Jumat, 03 Mei 2013

Renungan (20): Tentang Buah Roh (bagian 3)


SUKACITA

Seorang yang mempunyai sukacita, adalah orang yang menjalani hidup dengan hati yang gembira, bergairah, peramah dan murah senyum, dimana ia menjalani hidupnya tanpa merasa mempunyai beban yang sangat berat.
Sukacita adalah perasaan yang timbul di dalam hati seorang yang bersyukur atas apa yang telah diperolehnya, karena semuanya itu semula jauh dari angan-angan nya dan dirasa mustahil untuk dapat diraih nya. Sehingga ketika ia mendapatkannya ia merasa terkejut, senang, dan bersyukur karenanya. Bagi orang percaya perasaan sukacita ini timbul setelah menerima anugerah keselamatan karena pengampunan dosa-dosanya oleh Yesus Kristus. Ia merasa lega seperti seorang yang diangkat bebannya (Mat.11:28-30), dari beban berat yang telah dipikul nya sekian lama. Karena nya ia merasakan hidup nya menjadi ringan sehingga membuat nya menjadi peramah kepada semua orang yang ditemuinya, mudah menyapa dan murah senyum kepada semua orang.

Mat.11:28-30. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.

DAMAI SEJAHTERA

Seorang yang mempunyai damai sejahtera , adalah orang yang selalu bersyukur atas apa yang diperoleh nya sebagai berkat dari Tuhan, tidak ambisius, tidak serakah, dan jiwanya selalu dalam keadaan tenang.
Damai sejahtera adalah keadaan hati seseorang yang merasa puas sehingga jiwanya menjadi tenang, dan karena nya ia sudah tidak lagi mengejar keinginannya untuk mendapatkan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Ia bersyukur atas apa yang diterimanya, apapun bentuknya dan berapapun jumlahnya. Ia bersyukur bila mendapatkan uang yang banyak, tetapi ia juga bersyukur ketika mendapatkan jumlah yang lebih sedikit, ia merasa cukup dengan apa yang ada padanya dan perasaanya tidak terpengaruh oleh keadaan. Baginya hidup itu sendiri lebih penting dari pada segala atribut kebendaan yang menyertainya dan ia tidak bergantung pada kekayaan yang dimilikinya, tetapi hanya bergantung pada Allah saja (Mat.6:25-34, Luk.12:13-21). 

Mat.6:25-34. "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatiran nya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Luk.12:13-21. Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbung ku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." 

KESABARAN

Seorang yang mempunyai kesabaran adalah orang yang selalu dapat menunggu segala sesuatu, dapat mengerti kelemahan orang lain dan mempunyai persediaan maaf yang tidak terbatas.
Ia dengan sabar menunggu waktu orang untuk menyadari semua perbuatan jahat yang dilakukan kepadanya dan ia tetap bersedia memaafkan kesalahannya, biarpun sudah berulang kali dilakukan orang kepadanya. Perbuatannya didasari oleh prinsip bahwa "Tidak ada yang ingin menjadi orang jahat, semua ingin menjadi orang baik dan saleh. Jikalau ada yang melakukan perbuatan jahat, tentu ada penyebab yang mendorong perbuatan nya itu. Sehingga bilamana diberi kesempatan untuk memperbaikinya dan mendapat jalan untuk berubah, ia tentu akan menyesal dan bertobat, ia tidak akan melakukan perbuatan jahat lagi". 
Seorang yang mempunyai kesabaran adalah orang yang bersedia menderita, bahkan rela menyerahkan nyawanya bagi orang lain (Yoh.15:9-17).

Yoh.15:9-17. "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
 

KEMURAHAN

Seorang yang mempunyai kemurahan adalah orang yang selalu mau memberi kepada orang lain, baik waktu, harta benda, atau hidupnya sekalipun.
Ia selalu mau menolong orang yang membutuhkannya dengan sepenuh kekuatan dan kekayaan yang ada padanya. Ia memberi dengan tidak membedakan, ia memberinya dengan penuh kerelaan, tulus dan tanpa maksud terselubung. Ia memberi oleh karena panggilan hatinya, bukan karena ingin mendapat pujian atau agar dipandang sebagai orang yang baik atau dermawan. Oleh karena itu ia sering melakukannya dengan tersembunyi, tidak dengan pengumuman dimana-mana, dan apa yang telah dilakukan dipandangnya sebagai perbuatan yang yang biasa-biasa saja, perbuatan yang  sewajarnya dan pebuatan yang sepantasnya dilakukan seorang beriman, bukan merupakan hal yang istimewa dan yang tidak membanggakan yang dilakukannya itu (Mat.6:1-4). Semua yang dilakukannya didasarkan pada pemahaman bahwa apa yang dilakukannya karena melakukan perintah Tuhan saja, dan menganggap semua harta benda yang dimilikinya merupakan pemberian Tuhan semata (Luk.17:7-10). 

Mat.6:1-4. "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Luk.17:7-10. "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

KEBAIKAN

Seorang yang mempunyai kebaikan adalah orang yang selalu melakukan segala sesuatu demi kepentingan orang lain.
Ia senantiasa melakukan perbuatan baik kepada semua orang, baik kepada orang yang sudah dikenalnya maupun kepada orang yang belum pernah dikenalnya. Hidupnya dipenuhi dengan pelayanan kepada sesamanya, terutama kepada orang yang sedang dalam kesulitan dan kepada orang yang kurang beruntung  hidupnya. Walaupun hidupnya tidak berkelimpahan dengan harta, namun ia tetap mau berbagi kepada sesamanya dan selalu perduli pada orang-orang yang ada disekelilingnya. Ia tidak melakukan perbuatan yang besar dan spektakuler, tapi kehadirannya memberi kesejukan dan kenyamanan bagi banyak orang (Mat.25:31-46).


Mat.25:31-46. "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamana kah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamana kah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamana kah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah tersedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."  

KESETIAAN

Seorang yang mempunyai kesetiaan adalah orang yang tidak mudah berubah pikiran dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang dipikirkan dan yang telah diucapkannya.
Ia seorang yang dapat dipercaya, baik dalam perkataannya maupun dalam perbuatannya. Ia adalah seorang yang memegang teguh kehormatannya dan imannya. Ia tidak akan menggadaikan imannya dengan segala benda duniawi, dan ia juga tidak akan pernah melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan imannya itu. Ia setia kepada Tuhan Yesus Kristus dan hidup sesuai dengan firman Tuhan (Mat.7:21-29).

Mat.7:21-29. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjub lah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

KELEMAHLEMBUTAN

Seorang yang mempunyai kelemahlembutan adalah orang yang memperlakukan orang lain dengan penuh kasih dan perhatian.
Ia seorang yang selalu mempunyai kepekaan terhadap keadaan orang lain, sehingga ia akan mengerti kebutuhan orang lain, walaupun ia tidak diberitahu secara langsung akan kebutuhan mereka. Ia adalah seorang yang mempunyai emphati yang tinggi terhadap orang-orang disekelilingnya. Ia tidak menonjolkan diri tapi kehadirannya menarik perhatian orang lain karena sikapnya yang mau perduli itu. Dalam melayani orang lain ia tidak pernah memikirkan untung-rugi, tapi yang dipikirkannya adalah daya upaya agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi mereka, ia melakukannya seperti untuk melayani Tuhan Yesus Kristus (Mat.26:6-13). 

Mat.26:6-13. Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: "Untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia." 

PENGUASAAN DIRI

Seorang yang mempunyai penguasaan diri adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, serta tidak melakukan segala sesuatu yang dibenci Tuhan.
Ia senantiasa melakukan perbuatan-baik dengan wajar, tidak berlebihan atau overacting; dan   pelayanannya ditunjukan kepada Tuhan bukan kepada manusia. Ia melayani tidak menurut selera dan keinginan pribadi, tetapi menurut keinginan dan kebutuhan orang yang dilayaninya. Oleh karena itu ia dapat menjaga dari segala kesalah-pahaman, yang dapat merugikan, misal dengan menjaga diri agar tidak terjadi perjinahan, perselisihan, permusuhan, dendam, fitnah, dan kekerasan (Mat.5:27-32).

Mat.5:27-32. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.
 

Kamis, 02 Mei 2013

Renungan (19): Tentang Buah Roh (bagian 2)


KASIH

Kasih yang dimaksud disini adalah kasih ilahi (Yun: agape), yaitu kasih seperti yang dimiliki oleh Allah. Kasih yang pernah dituntut oleh Yesus Kristus kepada Petrus, dengan pertanyaan yang sama sampai tiga kali. Namun jawaban Petrus tidak memuaskan Yesus Kristus karena ia tidak dapat memenuhi tuntutanNya untuk mengasihi Tuhan dengan kasih illahi (agape), melainkan hanya dapat mengasihiNya dengan kasih persaudaraan atau kasih persahabatan (filea), seperti yang diceritakan  dalam Injil Yohanes (Yoh.21:15-19).

Yoh.21:15-19. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agape) Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (filia) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agape) Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (filia) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (filia) Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi (filia) Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (filia) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." 

Pertama-tama mendengar jawaban Petrus, Yesus Kristus tidak puas dan mengulang pertanyaan yang sama dengan harapan Petrus bisa memberikan jawaban seperti yang diinginkanNya. Tapi setelah Ia mendengar jawabannya yang sama dengan jawaban pertama, maka Ia dengan masghul dan kurang bersemangat, akhirnya bertanya untuk yang ketiga kalinya dengan mengikuti jawaban Petrus. Oleh karenanya Petrus menjadi sedih karena tidak menjawab sesuai keinginan gurunya. Tentu ia bisa menjawab asal saja sesuai keinginan Yesus, tapi ia adalah seorang yang jujur dan tidak mau berbohong; lagipula andaikata ia menjawab hanya untuk menyenangkanNya padahal tidak sesuai dengan hatinya, itu akan diketahuiNya juga dan akan membuatNya lebih kecewa.
Cerita ini memberi petunjuk bagi murid-murid yang lain, termasuk juga murid-murid Yesus Kristus pada masa setelah Ia naik ke sorga sampai masa kini dan sampai kedatangan Yesus Kristus kembali; bagaimana seharusnya murid-murid mengasihiNya, sehingga tidak  membuatNya kecewa.

Dalam surat rasul Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus berusaha menerangkan secara teliti tentang kasih (agape), dengan menggunakan metoda analisis, yang menguraikannya atau memilah-milahnya menjadi sifat-sifat kasih yang lebih sempit. Ini merupakan pola berpikir filsafat Yunani yang dianut oleh orang Romawi pada masa itu. Cara ini dipilihnya supaya jemaat Korintus yang dikirimi suratnya dapat mengerti, karena orang-orang disana terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi yang sudah terbiasa menggunakan pola berpikir filsafat Yunani. 
Pada kenyataan yang sebenarnya kasih (agape) tidak mungkin dipilah-pilah, karena sifat-sifat kasih itu saling berkaitan, saling mendukung dan menjadi satu kesatuan. Kasih (agape) seperti halnya cahaya yang terpancar dari sebuah berlian, dimana cahaya yang terpancar terlihat berwarna-warni (merah, jingga, kuning, hijau, biru sampai ungu). Ketujuh warna itu tidak mungkin dipisahkan satu per satu berdasarkan warnanya, karena warna tertentu akan  nampak menurut sudut pantul nya. 
Seperti halnya cahaya diatas maka kasih dipilah-pilah menjadi beberapa karakter yaitu: sabar; murah hati; tidak cemburu. Tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri-sendiri. Tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Tidak bersukacita karena ketidak-adilan, tetapi karena kebenaran. Menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1 Kor.13:4-7). Semua karakter itu sebenarnya tidak mungkin dapat dipisahkan satu persatu menurut masing-masing karakternya, karena semuanya merupakan satu kesatuan, dan salah satu karakter kasih akan terlihat didalam diri seorang beriman ketika berinteraksi dengan orang lain yang ditemui dalam hidupnya. 

1) Orang yang sabar adalah mereka yang senantiasa mau memberi maaf pada orang yang bersalah kepadanya.

Petrus pernah menanyakan kepada Yesus Kristus mengenai topik ini, ia menanyakan berapakalikah sebaiknya seseorang harus mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Dan jawaban Yesus adalah tujuh puluh kali tujuh , yang artinya bahwa mengampuni orang itu harus dilakukan setiap saat, bila ada orang yang bersalah kepadanya (Mat.18:21-35). 
Marilah berhitung: 70 x 7 kali = 490 kali, sedangkan seseorang mempunyai waktu berinteraksi dengan orang lain hanya pada saat ia sedang dalam posisi tidak tidur. Misalkan ada orang yang tahan tidur hanya empat jam sehari, maka setiap harinya ia dapat berinteraksi dengan orang lain selama dua puluh jam. Jadi selama satu jam (60 menit) ia hanya bisa mengampuni orang yang bersalah kepadanya sebanyak 490 : 20 = 24,5 kali, atau 4,9 kali setiap 12 menit atau harus mengampuni orang yang sama  setiap 2 menit 24 detik. 
Adalah mustahil akan ada seseorang yang sangat jahat yang melakukan kesalahan setiap 2,5 menit sekali kepada satu orang saja. Kalau ada orang yang seperti itu maka ia harus bersama-samanya sepanjang hari dari bangun tidur sampai tidur lagi untuk melakukan kesalahan kepada satu orang yang sama itu dan tidak melakukan kegiatan lain, bahkan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sendiri sehari-hari, seperti: makan, minum, buang air kecil, buang air besar, mandi, bekerja; dan waktu untuk berinteraksi dengan orang lain.
Sabar yang seperti ini yang dimaksud Tuhan Yesus harus dilakukan oleh murid-muridNya. Bilamana orang beriman dapat melakukannya maka dikatakan Tuhan Yesus, bahwa ia benar-benar mempunyai kasih (agape).

Mat.18:21-35. Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

2) Orang yang murah hati adalah mereka yang dengan tulus mau memberikan pertolongan kepada semua orang yang membutuhkan.

Tuhan Yesus memberikan sebuah contoh seorang yang murah hati dalam sebuah cerita kepada ahli Taurat yang bermaksud mencobaiNya, yaitu tentang seorang  Samaria yang menolong orang Yahudi yang terluka parah, akibat perampokan dan penganiayaan  di jalan menuju kota Yerikho.

Luk.10:30-37. Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

Tuhan Yesus tidak  menerangkan kasih (agape) dengan kata-kata yang sulit atau dengan filsafat yang bisa membuat orang yang mendengarnya menjadi pusing, melainkan Ia menggunakan sebuah cerita untuk menggambarkan seorang yang mempunyai kasih dan yang menolong orang lain yang tertimpa kesusahan tanpa melihat keberadaannya, melainkan atas panggilan hatinya semata. Ia melakukannya tidak hanya sekedarnya saja atau sebatas kepantasan saja, tapi dengan sepenuh hati dan dengan sungguh-sunguh untuk menolongnya, hal ini terlihat ketika ia tidak kikir menggunakan  kekayaannya untuk menolong orang Yahudi yang malang itu.

Pada masa Yesus, orang Yahudi menganggap dirinya sebagai keturunan Abraham, dan menjadi ahli  warisnya atas janji Tuhan Allah kepada Abraham. Mereka memandang rendah orang-orang Samaria, karena mereka keturunan Yahudi yang tidak murni, mereka keturunan Yahudi campuran dengan bangsa-bangsa lain. Dalam cerita ini terlihat jelas bahwa Yesus menceritakannya untuk menyindir ahli Taurat itu dan orang-orang lain yang merasa baik dan saleh, bahwa mereka tidak mempunyai kasih (agape) bila mereka tidak melakukan perintah Tuhan Allah dan mereka tidak lebih baik dari pada orang Samaria yang dipandangnya rendah, tetapi justru yang telah melakukan kasih (agape).

Berkaitan dengan cerita Orang Samaria itu, Yesus Kristus juga mengajarkan dalam perumpamaan lain agar murid-murid menggunakan kekayaannya untuk berbuat baik dan menolong sesamanya (Luk.16:1-14), agar mereka layak disebut sebagai muridNya dan beroleh tempat di dalam KerajaanNya.

Luk.16:1-14. Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."  
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia.

3) Orang yang tidak cemburu adalah mereka yang merasa senang dengan kesuksesan orang lain, walaupun dirinya sendiri kurang sukses.

Yohanes Pembaptis adalah contoh yang sangat jelas mempunyai karakter ini, yang ia nyatakan dengan perkataannya kepada murid-muridnya yang mengadukan perihal banyak orang yang pergi kepada Yesus, sehingga orang yang datang dan mengikut Yohanes semakin lama semakin berkurang. Yohanes menanggapinya dengan bijaksana dan memberi jawaban yang menyejukan,  sehingga mendinginkan hati murid-muridnya yang panas karena (mungkin) mendapat hasutan dari seorang Yahudi.

Yoh.3:22-36. Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." Jawab Yohanes: "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

Pada masa gereja mula-mula sampai masa sekarang  sering terjadi persaingan antar gereja, antar denominasi, dan antar kelompok (1.Kor.1:11-13; 3:1-4); yang sebenarnya tidak akan pernah terjadi apabila pemimpin-pemimpin gereja mempunyai kasih (agape) seperti yang dituntut Tuhan Yesus kepada rasul Petrus.

1.Kor.1:11-13. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?
 
1.Kor.3:1-4. Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

4) Orang yang tidak memegahkan diri dan tidak sombong adalah mereka yang menerima kesuksesan dirinya dengan bersyukur, sehingga tidak lupa bahwa semua itu dikaruniakan Tuhan, bukan semata-mata karena hasil usahanya sendiri.

Karakter yang satu ini juga sangat nampak pada pribadi Yohanes Pembaptis, yang nyata dari pernyataannya kepada murid-muridnya, bahwa Ia harus makin kecil, tetapi Yesus harus makin besar (Yoh.21:15-19). Dan pernyataan Yohanes Pembaptis itu sesuai dengan yang diajarkan Yesus Kristus kepada murid-murid, agar tidak memegahkan diri, melainkan untuk memposisikan diri sebagai hamba (Luk.17:7-10).

Luk.17:7-10. "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

5) Orang yang tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri adalah mereka yang senantiasa ingat bahwa Tuhan menyertainya, sehingga ia selalu menjaga dirinya agar dapat hidup sesuai dengan kehendakNya.

Berkenaan dengan karakter yang satu ini, Yesus Kristus sudah memberikan peringatan kepada murid-murid untuk berjaga-jaga dan berdoa, karena Iblis senantiasa mengintai orang beriman untuk menggoda dan mencobainya dengan berbagai cara (dengan perjinahan dan ketamakan) untuk memikat orang beriman supaya jatuh dalam dosa sehingga menjadi tidak layak bagi Kerajaan Sorga (Mat.26:36-43; 1Ptr.5:8-9).
 
Mat.26:36-43. Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat

1Ptr.5:8-9. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.

6) Orang yang tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain adalah mereka yang mau memahami kekurangan orang lain dan menerimanya dengan ikhlas.

Mengenai hal ini Yesus Kristus mengajarkan apabila sedang mengadakan upacara korban bakaran (sebagai penebus dosa dalam tradisi Yahudi di dalam Bait Allah), ia teringat akan sesuatu perbuatan atau perkataannya yang bisa membuat orang lain tidak senang padanya, maka ia harus bergegas berdamai dengannya (Mat.5:23-26).  Dengan perkataan ini Yesus Kristus mengajarkan bahwa adalah percuma melakukan upacara-upacara yang hanya bersifat simbolik, tetapi tidak peka terhadap orang lain dalam hubungan sosialnya sehari-hari. Karena dalam kehidupan keseharian inilah seorang beriman ditempa dan dibentuk dengan segala kesulitan dan masalah, baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun dalam interaksinya dengan orang lain. Interaksinya ini yang kemudian akan mendewasakan imannya, sehingga ia menjadi tidak mudah emosi dan tidak mudah marah, serta mau memaafkan orang yang bersalah kepadanya dengan sepenuh hati. Dan ia harus sadar bahwa Allah sedang mendidik dan menempa dirinya supaya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi setiap hari (Ams.27:17).
Dalam pengertian yang sama rasul Paulus juga mengingatkan jemaat Efesus, agar tidak bertengkar sampai matahari terbenam (Ef.4:26-27). 

Mat.5:23-26. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
     
Ams.27:17. Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. 

Ef.4:26-27. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

7) Orang yang tidak suka dengan ketidakadilan, tetapi karena kebenaran adalah orang yang hidup jujur sesuai dengan hati nuraninya/ suara Roh Kudus.

Roh Kudus senantiasa menyertai setiap orang percaya dan diam dalam dirinya (Yoh.14:15-17), maka ia tidak akan melakukan segala sesuatu yang melanggar kehendak Tuhan Allah, baik dalam hubungannya dengan usaha, pekerjaan, pergaulan, bahkan dalam perkataan dan dalam pikirannya, karena ia diberi kemampuan untuk itu dengan kehadiran Roh Kudus dalam dirinya; ia akan selalu berlaku jujur terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, maupun terhadap Tuhan Allah. Bila dikatakannya 'ya' atau 'tidak' maka itu adalah yang sebenar-benarnya yang ada di dalam hati dan pikirannya. Ia tidak akan mengatakan 'ya' padahal sebenarnya 'tidak', atau sebaliknya mengatakan 'tidak' padahal sebenarnya 'ya' (Mat.5:33-37).

Yoh.14:15-17. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. 

Yoh.14:25. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.


Mat.5:33-37. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Roh Kudus juga senantiasa  mengingatkan orang percaya akan firman Tuhan dan membimbingnya untuk hidup menuruti keinginan roh. Dan tidak menuruti keinginan daging, yang selalu mendorongnya melakukan perbuatan dosa untuk memuaskan keinginan dagingnya, yaitu melakukan percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, dan pesta pora (Gal.5:19-26).  

Gal.5:19-26. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.


8) Orang yang menutupi segala sesuatu adalah mereka yang tidak suka membesar-besarkan masalah. Masalah besar akan dibuatnya menjadi kecil, dan masalah kecil akan dibuatnya menjadi bukan masalah.

Orang yang hidup di dunia senantiasa mempunyai masalah, walaupun orang itu sudah percaya  kepada Tuhan Yesus Kristus. Tetapi seorang yang percaya tidak akan membesar-besarkan masalah yang ada padanya, karena ia mau berserah kepada Tuhan sehingga hatinya akan tetap dipenuhi dengan sukacita dan damai sejahtera. Besar atau kecil masalah bersifat relatif, artinya bahwa suatu masalah yang dihadapinya akan dapat menjadi besar apabila ia menganggapnya besar; dan menjadi kecil apabila ia menganggapnya kecil. Bahkan suatu masalah bagi seseorang dapat menjadi bukan masalah bagi orang yang lain. Semuanya itu bisa terjadi tergantung pada seberapa besar iman seseorang, semakin besar imannya semakin mudah ia menyelesaikan masalahnya, karena ia tidak akan ceroboh meresponnya dengan melakukan banyak tindakan salah, yang akan justru membuat masalah baru, sehingga masalahnya menjadi besar dan meluas kemana-mana. Seorang yang mempunyai iman yang kuat akan mudah sekali memaafkan kesalahan orang lain, dan tidak membesar-besarkan masalah yang ada, bahkan dapat menganggapnya tidak ada.

Mat.17:14-21. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.)"

9) Orang yang percaya segala sesuatu adalah mereka yang percaya pada janji Tuhan.

Orang beriman akan percaya bahwa semua Firman Tuhan akan digenapi, tidak ada yang tidak digenapi. Ia percaya bahwa Allah Abraham adalah Allah Trinitas, Allah yang mempunyai tiga pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Ia percaya bahwa Yesus adalah Allah Anak yang diutus Allah Bapa turun dari sorga menjadi manusia sebagai mesias atau kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. Ia percaya bahwa Allah Bapa dalam nama Yesus Kristus yang mengutus Allah Roh Kudus ke dunia setelah kenaikanNya ke sorga. Dan Ia juga percaya bahwa Yesus Kristus dengan penuh kemuliaan akan turun kembali ke bumi untuk menjemput orang-orang kudusNya.

10) Orang yang mengharapkan segala sesuatu adalah mereka yang mengharapkan penggenapan janji Tuhan .

Orang beriman  dapat tetap percaya bahwa janji Tuhan akan digenapi, walaupun secara akal sehat manusia sepertinya semua itu tidak mungkin dan mustahil dapat terjadi. Semua itu dapat dilakukan orang beriman tidak melihat dengan mata inderawinya, melainkan melihat dengan menggunakan mata rohani. Sesuatu yang dilihat dengan mata inderawi sesuatu hal terlihat mustahil dapat terjadi, bagi mata rohani menjadi mungkin saja terjadi. Karena mata inderawi hanya mampu melihat yang terlihat di depan matanya saja, tetapi tidak mampu melihat jauh ke masa depan, yang hanya dapat dilihat dengan mata rohani. Dengan menggunakan mata rohani inilah orang beriman mempunyai harapan atas penggenapan janji Tuhan sehingga dapat bertahan dari segala godaan dan cobaan yang datang kepadanya sepanjang hidupnya di dunia. Yaitu harapan tentang kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus ke dunia; dan harapan akan hidup kekal di dalam Kerajaan Allah yang dijanjikanNya.

11) Orang yang sabar menanggung segala sesuatu adalah mereka yang terus menerus mengharap penggenapan janji Tuhan itu walaupun harus mengalami hambatan dan siksaan, baik secara batin maupun secara fisik.

Dalam mengharapkan penggenapan janji Tuhan, orang beriman dengan sabar tetap bertahan dari segala godaan, yaitu segala sesuatu kesempatan untuk mendapatkan kenikmatan-kenikmatan duniawi yang  sifatnya sementara yang akhirnya akan berujung pada dosa; dan segala cobaan, yaitu segala  kesusahan dan kesulitan yang membuat hidupnya tidak nyaman secara manusiawi, baik secara jasmani maupun batin, tetapi yang akan membuat imannya bertumbuh menjadi dewasa yang pada akhirnya akan memberikan hidup kekal  dan hidup bahagia bersama-sama Tuhan di sorga.