapat ditemukan oleh orang percaya yang melakukannya. Jadi bilamana pencerahan itu hanya dapat dimengerti oleh orang yang telah melakukannya terlebih dahulu sebelum ia sendiri mengerti, maka satu-satunya yang bisa terjadi hanyalah karena adanya "keberuntungan" atau "karunia Tuhan."

Mat11:25  Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. 

Setelah diberi "karunia Tuhan" itu maka orang percaya mengerti bahwa makna yang tepat dari "lemah lembut" yang dimaksudkan Tuhan Yesus Kristus, yaitu: "perduli." sehingga perkataan Tuhan dalam Injil Matius 5:5 dapat dibaca: Berbahagialah orang yang perduli (kepada sesamanya), karena mereka akan memiliki bumi, berarti: orang yang "perduli" atau mau memperhatikan atau mengasihi sesamanya akan bahagia karena akan dikasihi oleh Tuhan dan manusia. Dan perkataan Tuhan dalam Injil Matius 11:29 berarti: Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku perduli (kepadamu) dan rendah hati dan jiwamu  akan mendapat ketenangan. 

Kembali pada pembahasan di atas, yakni tentang nasihat  dalam surat Yakobus; dengan mengerti makna yang tepat untuk kata "lemah lembut" yang dimaksud Tuhan, maka kita mendapat petunjuk: Bahwa untuk memperoleh hikmat yang dari atas orang percaya harus menumbuhkan sikap "lemah lembut" dalam dirinya, yaitu dengan mulai "perduli" kepada sesamanya, mau berbagi apa saja yang dapat meringankan beban hidup saudara dan sesama manusia.
Maka kesimpulan dari semua pembahasan di atas, adalah: "Hikmat yang dari atas hanya dapat lahir dari kelemahlembutan," maka kata kunci dari padanya adalah PERDULI kepada saudara-saudara dan sesama manusia.