Jumat, 18 Mei 2012

RENUNGAN(12):Tentang Mimpi, Penglihatan, Nubuat Dan Pembukaan Firman.


Mimpi merupakan pengalaman hidup manusia yang sudah umum diketahui oleh semua orang, dan sering disebut orang sebagai "bunga orang tidur", dan orang yang berangan-angan untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, juga dikatakan sebagai "mimpi di siang hari bolong." Tetapi yang dimaksud dengan 'mimpi' disini bukan mimpi seperti yang umum diketahui oleh orang; mimpi yang dimaksud adalah mimpi yang berisi firman Tuhan yang disampaikan kepadanya yang berisi berita, pemberitahuan, pengajaran, teguran, perintah atau penghiburan.
Seorang beriman yang berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan sering mendapat jawaban lewat mimpi, dalam hal ini orang yang bersangkutan mengerti makna mimpi tersebut. Tetapi bila ia tidak mengerti makna mimpi itu hendaknya ia berdoa meminta petunjuk Tuhan atau mencari orang yang mempunyai karunia bernubuat untuk menanyakan makna mimpi itu kepada Tuhan Yesus.

Kej.20:3  Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman kepadanya: "Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami."

Bil.12:6  Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi.

Yl. 2:28 "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.

Mat. 1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.

Penglihatan terjadi disaat seorang beriman sedang berdoa dan menyembah Tuhan, dimana pada saat ia sedang khusuk menyembahNya,  dalam benaknya muncul sebidang layar putih seperti layar bioskop dan pada layar itu muncul  gambar. Orang yang bersangkutan biasanya langsung mengerti makna gambar penglihatan itu. 
Perbedaannya dengan mimpi adalah bahwa mimpi terjadi pada saat seseorang sedang tertidur sedangkan penglihatan terjadi pada saat seseorang sedang dalam keadaan khusuk sembahyang. Dan biasanya mimpi merupakan gambar hidup (bioskop) yang tidak berwarna, hanya hitam-putih saja, sedangkan penglihatan merupakan gambar tunggal (slide) yang berwarna-warni.

Kej. 15:1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."

Why. 9:17 Maka demikianlah aku melihat dalam penglihatan ini kuda-kuda dan orang-orang yang menungganginya; mereka memakai baju zirah, merah api dan biru dan kuning belerang warnanya; kepala kuda-kuda itu sama seperti kepala singa, dan dari mulutnya keluar api, dan asap dan belerang.

Nubuat adalah firman Tuhan yang disampaikanNya kepada satu orang saja atau sekelompok orang melalui mulut seseorang yang mempunyai karunia bernubuat. Firman itu berisi pengajaran, penghiburan, atau teguran kepada orang lain atau kepada diri orang yang bernubuat itu sendiri. Nubuat terjadi di persekutuan orang beriman, atau disaat ia sedang sembahyang secara pribadi di kamarnya.

1 Kor.14:3  Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur.

Pembukaan firman adalah pencerahan yang diperoleh orang beriman tentang firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Seorang yang mendapatkan pembukaan firman ia seperti dibukakan pikirannya sehingga mengerti maksud firman yang dibacanya atau yang diingatnya, dan firman itu seperti menunjuk langsung pada dirinya agar ia memperhatikannya. Pada kasus ini Tuhan sendiri yang berfirman langsung kepadanya, untuk menghibur, menguatkan, mengajar, memberi perintah, atau menegur. 
Makna firman itu dimengertinya tidak melalui proses berpikir dalam otaknya, tetapi seperti kilat yang melintas dibenaknya dan ia langsung mengerti apa yang dimaksudkan firman itu. Pengertian yang diperolehnya itu diluar pemikiran otak manusia, tetapi bila ditelaah lebih mendalam akan nyata kebenarannya, yang tidak terbantahkan. Hasil pengertian itu bersifat baku, dalam arti bahwa pengertian itu tidak pernah berubah selamanya dan kemudian membentuk susunan yang saling mendukung dan kompak serasi dengan banyak pembukaan firman yang diperolehnya berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian . 

Pembukaan firman  yang diperoleh oleh seorang dengan seorang yang lain tidak pernah mempunyai makna yang saling bertentangan, biarpun pengertian itu diperoleh seseorang yang hidup dahulu kala yang berjarak sampai ratusan tahun bahkan sampai ribuan tahun lamanya, dengan pembukaan firman yang diperoleh seorang yang hidup kemudian. Perbedaan dapat terjadi bila ada intervensi dari kepentingan (ego) orang yang bersangkutan, dalam hal ini jelas pembukaan firman yang diperolehnya bukan dari Tuhan melainkan berasal dari pikirannya sendiri. 
Untuk mengetahui suatu pembukaan itu benar dari Tuhan atau bukan, maka yang dapat dilakukan adalah mengujinya dengan firman Tuhan yang ada dalam Alkitab. Bila senafas dan tidak bertentangan maka pembukaan firman itu tentu benar adanya.

Cara lain yang lebih sederhana untuk menguji apakah mimpi , penglihatan, nubuat, dan pembukaan firman itu benar dari Tuhan Yesus atau bukan, adalah dengan jalan 'melupakannya' saja; dengan berlalunya waktu, mungkin sampai beberapa hari atau beberapa minggu, atau beberapa bulan, atau beberapa tahun, bila pembukaan firman yang diperolehnya bukan dari Tuhan Yesus maka ia akan segera melupakannya; tetapi bila itu benar dari Tuhan maka firman itu akan terus mengejarnya; firman itu akan terngiang-ngiang terus dalam benaknya, tidak dapat dilupakannya sampai orang itu mau memperhatikannya, makin lama tuntutan firman itu tidak melemah tetapi justru semakin lama semakin kuat, dan memaksanya untuk memperhatikan dan meresponnya.
Sebagai contoh kejadian seperti ini dapat kita membaca pengalaman nabi Yunus yang berusaha mengingkari firman Tuhan, yang memberinya perintah agar ia memperingatkan orang-orang Niniwe agar mau bertobat atas segala dosa yang mereka perbuat. Walaupun pada mulanya Yunus tidak mau pergi ke Niniwe dan berusaha mengingkarinya, tetapi dengan segala cara akhirnya ia dikirimkan Tuhan kesana.

Yun.1:1-4:11 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."
............................................................Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"


Kamis, 17 Mei 2012

RENUNGAN ( 11 ): Tentang Hidup Menurut Roh

Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (Rm.8:3-6

Hidup menurut Roh mempunyai banyak istilah yang maknanya sama, antara lain: hidup oleh iman; hidup oleh Roh; hidup dipimpin oleh Roh; hidup baru; hidup menurut kehendak Allah; atau hidup menurut perintah Allah; tetapi perlu ada penjelasan tentang apa yang dimaksudkannya itu. Hidup menurut Roh adalah suatu cara hidup yang berdasarkan iman kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga seorang beriman akan hidup menurut tuntunan Roh Kudus yang datang kepadanya, tuntunanNya itu biasanya disampaikan melalui pembukaan firman, nubuat, mimpi dan penglihatan. Ketika ia mendapatkannya, ia segera sadar dan mengetahui bahwa itu firman Tuhan dan tanpa keraguan ia segera melakukannya sesuai  dengan petunjuk dari firman itu; yang isi pesannya adalah suatu perintah, nasihat, pengajaran, penghiburan atau teguran kepadanya.

Rm.1:17  Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Gal.5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,

Rm.6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Ptr.4:6  Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.

2Yoh.1:6  Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.

Ay.33:14-16  Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya. Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur, maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran

Seorang beriman yang mendapatkan "pembukaan firman" dan melakukannya sesuai dengan firman itu akan mendapat lagi "pembukaan firman" yang lain. Semakin rajin ia melakukannya semakin sering ia mendapatkan "pembukaan firman", ini yang dimaksudkan dengan perkataan Tuhan Yesus dalam perumpamaannya tentang talenta.

Mat. 25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

Karena seorang yang diberi "pembukaan firman" adalah seperti seseorang yang masuk kedalam suatu gedung yang sangat panjang, yang terdiri dari banyak kamar yang bersambung-sambungan dan kamar-kamar itu dihubungkan satu dengan yang lain oleh satu pintu yang masih tertutup. Seseorang yang berjalan masuk kedalam kamar-kamar itu harus mulai dari kamar pertama; untuk masuk kamar ke dua harus berjalan masuk melalui kamar pertama sampai pada pintu ke dua, dan untuk masuk kamar yang ke tiga ia harus berjalan melalui kamar ke dua sampai pada pintu yang ke tiga, demikian secara berturut-turut ia harus berjalan dari satu kamar kepintu kamar selanjutnya sampai pada kamar yang terdalam.
Pembukaan firman yang diberikan kepadanya ibarat pintu kamar pertama yang dibukakan, bilamana ia mau melakukannya, ia sama dengan melangkahkan kakinya memasuki kamar pertama itu. Ketika ia melangkahkan kakinya sampai di depan pintu kamar ke dua, ia akan diberi pembukaan yang ke dua, demikian seterusnya ia akan diberikan pembukaan firman yang ke tiga dan pembukaan-pembukaan firman yang selanjutnya.

Mazmur Daud juga menggambarkan pengalaman Daud mendapat bimbingan TUHAN Allah melalui "pembukaan firman" dimana ia kemudian menyampaikannya dalam satu mazmur dengan mengibaratkannya sebagai seorang yang sedang berjalan pada malam hari menggunakan pelita yang di pasangkan pada kedua ujung kasut kakinya, bila ia berjalan di dalam gelapnya malam maka sekitar jalan didepannya sejauh dua tiga langkah di depanya akan diterangi oleh terang dari pelita itu, tetapi jarak yang lebih jauh dari itu masih gelap, demikian setiap ia melangkah maka jalan yang di depannya akan menjadi terang, sehingga ia dapat berjalan selangkah demi selangkah dengan selamat sampai tujuan; terhindar dari lobang, genangan air, atau tersandung batu dan cabang pohon yang menghalang, bila ia tidak menggunakan pelita itu, dan terhindar dari malapetaka.

Maz. 119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

Seiring dengan seringnya ia melakukan "pembukaan firman", imannya akan bertumbuh, sesuai dengan pengetahuannya tentang firman Tuhan dan pembaharuan hidupnya. Dan perubahan itu akan nampak oleh orang yang ada disekitarnya sebagai "manusia baru" yang selalu bersyukur karena hidupnya dipenuhi dengan perasaan sukacita dan damai sejahtera. Dalam hidupnya tidak ada lagi perasaan kuatir atau tertekan hal-hal dunia lagi, karena seluruh beban hidupnya sudah diserahkannya kepada Tuhan; sebagaimana ajakan Tuhan Yesus yang telah difirmankanNya dalam Injil:

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Mat.11:28)

Hidup menurut Roh bukan suatu hal yang mudah, karena seseorang yang mau menjalaninya harus meninggalkan semua keinginan dagingnya dan lebih mementingkan kehendak Allah; tetapi bukan hal yang mustahil yang tidak mungkin dilakukan, karena bila ada kemauan untuk melakukannya dan setelah terbiasa ia akan dapat melakukan semua perintah Tuhan yang datang kepadanya dengan ringan dan seperti tanpa beban, karena ia melakukannya dengan senang-hati.

"Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat.11:29-30)

Rabu, 16 Mei 2012

RENUNGAN ( 10 ): Tentang Berpuasa


'Berpuasa' dilakukan oleh murid-murid Yohanes Pembaptis dan orang-orang Farisi dan hal ini diberitakan di dalam ketiga injil selain Injil Yohanes; tetapi Injil Matius memberikan keterangan bahwa yang mengajukan pertanyaan itu adalah murid Yohanes, dalam Injil Markus yang bertanya adalah orang umum; sedangkan Injil Lukas yang menanyakan adalah orang Farisi. Tetapi ketiganya memberitakan perkataan Tuhan Yesus yang membicarakan tentang hal berpuasa  dengan kalimat yang sama persis. Hal ini bukan karena kesalahan dari penulis Injil melainkan karena mereka mempunyai sumber cerita yang berbeda. Dengan demikian maka hal ini bisa dijadikan dasar untuk mengambil satu kesimpulan, bahwa  perihal 'berpuasa'  dalam banyak kesempatan, sering sekali ditanyakan orang kepada TuhanYesus ; baik oleh murid-murid Yohanes Pembaptis, orang awam , maupun oleh orang-orang Farisi. Dengan jawaban Tuhan Yesus yang konsisten terhadap pertanyaan itu berulang-ulang maka menjadikannya satu pokok pengajaran Tuhan Yesus yang sangat jelas.   

Mat.9:14-15 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.

Mrk.2:18-20 Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.

Luk.5:33-35  Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." 

Penggalan perkataan Tuhan Yesus di atas merupakan petunjuk bahwa orang beriman setelah ditinggalkanNya naik ke sorga akan 'berpuasa' seperti yang biasa juga dilakukan oleh penganut  agama lain, yang bagi mereka tindakan itu dilakukan sebagai tindakan penyucian diri atas semua dosa-dosa yang telah  mereka lakukan sebelumnya. Atau merupakan suatu usaha untuk melakukan pendekatan kepada Sang Pencipta agar diberikan berkah di dalam hidupnya (Luk.2:36-37). Tetapi 'berpuasa' yang dimaksud oleh Tuhan Yesus sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh penganut agama-agama itu.

Luk.2:36-37  Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

Berpuasa yang dimaksudkanNya adalah berpuasa untuk tujuan tertentu dan dilakukan hanya cukup sekali saja seumur hidupnya. Karena berpuasa yang dilakukan adalah berpuasa untuk mengalahkan setan dan iblis, dan lama berpuasa adalah empat puluh hari empatpuluh malam tanpa makan dan minum (Mat.4:2). Seorang yang berpuasa menurut perintah Tuhan Yesus itu hanya diharuskan bagi murid-muridNya yang sudah dianggap layak, sebagai persiapan untuk pelayanan yang akan diberikan Tuhan kepadanya. Jadi puasa yang diperintahkan Tuhan itu sangat berbeda sifatnya dengan puasa yang dilakukan oleh murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi. Dan murid Tuhan Yesus yang dianggap belum layak tidak akan diperintahkanNya melakukan puasa itu.

Mat.4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya lapar lah Yesus.

Mat.6:16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Dalam pengajaran gereja yang dianggap murid Yesus adalah semua orang yang percaya dan beriman kepadaNya, namun dalam hal ini yang dianggap murid adalah orang yang menyerahkan hidupnya dan berikrar tidak kawin karena namaNya serta sudah dibaptis roh, mereka adalah murid lingkaran dalam (lihat pemuridan oleh Tuhan Yesus (9). Bagi mereka yang mejadi murid lingkaran dalam akan mendapatkan pengajaran langsung dari Nya (Gal.1:11-12) dengan melalui penglihatan dan mimpi  serta karunia-karunia Roh yang diberikan kepadanya.

Gal.1:11-12 Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.








Selasa, 15 Mei 2012

RENUNGAN ( 09 ): Tentang Hidup Membujang


Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Ia pun menyembuhkan mereka di sana.Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." (Mat.19:1-12)

Jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan orang-orang Farisi di atas sungguh diluar dugaan mereka, karena pertanyaan yang diajukan orang-orang Farisi berkaitan dengan salah satu pokok perdebatan saat itu yang merupakan pertanyaan yang sulit. Para ahli Taurat yang mengikuti pandangan Hillel beranggapan bahwa seorang suami boleh menceraikan istrinya dengan berbagai alasan bahkan alasan yang tidak masuk akal sekalipun. Para penganut Shammai mempunyai pendapat bahwa perceraian hanya diperbolehkan apabila terjadi perzinahan. Sebenarnya orang Farisi mengajukan pertanyaan itu kepada Tuhan Yesus; mereka sudah   tahu jawaban dari mashab Hillel dan mashab Shammai mengenai pokok pertanyaan ini, tetapi mereka bermaksud untuk menguji Nya.

Pandangan Hillel maupun pandangan Shammai ditentangNya dan Ia memberikan satu pandangan yang mengatasi kedua pandangan itu, yaitu suatu pandangan yang menentang segala bentuk perceraian. Menurut Nya perceraian hanya bisa terjadi hanya bila salah satu dari pada pasangan suami-istri meninggal dunia.
Selanjutnya Ia memberikan pernyataan atas tanggapan murid-muridNya tentang pandanganNya itu, ketika murid-murid berpendapat "Jika demikian halnya hubungan suami-istri, lebih baik tidak kawin." 
Dalam pernyataanNya itu Ia membedakan ada tiga kelompok orang yang tidak kawin/ hidup membujang, yaitu:
1) Tidak dapat kawin karena cacat fisik/ mental dari sejak lahir.
2) Tidak dapat kawin karena orang lain.
3) Tidak dapat kawin karena Kerajaan Sorga.

1) Tidak dapat kawin karena cacat fisik/ mental dari sejak lahir.

Keadaan orang yang cacat fisik yang menjadikannya tidak dapat kawin adalah cacat fisik yang berhubungan dengan alat reproduksi, hal demikian tidak dapat ditolak oleh karena adanya kelemahan pada organ tubuh yang terkait. Sedangkan orang yang cacat mental menjadikannya tidak dapat kawin karena walaupun secara fisik pertumbuhannya normal tetapi pertumbuhan mentalnya tertinggal, sehingga hasrat biologis yang berhubungan dengan reproduksi tidak tumbuh. Orang yang mengalami hal demikian secara alami tidak mengalami hasrat biologis, dan menjadikannya tidak kawin.
Sebagai contoh orang yang cacat fisik yang menjadikannya tidak dapat kawin, misalnya: Seorang laki-laki yang tidak mempunyai buah peler/ testis sejak dilahirkan, atau seorang perempuan yang dilahirkan tidak mempunyai  indung telur/ ovarium. Dan contoh orang yang cacat mental yang menjadikannya tidak dapat kawin, misalnya: Seorang yang dilahirkan lemah mental/ ideot, sehingga sepanjang hidupnya ia tidak pernah bertumbuh menjadi dewasa.

2) Tidak dapat kawin karena orang lain

Orang yang termasuk dalam kelompok ini secara fisik dan mental mengalami pertumbuhan yang normal tetapi karena suatu sebab baik disengaja maupun tidak disengaja mengalami kerusakan pada organ reproduksinya, contoh orang seperti ini adalah orang yang mengalami kecelakaan atau dikebiri oleh orang lain. Disamping itu dapat pula karena mengalami kisah kegagalan cinta yang menjadikannya tidak mempunyai minat terhadap perkawinan. Atau justru karena sepanjang hidupnya tidak ada lawan jenisnya yang tertarik untuk mengawininya atau ia sendiri tidak menemukan orang yang ingin dikawininya.

3) Tidak dapat kawin karena Kerajaan Sorga.

Orang yang masuk dalam kelompok ini adalah orang beriman kepada Tuhan Yesus dan mendapatkan pengalaman rohani, yang mendorongnya mau berikrar untuk tidak kawin sepanjang hidupnya dan   menyerahkan hidup serta masa depannya bagi Tuhan Yesus. Orang yang demikian menganggap ikrarnya sebagai persembahan hidup yang menyenangkan Tuhan.(Rm.12:1)

Rm.12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Tetapi ada juga orang yang berikrar untuk tidak kawin diakibatkan  karena cintanya mengalami kegagalan; yang demikian semestinya bukan persembahan hidup yang menyenangkan Tuhan; melainkan hanya suatu pelarian dari perasaaan kecewanya saja. Dengan demikian apa yang dilakukannya akan ditolak Tuhan dan menjadi suatu perbuatan yang sia-sia.
Seorang yang mengucapkan ikrar dihadapan Tuhan Yesus harus dengan motivasi yang benar, yaitu: karena iman, sehingga ia berusaha melakukan sepenuhnya apa yang diajarkan Tuhan kepadanya. Pengajaran itu ia peroleh melalui pembukaan firman dari membaca Injil, nubuat, penglihatan, mimpi, maupun khotbah dalam kebaktian, baik dalam persekutuan maupun dalam saat teduh pribadi.
Seorang beriman yang berikrar untuk tidak kawin berarti ia merelakan masa depannya yang masih panjang kepada Tuhan dan mempersembahkan kesuksesan duniawi yang mungkin akan dapat dicapainya demi Tuhan. Dalam hal ini tentunya ikrar itu dilakukan selagi ia masih muda, kuat, penuh semangat dan masa keemasan kariernya masih terbuka lebar. Ketika itu tentunya ia masih berusia kurang dari tiga puluh sampai tiga puluh lima tahun. Tiga puluh tahun untuk seorang wanita dan tiga puluh lima tahun untuk seorang laki-laki.

Banyak orang beriman yang berikrar tidak kawin, mengkuduskan dirinya dan mempersembahkan hidupnya seutuhnya bagi Tuhan, tetapi karena motivasinya kurang benar atau karena kurang pengetahuan, kemudian berbalik ditengah jalan. Banyak yang berikrar karena terdorong semangat yang berapi-api tetapi kemudian setelah beberapa lama berubah, hal ini disebabkan karena pengalaman hidupnya yang baru; bisa karena bertemu dengan seseorang yang dirasakan mencocoki hatinya sehingga ia memutuskan untuk kawin saja, atau karena keadaan yang mendorongnya menjadi bersemangat kepada Tuhan ketika itu, telah berubah, sehingga ia menjadi tidak bersemangat lagi. Hal itu mungkin adalah godaan atau cobaan yang diperkenankan Tuhan, untuk menguji kesungguhan dari ikrarnya itu.

Seorang yang berikrar akan mengalami pertumbuhan iman yang mengubah pandangan hidupnya, karakternya, dan pengetahuannya akan Tuhan Yesus dan kehendak Nya. Ia akan bertumbuh dari manusia duniawi berubah menjadi manusia rohani, yang kemudian pada tingkatan yang paling sempurna akan bertumbuh menjadi seorang yang menyerupai Tuhan Yesus sendiri.(Mat.10:24-25)

Mat.10:24-25  Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.



Senin, 14 Mei 2012

RENUNGAN ( 08 ): Tentang Kebahagiaan



'Kebahagiaan' adalah kata benda yang melukiskan keadaan yang sangat nyaman, aman, sejuk, sehat dan banyak ungkapan lain yang menyatakan  keadaan yang menyenangkan hati manusia yang hidup di dunia yang fana ini. Banyak orang yang mengejarnya dengan mengerahkan segala daya, pikiran dan kekuatannya untuk meraihnya, namun sedikit sekali (hampir dikatakan 'tidak ada') manusia yang kemudian mendapatkannya.  Penyebabnya karena banyak orang yang tidak mengerti dengan benar arti kata 'bahagia' yang ingin mereka raih itu. Kebanyakan orang membayangkan bahwa bila mereka dapat meraih yang mereka inginkan, mereka akan mendapat 'Kebahagiaan' itu. Tapi ternyata ketika dapat meraih keinginannya, mereka tidak merasakan 'Kebahagiaan' seperti yang mereka impi-impikan sebelumnya. Ketika itu yang muncul adalah perasaan puas sejenak kemudian perasaan itu menipis yang akhirnya hilang dan timbul keinginan yang baru. Siklus seperti itu terjadi berulang-ulang tiada henti sepanjang masa hidupnya dan baru berhenti setelah ia dipanggil Tuhan. Bila demikian maka apakah arti 'Kebahagiaan' yang sebenarnya ?
Untuk mengetahuinya, makna yang sebenarnya dapat dicari dalam Injil; karena Injil adalah 'khabar gembira' yang  bersifat kekal, tidak hanya sementara waktu saja.

Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus memberikan sepuluh perintah 'Berbahagia'  kepada pendengarNya (lihat tulisan tentang Khotbah Di Bukit (10), supaya mereka memperoleh 'Kebahagiaan' sejati yang tidak berkesudahan itu. 'Kebahagiaan' itu akan dirasakannya di dunia yang fana ini dan terus berlanjut sampai pada kehidupannya di alam baka yang kekal abadi. 
Perintah itu sebenarnya adalah petunjuk tentang cara bagaimana agar manusia dapat memperoleh 'kebahagiaan' itu, mulai dari tahap awal sampai pada tahap yang paling sempurna. Tahap awalnya seseorang harus beriman/ percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Tanpa melalui tahap awal ini seseorang tidak akan dapat melalui tahap-tahap selanjutnya. Pada tahap yang paling sempurna orang itu harus siap untuk martir demi nama Tuhan Yesus, karena melalui martir ia akan menemukan 'Kebahagiaan'  di dalam Kerajaan Allah.

Dengan demikian maka semua orang yang berpikir bahwa 'Kebahagiaan' akan diperoleh dengan mengejar keinginan-keinginan duniawi adalah sesuatu pikiran yang jauh panggang dari api. Karena orang yang mengejar kekayaan duniawi setelah memperolehnya pada kenyataannya tidak memperoleh 'Kebahagiaan' itu; Keadaan yang demikian secara implisit sebenarnya telah dikatakan Tuhan Yesus dengan perkataan: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Mat.19:23-24)

Dalam perkataanNya itu terkandung satu peringatan kepada pendengarNya, bahwa kekayaan duniawi yang dikejar manusia itu tidak akan memberikan 'Kebahagiaan' kepadanya, karena 'Kebahagiaan' hanya dapat ditemukan di dalam Kerajaan Sorga.
Dan pada kesempatan lain Tuhan Yesus juga mengatakan: "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakan nya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakan nya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Mat. 6:19-20)

Jadi 'Kebahagiaan' itu bukan sesuatu yang terdapat pada segala harta duniawi seperti yang dipikirkan oleh manusia pada umumnya, melainkan sesuatu yang bersifat rohani yang hanya dapat dirasakan di dalam hati, yaitu: perasaan sukacita damai sejahtera yang mengisi setiap relung hati manusia yang telah menemukannya. Karena itu Tuhan Yesus berseru: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Mat.11:28-29)
 
Dari ajakan ini sangat jelas bahwa yang ditawarkan Tuhan Yesus dengan kalimat "jiwamu akan mendapat ketenangan" adalah 'Kebahagiaan' yang sesungguh-sungguhnya, yang sebenarnya dicari dan diidam-idamkan oleh orang-orang dari segala bangsa sepanjang sejarah manusia. 
Perhatikan juga nasihat raja Salomo yang dikenal sebagai seorang raja yang kaya raya, yang berlimpah-limpah harta dan hikmatnya dan tidak ada manusia yang dapat melebihinya. Ia telah berkata: "Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang." (Ams.14:30)
Dan juga perkataan Tuhan Yesus : "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk.11:28) (bersambung....lihat: 'Khotbah di Bukit')

 

Sabtu, 12 Mei 2012

RENUNGAN ( 07 ): Tentang Jabatan Dalam Gereja


Pada masa kini jabatan dalam gereja sudah mengalami distorsi, tidak lagi seperti yang ada di dalam gereja mula-mula, yaitu pada masa para rasul masih hidup. Pada masa itu jabatan dalam gereja ada lima dimana kelima pejabat gereja itu melakukan fungsinya di dalam pelaksanaan ibadah jemaat. Kelima jabatan itu  adalah:
1) Gembala, yang bertugas sebagai pemimpin sidang jemaat gereja.
2) Guru, yang bertugas menerangkan firman Tuhan yang diperolehnya melalui penerangan Roh Kudus.
3) Pengajar, yang bertugas memberikan pengajaran firman Tuhan kepada jemaat.
4) Nabi, yang bertugas sebagai alat menyuarakan firman yang langsung datang dari Tuhan.
5) Rasul, yang bertugas memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum tahu tentang khabar keselamatan dari Tuhan

Ef. 4:11-13 Dan Ia lah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar- pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,

2Tim. 1:11 Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.

Dalam gereja masa sekarang jabatan gereja yang ada hanya gembala-sidang/ pendeta, majelis dan pengerja, yang tugas mereka adalah:
- Gembala-Sidang/ Pendeta, bertugas sebagai pelayan firman/ berkhotbah.
- Majelis-Gereja, bertugas mengatur organisasi gereja.
- Pengerja-Gereja, bertugas membantu Pendeta di dalam menggembalakan jemaat.

Jabatan dalam gereja itu diberikan kepada anggota jemaat didasarkan pada karunia Roh Kudus yang ada padanya yang diberikan Tuhan Yesus kepada mereka.
Jabatan Rasul diberikan kepada anggota jemaat yang paling sedikitnya sudah mendapatkan karunia berbahasa roh.
Jabatan Nabi diberikan kepada anggota jemaat yang paling sedikitnya sudah mendapatkan karunia berbahasa roh dan karunia bernubuat.
Jabatan Pengajar diberikan kepada anggota jemaat yang paling sedikitnya sudah mendapatkan karunia berbahasa roh dan karunia hikmat.
Jabatan Guru diberikan kepada anggota jemaat yang paling sedikitnya sudah mendapatkan karunia berbahasa Roh, karunia bernubuat dan karunia berkata-kata dengan pengetahuan/ makrifat.
Jabatan Gembala diberikan kepada orang yang sudah mendapatkan karunia berbahasa roh, karunia bernubuat, karunia membedakan roh.
Jabatan itu bersifat fleksibel, dimana seorang anggota jemaat yang mempunyai karunia-karunia Roh di atas dapat bertindak sebagai kelima jabatan itu, dalam arti pada saat yang sama ia bisa menjadi rasul, pengajar maupun sebagai guru seperti Rasul Paulus. Atau merangkap kelima jabatan itu sekaligus, bila tidak ada anggota jemaat yang mempunyai karunia Roh; tetapi bila ada baiknya jabatan itu diberikan kepada anggota jemaat yang mempunyai karunia Roh yang bersangkutan tersebut.

Adalah sangat sulit menemukan berbagai-bagai karunia di dalam satu jemaat gereja pada masa sekarang, oleh karena alasan itulah maka jabatan gereja kemudian bergeser menjadi yang ada seperti yang tersebut di atas. Bagaimana sampai terdistorsi sedemikian rupa, hal itu tidak terlepas dari sejarah gereja Kristen yang menjadi mapan setelah dijadikan gereja negara/ gereja khatolik pada abad empat masehi. Sebab pada masa-masa setelahnya para imam/ uskup dipilih secara politis, bukan didasarkan dari karunia-karunia lagi, dan uskup mempunyai posisi yang sangat strategis bahkan sempat berkuasa melebihi raja pada waktu itu. Mulai abad dua puluh yang lalu terjadi gerakan kharismatik yang mulai membangunkan kembali karunia-karunia Roh di dalam jemaat gereja, tetapi kemudian pertumbuhannya melambat karena masuknya pengajaran yang tidak sesuai dengan Injil. Gereja kembali menjadi duniawi/ sekuler dan lebih konsentrasi pada pembangunan fisik, lebih dari pada yang rohani, dengan alasan membangun Kerajaan Allah di Bumi.
Alasan yang demikian sangat jelas bertentangan dengan ajaran Tuhan Yesus, karena Ia mengatakan bahwa KerajaanNya bukan dari pada dunia ini.

Yoh.18:36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

Akankah gereja kembali menjadi gereja seperti pada masa para rasul ? hal itu tergantung pada kegerakan gereja-gereja pada masa kini. Walaupun nampaknya tidak mungkin itu dapat terjadi pada masa kini, tetapi tidak berarti tidak mungkin terjadi, karena bila Tuhan berkehendak maka segala sesuatu bisa saja terjadi.

Mat. 19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."



RENUNGAN (06): Tentang Persembahan Persepuluhan


'Persembahan Persepuluhan' atau 'Perpuluhan' adalah salah satu topik yang paling peka dalam pengajaran gereja. Disatu sisi 'Persembahan Persepuluhan' harus diajarkan agar iman jemaat bertumbuh, tetapi di sisi lain pengajaran tentang 'Persembahan Persepuluhan' juga menimbulkan apatisme jemaat terhadap gembala-sidang/ pendeta, terutama terjadi pada jemaat Gereja Pentakosta. Hal itu terjadi kemungkinan karena banyak kasus manipulasi pengajaran 'Persembahan Persepuluhan' yang dilakukan oknum pendeta yang berusaha mendapatkan kekayaan duniawi bagi dirinya sendiri dengan dalih bahwa 'Persembahan Persepuluhan' itu diperuntukan bagi pekerjaan Tuhan.
Pengajaran tentang 'Persembahan Persepuluhan' akan dapat  menumbuhkan iman jemaat, karena dengan melakukan 'Persembahan Persepuluhan' jemaat dilatih untuk mengasihi Tuhan, sebagai pengamalan Hukum Taurat  seperti yang diajarkan Tuhan Yesus  (Mat.22:37-40), yaitu: dengan cara  'Persembahan Persepuluhan' itu dikumpulkan oleh gereja dan kemudian disalurkan kepada masyarakat di lingkungan dimana gereja itu berada, untuk membantu orang-orang miskin atas nama gereja, bukan atas nama pendeta atau jemaat secara perseorangan. 

Mat.22:37-40 Jawab Yesus kepadanya "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." 

Kelebihan dari cara pendistribusian bantuan model ini adalah:
a. Jemaat tidak merasa bangga dengan dana yang dikeluarkannya melalui persembahan persepuluhan.
b. Orang miskin yang mendapatkan bantuan tidak mengetahui orang yang membantunya.
c. Nama Tuhan dipermuliakan dan memberikan kesaksian akan kasih Tuhan kepada mereka.
d. Jemaat yang bersangkutan imannya bertumbuh dan pada waktunya akan menghasilkan buah roh dalam hidup masing-masing jemaat, karena ia telah melakukan perbuatan kasih dengan suka-cita.

Persembahan persepuluhan mula-mula diperbuat oleh Abram bapak orang beriman itu, yang kemudian menjadi tradisi Yahudi dalam lingkungan Bait Allah (Tabernakel), dimana sebelas suku Israel memberikan sepersepuluh penghasilannya kepada suku Lewi yang diberikan tugas sebagai imam untuk menyelenggarakan upacara dalam Bait Allah.

Kej.14:18-20 Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.

Ul.18:1 "Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada TUHAN dan apa yang menjadi milik-Nya harus mereka mendapat rezeki. Janganlah ia mempunyai milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya; TUHANlah milik pusakanya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadanya. Inilah hak imam terhadap kaum awam, terhadap mereka yang mempersembahkan korban sembelihan, baik lembu maupun domba: kepada imam haruslah diberikan paha depan, kedua rahang dan perut besar. Hasil pertama dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, dan bulu guntingan pertama dari dombamu haruslah kauberikan kepadanya. Sebab dialah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu, supaya ia senantiasa melayani TUHAN dan menyelenggarakan kebaktian demi nama-Nya, ia dan anak-anaknya. Apabila seorang Lewi datang dari tempat mana pun di Israel, di mana ia tinggal sebagai pendatang, dan dengan sepenuh hati masuk ke tempat yang akan dipilih TUHAN, dan menyelenggarakan kebaktian demi nama TUHAN, Allahnya, sama seperti semua saudaranya, orang-orang Lewi, yang melayani TUHAN di sana, maka haruslah mereka mendapat rezeki yang sama, dengan tidak terhitung apa yang ia peroleh dengan menjual harta nenek moyangnya."

Bil.1:47-53  Tetapi mereka yang menurut suku bapa leluhurnya termasuk orang Lewi, tidak turut dicatat bersama-sama dengan mereka itu. Sebab TUHAN telah berfirman kepada Musa: "Hanya suku Lewi janganlah kaucatat dan janganlah kauhitung jumlahnya bersama-sama dengan orang Israel, tetapi tugaskan lah mereka untuk mengawasi Kemah Suci, tempat hukum Allah dengan segala perabotan dan perlengkapannya; mereka harus mengangkat Kemah Suci dengan segala perabotannya; mereka harus mengurusnya dan harus berkemah di sekelilingnya. Apabila berangkat, Kemah Suci harus dibongkar oleh orang Lewi, dan apabila berkemah, Kemah Suci harus dipasang oleh mereka; sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati.Orang Israel haruslah berkemah masing-masing di tempat perkemahannya dan masing-masing dekat panji-panjinya, menurut pasukan mereka, tetapi orang Lewi haruslah berkemah di sekeliling Kemah Suci, tempat hukum Allah supaya umat Israel jangan kena murka; orang Lewi haruslah memelihara Kemah Suci, tempat hukum itu."

Mal.3:10  Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.

Pada masa itu 'Persembahan Persepuluhan' menjadi penghasilan dari suku Lewi, karena suku Lewi tidak mendapat bagian dalam wilayah pendudukan tanah Kanaan. Tetapi setelah diadopsi gereja, 'Persembahan Persepuluhan' dalam prakteknya harus digunakan untuk pekerjaan Tuhan, tidak lagi menjadi hak para imam/ pendeta sepenuhnya. Pendeta harus mendapatkan penghidupan yang layak dari hasil 'Persembahan Persepuluhan', tetapi tidak diperkenankan untuk bermewah-mewah dengan berbagai barang duniawi. Karena ia harus memberikan contoh kepada jemaat, bagaimana seharusnya hidup yang mencerminkan kedewasaan rohani, sebagai teladan bagi jemaat. Adalah sangat keliru apabila seorang pendeta membanggakan barang-barang duniawi dan menganggapnya sebagai kesuksesan pribadi sebagai seorang 'pendeta besar'. Karena seorang hamba Tuhan mempunyai standar kesuksesan yang berbeda dengan standar kesuksesan seorang pengusaha yang bekerja di lapangan pekerjaan duniawi. Seharusnya seorang hamba Tuhan yang bekerja di lapangan kerohanian standarnya juga rohani, bukan standar duniawi.
Standar kesuksesan seorang hamba Tuhan adalah seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya dalam Injil:

"Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat. 20:25-28)

"Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." (Luk.9:48)

Jadi dari perkataan Tuhan Yesus itu sudah sangat jelas bahwa standar yang dikehendakiNya kepada hamba Tuhan adalah berbanding terbalik dengan standar kesuksesan orang yang bekerja di lapangan pekerjaan duniawi. Semakin seorang hamba Tuhan mau merendahkan dirinya semakin tinggi ia akan dimuliakan oleh Tuhan; semakin ia menjadi kecil maka ia semakin dijadikan besar oleh Tuhan. Maksudnya adalah bahwa seorang hamba Tuhan menjadikan dirinya semakin rendah agar Tuhan Yesus yang semakin ditinggikan. Seperti yang di ajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam Injil:   
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Luk. 17:7-10)


Dan juga seperti yang diteladankan oleh Yohanes Pembaptis dengan perkataannya:
"Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh.3:27-36)


Tetapi standar yang dikehendaki Tuhan Yesus ini sangat sulit dimengerti dan diterima oleh hamba Tuhan yang masih mempunyai pikiran dengan standar duniawi. Dan hal ini juga dinyatakan rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, dengan perkataan:

Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.(1 Kor.2:13-14) (bersambung...lihat renungan tentang: 'Berkat')


Jumat, 11 Mei 2012

RENUNGAN ( 05 ): Tentang Berzinah


Sepanjang sejarah manusia masalah berzinah sudah ada dan menjadi masalah sosial yang sama tuanya dengan sejarah  peradaban manusia itu sendiri. Berzinah secara umum dimengerti  sebagai pelanggaran norma pernikahan, dimana seseorang melakukan hubungan seksual dengan orang lain yang tidak terikat di dalam satu pernikahan yang sah. Tetapi Tuhan Yesus mempunyai pandangan lain, yang lebih tinggi tuntutannya, karena tuntutannya itu  masuk ke dalam ruang spiritualitas, yaitu masuk ke dalam dunia roh. Dan di dalam wilayah spiritual segala sesuatu dinilai dengan menggunakan hati, bukan menggunakan pikiran sehat saja. Karena hati adalah alat penilai yang jujur dan akurat, dimana ia tidak pernah berbohong dan tidak memanipulasi segala sesuatu yang dinilainya. Ia akan mengatakan apa adanya sesuai dengan yang sebenarnya, bila salah akan diakuinya sebagai yang salah dan bila benar akan diakuinya sebagai yang benar.

Dalam Injil Matius terdapat satu ayat yang menulis perkataan Tuhan Yesus mengenai orang yang berzinah. Ini adalah satu-satunya pengajaran Tuhan Yesus tentang perilaku seksual. Dengan pengajaran ini Tuhan Yesus menegaskan kepada murid-murid dan para pendengarNya bahwa berzinah bukan hanya merupakan tindakan yang nampak saja, tetapi lebih dari pada itu, orang juga dapat dikatakan berzinah bila ia memandang orang dan menjadi bergairah seksual di dalam hatinya. Tetapi dengan batas mana orang dikatakan berzinah atau tidak berzinah menjadi sulit untuk menentukannya, karena itu hal ini dikembalikan lagi kepada hati masing-masing orang yang bersangkutan. Di titik ini masing-masing orang dapat mengukur dengan jujur dari dalam hatinya yang terdalam, sudah sampai seberapa jauh kedewasaan iman mereka di dalam usaha mereka belajar  kerohanian kepada Tuhan Yesus.
Untuk menentukan orang berzinah atau tidak maka perkataan Tuhan Yesus di dalam Injil Matius ( Mat. 5:27-32 ) dapat menjadi acuan, yaitu: 

Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. ( Mat. 5:27-32 )

1. "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." 

Ada dua tahap yang menjadikan orang dapat dikatakan "berzinah", tahap yang pertama orang itu memandang perempuan; dan tahap selanjutnya menginginkannya. Tetapi perkataan Tuhan Yesus ini masih belum begitu terang bagi pembaca Injil dalam bahasa terjemahannya, karena itu perlu dikaji lebih dalam lagi.
Memandang perempuan, biarpun kalimat ini ditujukan kepada para kaum pria namun jelas perkataanNya ini berlaku pula bagi kaum perempuan, yang memandang lawan jenisnya dengan cara yang sama. Karena dalam kasus lain pernah juga Tuhan Yesus dihadapkan dengan seorang perempuan penjinah (Yoh. 8:3-10). Dalam hal ini yang dipersoalkanNya adalah cara memandang lawan jenisnya; yaitu bila seseorang memandang lawan jenisnya dengan hasrat berahi, sehingga gairah seksualnya bangkit maka ia termasuk sebagai orang yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dengan kalimat di atas.
Menginginkannya, kata ini mengandung arti yang jelas bila ditambahkan kata keterangan, karena kata ganti obyek penderita dibelakang kata "menginginkan" yang dimaksud adalah perempuan itu atau lawan jenisnya, tetapi menginginkan perempuan itu untuk apa tidak dikatakanNya lebih jelas. Mungkin para pendengarNya pada waktu itu sudah mengerti maksud perkataanNya itu, yaitu untuk melakukan hubungan seks dengannya yang sudah bangkit gairahnya itu. Pada tahap ini memang secara fisik ia belum melakukan perbuatan itu, tetapi biarpun demikian Tuhan Yesus sudah memperhitungkannya sebagai perbuatan zinah.

Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"  Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang (Yoh. 8:3-11)

2. "Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah."   

Disamping perkataan di atas (yang pertama), Tuhan Yesus juga mengatakan kalimat ke dua yang berkaitan dengan praktek kawin-cerai yang banyak terjadi pada masa itu  dan pada masa sekarang praktek perceraian juga masih banyak dilakukan, bahkan oleh orang-orang percaya yang menikah di gereja dengan "upacara sumpah" untuk tidak bercerai sampai maut memisahkan mereka.
Pada kalimat yang ke dua ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang bercerai atau diceraikan kemudian kawin lagi maka "perkawinan yang baru" itu dianggap tidak syah dan diperhitungkan sebagai perbuatan zinah, biarpun secara sosial , kenegaraan dan kelembagaan sudah dianggap syah. Hal seperti ini terjadi karena adanya penilaian yang berbeda antara "dunia" dan kerohanian. Dalam "kerohanian Kristen" yang diajarkan Tuhan Yesus, yang dipentingkan adalah kemurnian / kesucian hati manusia. Tuhan melihat hati manusia dari pada apa yang nampak dikerjakannya karena setiap tindakan mempunyai motivasi nya sendiri dan masing-masing orang melakukan tindakan yang sama bisa mempunyai motivasi yang berbeda, bahkan satu orang yang sama melakukan suatu perbuatan yang sama pada kesempatan lain bisa pula mempunyai motivasi yang berbeda. ( Ibr. 4:11-13). Pada dasarnya perkawinan adalah suatu kelonggaran (dispensasi) yang diberikan Tuhan kepada manusia agar dapat hidup mensucikan dirinya (1 Kor. 7:6-16 )

Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu. Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu? (1 Kor. 7:5-16).

Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. (Ibr. 4:11-13)



Rabu, 09 Mei 2012

RENUNGAN ( 04 ): Tentang Berkat.

Berkat Allah kepada orang beriman seperti air yang mengalir dari mata air yang tidak pernah habis

Berkat yang dimengerti jemaat gereja ada dua, yaitu berkat jasmani dan berkat rohani, tetapi di dalam pengajaran sebagian gereja lebih menitik beratkan kepada berkat jasmani atau berkat duniawi, sedangkan berkat rohani atau berkat sorgawi hanya dijadikan pengajaran pelengkap saja. Bahkan ada gereja yang terang-terangan mengajarkan bagaimana untuk mendapatkan berkat duniawi itu, sehingga hidup mereka penuh kelimpahan berkat duniawi. Secara akademis pengajaran seperti ini dikenal dengan nama Theologi Kemakmuran atau Theologi Sukses.
Dengan dasar theologi ini ada beberapa gereja yang kemudian bertumbuh menjadi besar dengan jumlah jemaat sampai puluhan ribu orang jemaat, bahkan ada yang mencapai ratusan ribu orang jemaat. Mereka dapat membangun komplek gereja seluas beberapa hektar sampai puluhan hektar dengan fasilitas yang lengkap dan istimewa . Dengan hasil pencapaian sedemikian ini maka mereka yakin akan "kebenaran" pengajaran  Theologi sukses itu karena pengalaman kesuksesan duniawi yang mereka peroleh menjadi bukti bahwa mereka diberkati Tuhan, sehingga lebih jauh mereka menyatakan bahwa ajaran itu sudah sesuai dengan Firman Tuhan .Pertanyaan pertama adalah "apakah Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal-hal duniawi ? ataukah tentang hal-hal rohani ? ataukah mengajarkan kedua-duanya ?"

Banyak sekali ayat-ayat Alkitab (sekurang-kurangnya ada 120 ayat) yang berbicara tentang berkat, di dalam Perjanjian Lama ada 112 ayat yang tersebar dalam 19 kitab dan di dalam Perjanjian Baru ada 24 ayat yang terdapat dalam 3 Injil dan 9 suratan. Dari begitu banyak ayat-ayat  Alkitab yang membahas tentang berkat, adalah ayat dalam Kitab Maleakhi yang menjadi ayat terpenting dari pengajaran Theologi Sukses itu:

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit, dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (Mal. 3:10)

Ini merupakan ayat dalam Alkitab yang menjadi dasar dari ajaran kemakmuran yang diajarkan gereja-gereja itu dan sangat digemari oleh jemaat, terutama jemaat yang mempunyai latar-belakang pengusaha/ pedagang. Dalam prakteknya ajaran ini diyakini jemaat tertentu yang ekonominya kemudian berkembang secara signifikan setelah mereka menjadi anggota jemaat gereja yang mengajarkan Theologi Kemakmuran itu. Tetapi pada kenyataannya tidak semua anggota jemaat mempunyai pengalaman sukses seperti mereka, tetapi kebalikan dari pada itu, banyak atau sebagian besar diantara anggota jemaat gereja tersebut yang tetap mengalami kesulitan ekonomi; alih-alih mengalami kemakmuran yang diharapkan, diantara mereka bahkan ada yang mengalami kesulitan ekonomi yang bertambah parah, karena mereka dalam kesulitannya itu masih berkewajiban untuk menyetorkan persepuluhan kepada "Tuhan" agar mereka dapat diberkati.
Mendapatkan kenyataan seperti ini, kemudian pertanyaan ke dua yang muncul adalah : "Sudah sesuai kah ajaran gereja yang demikian dengan ajaran Tuhan Yesus?"
Sampai disini maka ada dua pertanyaan yang harus dijawab untuk mendapatkan kesimpulan tentang ajaran Theologi Kemakmuran di atas.

1. Apakah Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal-hal duniawi ? ataukah tentang hal-hal rohani ? ataukah mengajarkan kedua-duanya?

Bila kita membaca Kitab Injil maka yang didapatkan di dalamnya adalah bahwa Tuhan Yesus banyak menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk memberitahukan ajaranNya tentang Kerajaan Sorga. Dan tanpa perumpamaan Tuhan tidak mengajar segala sesuatu kepada murid-muridNya dan kepada orang banyak. Dan dikatakanNya juga bahwa Ia mengajar dengan perumpamaan agar yang mendengarkanNya tidak mengerti dan yang melihatnya tidak menanggap; tetapi kepada murid-muridNya diberikanNya karunia untuk mengerti arti perumpamaan-perumpamaan yang diajarkanNya itu.                                                                                                                                        

Mat. 13:11-17  Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.  Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

Mat. 13:34  Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."

Jadi yang diajarkanNya adalah tentang rahasia Kerajaan Sorga bukan tentang Kerajaan Dunia. Dengan perkataan lain bahwa Tuhan Yesus jelas mengajarkan hal-hal yang bukan duniawi, melainkan mengajarkan hal-hal yang rohani. Dan tentang hal-hal duniawi Ia hanya memberikan nasihat agar manusia tidak kuatir akan segala sesuatu tentang hidupnya, baik soal makan-minum-pakaian maupun masa depan mereka.

Mat. 6:25-34  "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Dalam doa yang diajarkan Tuhan kepada murid-muridNya, Ia sekali lagi menegaskan bahwa orang tidak perlu meminta hal-hal duniawi dalam doanya, karena Tuhan sudah mengetahui kebutuhannya. Tetapi Ia mengajarkan untuk berdoa meminta mengenai hal-hal yang rohani, sehingga dapat terlepas dari jerat iblis dan setan.

Mat. 6:8-13  Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

2. Apakah ajaran gereja tentang kemakmuran sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus? 

Dari kesimpulan pada pertanyaan pertama di atas maka dapat pula untuk mengambil kesimpulan untuk pertanyaan yang ke dua. Ajaran tentang kemakmuran yang dikenal dengan Theologi Sukses itu lebih menitik beratkan pada hal-hal yang duniawi daripada hal-hal yang rohani, sedangkan ajaran Tuhan Yesus jelas dan dengan tegas menekankan hanya pada hal-hal rohani. Bila demikian maka dapat dengan tegas pula di ambil kesimpulan bahwa ajaran gereja tentang kemakmuran tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Kesimpulan ini juga sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus bahwa tidak dapat seorang  secara bersamaan menghambakan dirinya pada Allah dan kepada Mamon.

Mat. 6:24  Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Dari pembahasan di atas maka dapat diambil suatu pelajaran bahwa masalah berkat duniawi bagi masing-masing orang adalah merupakan hak Allah (hak prerogatif Allah) untuk memberikan secara berkelimpahan ataukah secukupnya saja tanpa membeda-bedakannya. Karena Allah memberi berdasarkan kerelaanNya sendiri, tidak tergantung pada keadaan orang yang bersangkutan dan telah ditentukanNya jauh sebelum orang yang bersangkutan dilahirkan ke dunia. Apabila Allah telah menentukan seseorang untuk memperoleh berkat duniawi yang berlimpah, biarpun ia tidak hidup sesuai dengan yang diinginkan Allah, orang tersebut tetap memperoleh berkat duniawi yang berlimpah. Sebaliknya orang yang ditentukanNya untuk mendapat berkat secukupnya saja, biarpun ia sudah beriman kepada Tuhan Yesus dan menjadi orang yang saleh, tetap saja ia tidak akan mendapatkan berkat yang berlimpah. Karena dimata Tuhan, seorang yang diberikanNya berkat yang banyak diharapkan dapat menggunakan semua yang dimilikinya untuk memuliakanNya dengan perbuatan "Kasih" (Luk. 16:9). Sebaliknya kepada seorang yang diberikan berkat hanya secukupnya saja juga diinginkanNya untuk dapat memuliakan Tuhan dengan perbuatan "Kasih" dengan keberadaannya itu.
Jadi baik yang berkelimpahan berkat maupun yang tidak berkelimpahan berkat sama-sama dapat memuliakan Tuhan dengan perbuatan "Kasih" yang menyenangkanNya.

Luk.16:9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."

Bahkan lebih lanjut Tuhan Yesus mengatakan dengan perumpamaan, bahwa orang kaya akan sangat sulit untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Dengan pernyataanNya itu dapat dimengerti bahwa Tuhan Yesus tidak mungkin mengajarkan murid-muridNya dan orang banyak yang datang kepadaNya, 'Theologi Kemakmuran' itu. Karena Tuhan Yesus menginginkan semua orang yang percaya kepadaNya dapat masuk ke dalam KerajaanNya. 

Mat.19:23-24  Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." (bersambung...lihat renungan tentang: 'Persembahan Persepuluhan')