Minggu, 27 November 2011

BERSERAH KEPADA ALLAH


Kalimat ini sangat sering kita dengar diucapkan orang-orang beriman dalam percakapan mereka sehari-hari, baik di dalam gereja maupun di luar gereja (di pasar- pasar, di mal-mal, di jalan atau di tempat-tempat lain). Seringkali orang mengucapkan kalimat ini tidak memahami maknanya secara mendalam, karena kata “berserah” sering rancu dengan kata “pasrah”. Bila kita teliti maknanya, kita akan menemukan perbedaan makna yang cukup jauh dari kedua kata itu, sehingga dapat memahami kalimat “Berserah kepada Allah” dengan tepat dan jelas sesuai dengan yang dimaksud Tuhan Yesus.

Berserah adalah kata kerja aktif yang bermakna menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah karena percaya atau iman, bahwa Allah akan memeliharanya dan memberikan yang terbaik kepadanya. Sedangkan Pasrah adalah kata kerja pasif yang bermakna menyerahkan segalanya kepada Allah karena ia sudah tidak berdaya lagi, atau telah menyerah kalah, tidak mampu melawan lagi. Dalam pengertian rohani, berserah adalah tindakan iman yang mempersilahkan Tuhan untuk ikut campur tangan dalam hidupnya, sedangkan pasrah adalah ungkapan yang mencerminkan keputus-asaan dan tidak berdaya, bukan karena iman.

Pengajaran Tuhan Yesus mengenai “Berserah“ dapat kita ketemukan dalam Injil, yang pada dasarnya dapat kita bedakan menjadi dua prinsip, yaitu:

Prinsip pertama adalah Hidup Menurut Roh.

Mat.11:28-30 Marilah kepadaku , semua yang letih dan lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikul lah kuk yang Ku pasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Ku pasang itu enak dan beban Ku pun ringan.

Ini adalah perkataan Tuhan Yesus yang dengan terbuka mengajak manusia untuk datang dan menyerahkan hidupnya, dan akan diberikan kelegaan atau ketenangan hidup. Tetapi untuk itu Ia akan memberi beban atau kuk kepadanya, yaitu pelajaran untuk memikul salib atau pelajaran untuk mengendalikan diri sehingga dapat hidup menurut Roh.
Adalah suatu beban yang tidak berat bila kita mau datang dengan sukarela dan percaya kepada Nya. Jiwa nya akan menjadi tenang, karena semua persoalan hidupnya sudah dipercayakan kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan mengatur segalanya. Ia tidak mempunyai perasaan kuatir dalam hatinya dan tidak ada lagi ambisi untuk melakukan segala sesuatu yang diluar kemampuan dirinya. Dengan demikian ia menjadi mampu hidup dengan mengikuti aliran takdir yang telah ditentukan Allah Bapa. Dalam hal ini bukan berarti ia boleh bermalas-malasan atau hanya menerima nasib saja, melainkan ia harus aktif dan rajin bekerja serta mengusahakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya dan berpikir bila pekerjaan yang dilakukannya itu adalah suatu persembahan dan puji-pujian bagi kemuliaan nama Tuhan.

Ketenangan hidup atau jiwa yang tenang adalah apabila hati telah dipenuhi sukacita damai sejahtera, yang berarti ia telah menemukan harta yang terpendam dan mutiara yang berharga seperti orang yang ada di dalam perumpamaan Tuhan Yesus (Mat.13:44-46), dan berarti pula bahwa  ia telah menemukan kebenaran Kerajaan Allah itu (Mat.6:33).


Mat. 13:44-46 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."


Mat. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Prinsip ke dua adalah Hidup Untuk Hari Ini.

Mat.6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

Dengan perkataan ini Tuhan Yesus mengajarkan agar tidak berpikir melantur tentang segala sesuatu yang belum diketahui. Bilamana menemukan suatu masalah atau kesulitan haruslah berpikir pada masalah itu saja dan mencari penyelesaiannya, tidak perlu memperpanjang dengan pengandaian-pengandaian menurut imajinasinya sendiri, karena bagaimana yang akan terjadi besok ia tidak tahu dan tidak mempunyai kuasa untuk mengaturnya. Setelah menemukan cara penyelesaian yang terbaik maka dilaksanakannya sampai dengan maksimal, kemudian ia tunggu hasilnya dan besok harinya baru dipikirkan lagi bila memang masalahnya belum dapat terselesaikan.

Banyak orang yang tertipu oleh pikirannya sendiri dan seringkali bahkan memperumit masalah, sehingga mengorbankan lebih banyak waktu, biaya dan pikiran yang seharusnya tidak perlu. Dengan hidup sehari demi sehari maka suatu perkara yang sangat besar akan dapat terselesaikan. Prinsip seperti ini digunakan oleh orang lemah yang berusaha memindahkan barang yang sangat berat, yaitu dengan cara memindahkan barang itu sebagian demi sebagian, sehingga dengan ketekunannya barang dapat dipindahkan tanpa kesulitan yang berarti. Demikian pula halnya dengan persoalan hidup, orang yang bersangkutan pasti akan melihat dan merasakan masalah yang dihadapinya lebih berat dari pada masalah yang dihadapi orang lain, tetapi bila ia mau mengerjakannya dengan prinsip ini maka pada waktunya persoalan itu akan dapat terselesaikan dengan baik.

Banyak orang beriman mengucapkan “Berserah kepada Allah” namun mereka tidak melakukan dua prinsip diatas, sehingga semakin hari menjadi semakin jauh dari Tuhan dan tidak jarang pula yang jatuh ke dalam jerat setan. Mereka meninggalkan Tuhan, bersekutu dengan setan, bahkan ada yang putus-asa dan bertindak nekat membunuh dirinya sendiri. Berserah kepada Tuhan bukanlah sekedar teori atau bicara dibibir saja tetapi harus dengan pergumulan iman di dalam praktek kehidupan, sehingga seorang beriman yang telah mengalami pergumulan itu akan mengerti, memahami dan menghayati bagaimana seharusnya berserah kepada Tuhan yang sesungguhnya.
Jadi untuk mendapatkan pengertian “berserah” yang dimaksud Tuhan Yesus, orang beriman harus mengalami dan merasakan dahulu di dalam perjalanan hidupnya, bukan hanya didalam pikiran saja. Adalah sangat mudah untuk mengucapkan kalimat itu, tapi mengucapkannya dengan mengerti bagaimana seharusnya berserah yang benar membutuhkan banyak pengorbanan, baik uang, waktu dan perasaan . Dengan demikian orang yang telah menemukan kebenaran Kerajaan Allah, maka hidupnya akan selalu dipenuhi dengan sukacita damai sejahtera, dimana saja, kapan  saja, dan pada situasi apa saja ia berada.

1 komentar:

rizky_520 mengatakan...

I’d rather live my life believing in God to die and see there is one., Karena jika tidak nyata., it means there’s no eternal life., therefore I will never know.,
Percaya kepada Tuhan berarti mempercayakan hidup kita ke dalam tangan Tuhan.,