Minggu, 13 Januari 2013

Yesus Kristus dalam Kesaksian Sejarah (2)

BERBAGAI RUJUKAN KEPADA YESUS YANG DITULIS OLEH PARA PENULIS SEKULAR DARI ZAMAN PURBA

Dalam bahasan ini kita membahas satu kelompok rujukan-rujukan diluar Alkitab kepada Yesus: yang semuanya oleh penulis-penulis sekular kuno. Penulis-penulis ini tidak selalu orang yang tidak beragama. Kita menggunakan istilah "penulis sekular" untuk mengacu kepada jenis tulisan yang mereka buat, bukan pada kepercayaan mereka masing-masing. Bagaimanapun, semua penulis itu, adalah orang bukan Kristen atau bahkan orang yang memusuhi kekristenan.

1. THALLUS DAN PHLEGON
Kemungkinan satu dari penulis-penulis yang mula-mula menjelaskan tentang Yesus adalah Thallus. Karyanya tentang kesejarahan tidak bertahan sampai saat ini, tetapi beberapa bapa gereja mula-mula mengutip tulisan Thallus dalam berbagai hal, dengan demikian melestarikan yang sedikit yang kita ketahui tentang dia. (MuC. FH 517 dst. berisi fragmen-fragmen yang masih ada dari karya-karya Thallus). Beberapa sarjana menentukan tanggal penulisan kira-kira 52 M, yang lainnya pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua.(Lihat BrF. Jeo 30 dan HaG.AE 93 untuk tanggal yang termuda. Lihat WeG.HE 18 untuk tanggal yang berikutnya) Yulius Afrikanus, menulis kira-kira pada tahun 221 M, menyatakan tentang saat-saat kegelapan pada waktu penyaliban Yesus, "Thallus, dalam buku ketiga tentang sejarahnya, menjelaskan tentang kegelapan ini sebagai sebuah gerhana matahari - kelihatannya tidak masuk akal bagi saya."[1] Afrikanus benar dalam menolak pandangan Thallus. Sebuah gerhana matahari tidak dapat bersinar pada saat bulan purnama, "dan pada saat itu adalah masa bulan purnama paskah ketika Yesus mati." [2]

Sebuah pengamatan yang paling penting yang dibuat tentang pendapat Thallus, bagaimanapun, adalah bahwa ia tidak mencoba untuk menjelaskan keberadaan dan penyaliban (dengan menyertakan masa kegelapan) Yesus. Thallus menyatakan penyaliban sebagai suatu peristiwa bersejarah yang nyata, meskipun peristiwa tersebut memerlukan penjelasan yang alamiah bagi kegelapan yang meliputi bumi pada saat itu. Afrikanus juga mengatakan bahwa Thallus menanggali peristiwa ini pada tahun kelima belas pemerintahan Kaisar Tiberius (mungkin tahun 29 M). (RiHA.TS 34:113)[3] Akan tetapi, Lukas 3:1 mengatakan bahwa pada tahun itulah Yohanes Pembaptis memulai pelayanannya. Dengan demikian peristiwa penyaliban terjadi kira-kira tiga sampai tiga setengah tahun kemudian. Tampaknya bahwa untuk mencari penjelasan yang alamiah mengenai kegelapan yang menyelimuti peristiwa penyaliban, Thallus mempunyai keinginan untuk mencari sesuatu di dalam periode waktu penyaliban tersebut.

Karya lain yang mirip dengan karya Thallus dan yang juga tidak bertahan sampai sekarang adalah Chronicles oleh Phlegon. Phlegon menulisnya sekitar tahun 140 M. sebuah fragmen singkat dari karya tersebut, yang diceritakan Afrikanus menegaskan kegelapan yang meliputi bumi pada saat penyaliban; muncul hanya sesaat setelah pernyataan Afrikanus mengenai Thallus. Afrikanus mengatakan bahwa Phlegon menunjuk pada gerhana yang sama ketika "ia mencatat bahwa pada zaman Kaisar Tiberius pada bulan purnama, ada gerhana matahari penuh dari enam sampai sembilan jam."[4]

Origen, seorang sarjana Kristen pada abad awal ketiga yang produktif, juga menyebut Phlegon beberapa kali dalam Against Celsus. Dalam 2.33, Origen menuliskan: Agaknya Yesus telah disalibkan pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius. Pada peristiwa itu telah terjadi gerhana matahari dan gempa bumi besar, saya kira Phlegon juga telah menulis kejadian-kejadian itu di dalam buku Tawarikhnya yang ke-13 atau yang ke-14.[5]

Dalam 2.14 ia berkata: Saya pikir, Phlegon, dalam buku ke tigabelas atau yang ke empatbelas, tentang Tawarikhnya, pengetahuan akan masa depan bukan hanya berasal dari Yesus (meskipun mengalami kebingungan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan Petrus, seperti jika mereka mengacu kepada Yesus), tetapi juga menceritakan tentang akibat persamaan terhadap prakiraan-Nya. [6]

Dalam 2.59 Origen berbicara mengenai gempa bumi dan kegelapan: Mengenai hal ini kita telah baca pada halaman-halaman terdahulu membuat pertahanan kita, sesuai kemampuan kita, mengemukakan kesaksian Phlegon, yang menceritakan bahwa peristiwa-peristiwa ini mengambil tempat ketika Penebus kita sedang menderita. [7]

Seorang penulis abad ke enam, Philopon, menulis: "Dan tentang kegelapan ini ... Phlegon menyebutnya kembali dalam Olympiads (judul buku sejarah kehidupannya)."

Kita perlu berhati-hati dalam menggunakan karya-karya Phlegon sebagai sebuah "pembuktian yang positif" rujukan tentang Yesus. Ketidak-telitian dalam laporan-laporannya menunjukkan bahwa sumber-sumbernya yang merujuk kepada Yesus kurang lengkap. Tetapi Phlegon merupakan sumber rujukan yang berarti dikarenakan satu fakta yang penting. Seperti Thallus, ia tidak memberi petunjuk apapun, yang pada periode awal ini, fakta tentang keberadaan Yesus (dan bahkan menceritakan secara terperinci tentang kegelapan dan penyaliban) yang pernah diperdebatkan. Mereka menganggapnya suatu fakta sejarah yang pasti. Masalahnya hanya bagaimana fakta-fakta itu diterjemahkan, itulah yang menjadi bahan perdebatan.

-------------------
Catatan :
[1] Yulius Africanus, Chronography 18.1 di RoA. ANF. [AS].
[2] Ibid.,
[3] Bahwa tahun 29 TM adalah permulaan pelayanan Yesus, lihatlah berbagai pilihan dan pembuktian yang diringkas kan dalam Chronological Aspect of the Life of Christ, karya Harold W. Hoehner.
[4]Afrikanus, Chronography 18.1, di RoA.ANF. [AS]
[5]Origenes, Against Celsus 2.33, di RoA.ANF. [AS]
[6] Ibid., 2. 14.
[7] Ibid., 2. 59.

2. YOSEFUS
Yosefus lahir hanya beberapa tahun setelah kematian Yesus. Atas usahanya sendiri ia menjadi konsultan bagi para rabi di Yerusalem pada umur 13 tahun, menjadi seorang pertapa di gurun pada umur enam belas tahun dan menjadi seorang pemimpin Militer di Galilea pada tahun 66 M. Rupanya ia telah melihat alamat buruk, membelot kepada orang Romawi dan menjamin keamanannya di masa depan dengan cara bernubuat bahwa Vespasianus, pemimpin pasukan penyerbu (yang diterimanya sebagai Mesias Israel), pada suatu hari akan menjadi kaisar. Vespasianus betul-betul menjadi kaisar, dan Flavius Yosefus, sebagaimana ia dikenal sekarang setelah menambahkan nama majikannya kepada namanya sendiri, dengan leluasa dapat meneruskan kariernya sebagai penulis. Ia menyelesaikan The Antiquities of the Jews pada tahun 93. 

Tiga Bagian yang Menarik bagi orang Kristen
Ada tiga bagian dalam Antiquities yang sangat bernilai dan urutan penampakannya itu penting. Bagian pertama - menurut urutan kronologis - terdapat dalam kitab 18, bab 3, alenia 3 [8]. Para ahli merujuk kepada bagian yang tersohor ini sebagai Testimonium Flavianum karena kesaksiannya tentang Yesus, tetapi kita akan membahasnya kemudian.

Bagian #2 - Yohanes Pembaptis. Bagian pada urutan berikutnya juga terdapat di kitab 18, tetapi dua bab kemudian dalam 18.5.2 (116-119). Para ahli setuju bahwa bagian ini sama autentiknya dengan tipe bagian lain dalam karya Yosefus. Pokok pembicaraannya adalah Yohanes Pembaptis dan ceritanya dengan gamblang menguatkan penggambaran tentang Yohanes dalam catatan-catatan kitab Injil seperti yang dapat Anda lihat di bawah ini: (2) Namun bagi beberapa orang Yahudi penghancuran bala tentara Herodes kelihatannya adalah pembalasan ilahi, dan memang pembalasan yang adil karena perlakuannya terhadap Yohanes, yang dijuluki Pembaptis. Karena Herodes telah menyuruh orang membunuh dia, meskipun ia seorang yang baik dan telah menasihatkan orang Yahudi untuk hidup benar, berbuat adil terhadap sesamanya dan hidup saleh terhadap Allah, dan setelah berbuat demikian memberi dirinya di baptis. Menurut pandangannya hal ini merupakan persiapan yang perlu agar baptisan itu berkenan kepada Allah. mereka tidak boleh menggunakannya untuk memperoleh pengampunan untuk dosa-dosa apa pun yang telah mereka lakukan, tetapi sebagai penahbisan tubuh yang menunjukkan bahwa jiwa itu sudah disucikan sama sekali oleh perilaku yang benar. Ketika orang lain juga bergabung dengan orang banyak yang berkerumun di sekelilingnya, karena mereka sangat tergugah oleh khotbah-khotbahnya, Herodes menjadi khawatir. Kefasihan yang begitu besar pengaruhnya pada manusia bisa saja menimbulkan semacam pendurhakaan, karena kelihatannya seakan-akan mereka bersedia dipimpin oleh Yohanes dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Meskipun Yohanes, karena kecurigaan Herodes, dibawa terbelenggu ke Makhaerus, benteng yang telah kami sebut sebelumnya, dan dibunuh di sana, putusan orang Yahudi ialah bahwa kebinasaan yang menimpa bala tentara Herodes telah memulihkan nama baik Yohanes karena Allah merasa pantas untuk menjatuhkan pukulan yang begitu hebat pada Herodes.

Satu-satunya perbedaan yang mungkin di antara cerita Yosefus dan cerita Kitab Injil terdapat dalam gambaran yang diberikan Injil bahwa Herodes membunuh Yohanes atas permintaan Herodias dan putrinya, dan kesedihannya karena permohonan mereka (Matius 14:6-12; Mrk. 6:21-29). Namun, segala sesuatu dapat diselesaikan dengan sempurnanya mengingat dua pengamatan:
(1) Matius 14:5 dan Markus 6:21 menunjukkan bahwa Herodes sudah ingin membunuh Yohanes beberapa waktu sebelum jamuan itu; "Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi"; dan
(2) Matius 14:6 dan Markus 6:21, "Pada hari ulang tahun Herodes," menunjukkan bahwa paling tidak beberapa waktu telah berlalu di antara "dibawa terbelenggu ke Makhaerus" dan "dibunuh di sana" dalam kisah Yosefus. Selama waktu ini kelihatannya sikap Herodes terhadap Yohanes telah menjadi lunak, padahal Herodias terus berusaha agar dia dihukum mati. 
Sekarang, perhatikanlah detail-detail yang cocok sekali dengan Perjanjian Baru; kehidupan benar Yohanes, pemberitaan dan kepopulerannya di antara orang banyak; dan baptisannya yang melambangkan ajaran Perjanjian Baru tentang keselamatan "karena kasih karunia oleh iman" disusul oleh baptisan sebagai ungkapan lahiriah dari (bukan syarat untuk) pembenaran di hadapan Allah. Meskipun bagian ini tidak berbicara tentang Yesus, ia memberikan petunjuk bahwa dengan tepat para penulis Injil telah menggambarkan kehidupan tokoh-tokoh yang mereka lukiskan. Apabila kisah mereka tentang Yohanes Pembaptis tepat, mengapa tentang Yesus tidak? Louis Feldman, Profesor Sastra Yunani dan Romawi kuno pada Universitas Yeshiva dan penerjemah Antiquities edisi Loeb, menyatakan mengenai kesahihan bagian ini, "Tidak banyak orang yang meragukan keautentikkan bagian ini"[9]

Beberapa alasan yang menyebabkan ahli, terutama mereka di bidang mata kuliah Sastra Yunani dan Romawi kuno, menerima bagian ini sebagai autentik meliputi:
(1) Frase "Yakobus, saudara Yesus yang dinamakan Kristus" terlampau netral sehingga tak mungkin disisipkan kemudian oleh seorang Kristen yang ingin menyatakan ke Mesiasan Yesus secara lebih tegas dan juga mengingkari tuduhan-tuduhan terhadap Yakobus. Bagi kita, frase ini menunjukkan kesejarahan Yesus, tetapi baru dalam abad-abad belakangan ini hal tersebut menjadi pokok persoalan. Bagi orang-orang Kristen yang mula-mula, frase ini tidak membuktikan apa-apa, dan tidak akan disisipkan. Karena itu frase ini sudah pasti berasal dari Yosefus sendiri.
(2) Origenes mengacu kepada bagian ini dalam karyanya, Commentaryon Matthew 10.17, dan dengan demikian membuktikan bahwa bagian ini terdapat dalam karya Yosefus sebelum waktunya (kurang lebih tahun 200 M). [10]
(3) Pada waktu yang sangat awal kata Kristus mulai digunakan sebagai suatu nama diri di antara orang-orang Kristen bukan Yahudi. Hal ini dapat dilihat dalam Perjanjian Baru, tetapi frase, "dinamakan Kristus," seperti yang dikatakan Paul Winter (bukan orang Kristen tetapi seorang cendekiawan Yahudi yang terkenal), "menyingkapkan pengetahuan penulis bahwa 'Mesias' bukan suatu nama diri, dan karena itu mencerminkan pemakaian orang Yahudi, bukan orang Kristen." (WiP.J 432) Di bagian ini Yosefus hanya membedakan Yesus ini dari tiga belas atau lebih Yesus yang lain yang ia sebutkan dalam tulisan-tulisannya. Menurut Yosefus, Yesus ini adalah orang "yang dinamakan Kristus (yaitu Mesias)."

G.A. Wells mencoba mengubah bagian ini dan membuatnya hanya merujuk kepada seorang pemimpin Yahudi yang bernama Yakobus. Ia mau mencoret kata-kata "saudara Yesus, yang dinamakan Kristus." Akan tetapi, apabila bagian itu hanya mengatakan "Yakobus dan beberapa orang lain" telah ditangkap, pembaca terpaksa akan bertanya, "Yakobus yang mana?" Yakobus adalah nama lain yang sangat umum dan Yosefus hampir selalu memberikan detail-detail untuk menetapkan tokoh-tokohnya dalam sejarah. Apabila Yosefus hanya mengatakan, "Yakobus saudara Yesus," pembaca harus bertanya," Yesus yang mana? Kamu sudah menyebutkan paling tidak tiga belas orang lain yang bernama Yesus." "Yakobus, saudara Yesus, yang dinamakan Kristus" adalah bahasa yang paling teliti yang cocok dengan bagian-bagian lain dari tulisan-tulisan Yosefus, dan para ahli tidak menemukan alasan yang baik untuk meragukan kesahihannya. Karena itu, bagian ini merupakan acuan kuno yang sangat penting kepada Yesus.

Kebanyakan ahli sependapat mengenai satu hal lain tentang acuan Yosefus kepada Yesus bersama dengan Yakobus. Winter mengatakannya begini, "Apabila ... Yosefus mengacu kepada Yakobus sebagai 'saudara Yesus yang dinamakan Kristus,' tanpa berpanjang-panjang lagi, kita harus menganggap bahwa dalam bagian sebelumnya ia sudah bercerita kepada para pembacanya mengenai Yesus sendiri." (WiP.J 432) [11] G. A. Wells pun mengatakan bahwa "rasanya tak masuk akal bila Yosefus akan menyebutkan Yesus di sini, seakan-akan secara sambil lalu; ketika ia tidak menyebutkannya di tempat lain."(WeG.DJE 11) Sudah pasti, Wells sedang berusaha untuk membuktikan bahwa Yesus tidak disebutkan sama sekali oleh Yosefus, tetapi pernyataannya memperlihatkan bahwa bahkan dia mengakui ketidak-lengkapan bagian mengenai Yakobus itu tanpa adanya Testimonium. Karena tidak banyak ahli meragukan keautentikan Testimonium tersebut, maka terdapat alasan yang baik untuk menerima keautentikan Testimonium, paling tidak dalam suatu bentuk. R.T France menambahkan: Yang penting bagi maksud kita adalah cara Yosefus mencatat gelar ini secara sambil lalu, tanpa memberi komentar atau penjelasan. Istilah "Christos" tidak terdapat di tempat lain dalam tulisan Yosefus, kecuali di bagian yang tidak lama lagi akan kita selidiki. Hal ini sendiri sudah luar biasa, karena kita mengetahui bahwa gagasan-gagasan mesianis, dan istilah "Mesias" sendiri, banyak diselidiki dengan teliti dalam Yudaisme abad pertama. (FrRE 26)

Yosefus, yang menulis demi kepentingan orang Yahudi, tetapi kepada pembaca orang Romawi, mungkin sekali sangat berhati-hati dalam hal memberi alasan kepada orang Romawi untuk menindas orang Yahudi lebih lanjut. Apabila ia menyebutkan bahwa berulang-ulang muncul mesias di antara orang Yahudi, maka orang Roma akan lebih percaya lagi bahwa orang Yahudi adalah bangsa pembangkang yang harus terus-menerus ditindas. Akan tetapi, ketika Yosefus hendak menulis tentang oknum Yesus pada tahun 93, kekristenan telah cukup menyatu dengan orang bukan Yahudi sehingga ia pasti merasa Yesus sebagai "Christos" tidak merupakan ancaman tindakan balasan Romawi terhadap orang Yahudi. Sebenarnya, ia mungkin merasa bahwa penganiayaan Romawi terhadap orang Kristen (mis. pada tahun 64 di bawah Nero) membantu orang-orang Yahudi dalam perlawanannya terhadap kekristenan. Maka Yosefus hanya mengatakan bahwa Yesus itulah "yang dinamakan Kristus." Dan pembacanya merasa bahwa sebelumnya Yosefus telah memperkenalkan orang ini. Hal ini membawa kita kembali kepada bagian pertama dari tiga bagian yang secara berurutan telah disebutkan di atas.

Bagian #1 - Identitas Yesus: Antiquities 18.3.3 (63-4), lagi, yang dikenal sebagai Testimonium Flavianum berbunyi: Kira-kira pada waktu ini hidup Yesus, seorang manusia bijaksana, jika memang ia dapat dikatakan seorang manusia. Karena ia seorang yang mengadakan berbagai perbuatan yang menakjubkan dan seorang guru dari orang-orang yang menerima kebenaran itu dengan senang hati. Ia telah mengambil hati banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. Ia adalah Mesias. Setelah mendengar dia dituduh oleh orang-orang yang berkedudukan paling tinggi di antara kami, Pilatus menghukum dia untuk disalibkan. Namun, orang-orang yang pertama-tama mengasihi dia tidak berhenti mengasihi Dia. Pada hari yang ketiga Ia menampakkan diri di antara mereka setelah Ia dihidupkan kembali, karena para nabi Allah telah menubuatkan hal ini dan tak terhitung banyaknya hal lain yang menakjubkan tentang diri-Nya. Dan orang Kristen, yang dinamakan demikian menurut Kristus, belum lenyap sampai hari ini.[12]

BERBAGAI ARGUMEN YANG MENYOKONG KEAUTENTIKAN TESTIMONIUM
Seperti dalam hal sastra klasik, terdapat bukti manuskrip yang kuat bahwa bagian ini benar-benar ditulis oleh Yosefus. Bagian ini terdapat di dalam semua manuskrip Yosefus yang masih ada, dan Eusebius, yang terkenal sebagai "Bapa Sejarah Gereja," mengutipnya dalam karyanya History of the Church, yang ditulis sekitar tahun 325 M, dan lagi dalam Demonstration of the Gospel yang ditulis sedikit lebih dahulu.[12] Kosakata dan gaya bahasanya: menurut LOUIS Feldman, seorang penerjemah Loeb, secara mendasar sesuai dengan bagian-bagian lain dari tulisan Yosefus kecuali dalam beberapa hal.(J.A/L 49) France menguraikan: Demikianlah penggambaran tentang Yesus sebagai "seorang manusia bijaksana" bukanlah khas Kristen tetapi digunakan oleh Yosefus tentang Salomo dan Daniel, misalnya. Begitu pula, orang Kristen tidak mengacu kepada mukjizat-mukjizat Yesus sebagai "perbuatan-perbuatan yang mengherankan" (paradoxa erga), tetapi ungkapan yang tepat sama digunakan oleh Yosefus tentang mukjizat-mukjizat Elisa. Dan penggambaran orang Kristen sebagai suatu "suku" (phylon) tidak terdapat di tempat lain dalam sastra Kristen kuno, sedangkan Yosefus menggunakan kata tersebut untuk "bangsa" Yahudi dan juga untuk kelompok-kelompok nasional atau umum lainnya. (FrR.E 30)

Tambahan pula, bagian ini terutama menyalahkan penyaliban Yesus pada Pilatus dan bukan pada pemuka-pemuka Yahudi. Hal ini berbeda sekali dengan pemikiran Kristen pada abad ke-2 dan ke-3, yang lebih menyalahkan orang Yahudi sebagai penghasut penyaliban itu; seperti yang dikatakan oleh Winter, "Perbedaan di antara fungsi¬fungsi para iman Yahudi dan Gubernur Romawi menyingkapkan adanya sedikit pengetahuan tentang caranya tindakan-tindakan hukum diambil pada masa Yesus." (WiP.J 433) Ia melanjutkan: Sejak masa penulis Kitab Kisah Para Rasul dan Injil keempat, telah ditegaskan oleh para pengkhotbah, apologet, dan sejarawan Kristen, bahwa orang-orang Yahudi telah bertindak, bukan hanya sebagai penuduh Yesus, tetapi juga sebagai hakim dan algojo-Nya. Banyaknya tuduhan terhadap mereka dalam hal ini sungguh mengesankan. Sukar untuk percaya bahwa seorang pemalsu Kristen telah mengarang perkataan yang sedang dibicarakan ini, karena ia cenderung untuk menyanjung status Yesus dan merendahkan status orang-orang Yahudi. (WiP.J 433-34)

BERBAGAI KEBERATAN TERHADAP KEAUTENTIKAN TESTIMONIUM
Ada beberapa penyanggahan yang kuat terhadap keautentikan Testimonium, paling tidak seperti yang dikemukakan di atas.
Pertama, sangat tidak mungkin bahwa Yosefus telah menulis tentang Yesus, "Inilah sang Mesias." Bukan saja majikan-majikan Romawinya akan mencurigai dia berkhianat, tetapi ia sendiri tidak memberikan indikasi di manapun bahwa ia seorang Kristen. Lagi pula, Origenes yang menulis sekitar satu abad sebelum Eusebius, mengatakan dua kali bahwa Yosefus "tidak percaya pada Yesus sebagai Kristus." [14]
Kedua, karya Testimonium, seperti yang tertulis di atas, mengandung kosakata lain yang tidak akan diharapkan dari Yosefus, yang oleh para pengeritik bagian tersebut sering dinamakan" seorang Yahudi Ortodoks." Sambil lalu kita memperhatikan bahwa ada sedikit keraguan mengenai betapa ortodoksnya Yosefus itu sebenarnya. Rupanya ia merasa nyaman dengan cara hidup Romawi yang telah diterimanya. Sekalipun demikian, frase-frase seperti "jika memang ia dapat dikatakan seorang manusia," "orang-orang yang menerima kebenaran itu," "seorang yang mengadakan berbagai perbuatan yang menakjubkan," dan "pada hari yang ketiga Ia menampakkan diri di antara mereka setelah Ia dihidupkan kembali", semuanya mengharuskan Yosefus menjadi orang Kristen yang siap sedia untuk menderita karena kesaksiannya. Tambahan pula, hal menghubungkan nubuat-nubuat Perjanjian Lama dengan Yesus menunjukkan bahwa bagian-bagian ini telah ditulis oleh seorang penyalin Kristen di kemudian hari.
Ketiga, apabila bagian itu, seperti yang ada sekarang ini, semula memang berasal dari karya Yosefus, maka Yustinus Martyr, Klemens dari Aleksandria, Tertullianus atau Origenes sudah mengutipnya karena nilai apologetiknya sangat besar." Seperti yang di katakan Lardner: Sebuah kesaksian yang begitu menguntungkan Yesus dalam karya-karya Yosefus, yang hidup tidak lama setelah masa Juruselamat kita, yang begitu memahami tindakan-tindakan dalam negerinya sendiri, yang telah menerima begitu banyak dukungan dari Vespasianus dan Titus, pasti tidak akan diabaikan atau disia-siakan oleh apologet Kristen siapapun. (LaN.W 487)

Sekalipun penyanggahan ini merupakan penyanggahan yang berasal dari keheningan, dan sekalipun banyak karya Origenes dan penulis lain yang hilang dalam zaman purbakala dan mungkin telah memuat Testimonium, penyanggahan tersebut tetap masuk akal karena ada banyak bagian dalam karya penulis-penulis yang disebut di atas dan juga penulis lain di mana bagian ini akan sangat berharga untuk membuktikan pendapat mereka.

Akhirnya, ada yang menganjurkan bahwa bagian ini menghentikan aliran normal narasi Yosefus sedemikian rupa sehingga "jika bagian itu dikeluarkan, argumennya dapat berjalan terus menurut susunan yang baik." (WeG.DJE 10) Gordon Stein, menyusul Nathanael Lardner menyatakan bahwa "bagian tersebut muncul di tengah suatu koleksi cerita-cerita mengenai berbagai malapetaka yang menimpa orang-orang Yahudi." (StG.JH 2)

MENJAWAB KEBERATAN-KEBERATAN ITU
Dari keempat keberatan di atas, yang terakhir dapat ditolak dengan segera. Hanya dua dari lima paragraf dalam bab Yosefus yang memuat Testimonium itu adalah benar-benar merupakan malapetaka. Isi kelima dari bab 3 adalah sebagai berikut: Paragraf satu berbicara mengenai suatu malapetaka yang mungkin, yang dapat di atasi oleh keberanian orang-orang Yahudi ketika mereka mengajukan protes kepada Pilatus. Sebenarnya itu suatu kemenangan, bukan suatu malapetaka. Paragraf dua berbicara mengenai malapetaka orang Yahudi ketika "sejumlah besar dari mereka" terbunuh dan yang lain terluka. Paragraf tiga adalah Testimonium. Paragraf empat menggambarkan kisah godaan seorang wanita suci di kuil Isis di Roma dan sama sekali tidak berhubungan dengan orang Yahudi atau hal lain dalam bab ini.

Akhirnya, paragraf lima menulis tentang pembuangan orang Yahudi dari Roma. Meskipun paragraf empat mulai dengan kata-kata, "kira-kira pada waktu yang sama suatu malapetaka lain yang menyedihkan mengacaukan orang-orang Yahudi," Yosefus menjelaskan bahwa ia sedang mengacu kepada apa yang akan dilukiskannya dalam paragraf lima. Ia mengatakan bahwa ia akan melukiskannya setelah pengalihannya kepada kisah godaan wanita yang suci di kuil Isis. Kisah wanita suci ini yang menempati lebih dari separuh bagian bab tiga, begitu menyimpang dari konteksnya sehingga orang terpaksa mengambil kesimpulan bahwa jika sesuatu harus dikeluarkan dari bab ini maka itulah paragraf empat dan bukan Testimonium. Bagaimanapun, paragraf empat dan bagian-bagian lain seperti itu dalam Antiquities ialah menyatakan bahwa kadang-kadang Yosefus cenderung mencantumkan kisah-kisah kepentingan manusia dalam kronologinya tanpa menghiraukan apakah kisah-kisah tersebut cocok dengan konteks disekitarnya.

Kita harus setuju dengan France ketika ia berkata, "semua ini membuat orang bertanya-tanya bagaimana Wells dapat mengatakan bahwa jika bagian tentang Yesus dikeluarkan, 'argumennya dapat berjalan terus menurut susunan yang baik'." (FrR.E 28) Karena itu, ada cukup alasan untuk menerima Testimonium, meskipun dalam nada yang lebih netral atau bahkan negatif.

Sebagian terbesar ahli masa kini memilih alternatif ketiga." Ahli-ahli menolaknya sebagai pemalsuan sama sekali atau menerimanya secara menyeluruh, mereka berpendapat bahwa Yosefus pasti telah mengatakan sesuatu tentang Yesus yang kemudian, sesuatu yang sangat disayangkan, telah "dipalsukan" oleh seorang penyalin Kristen. Pendapat ini menjawab tiga keberatan lain terhadap keautentikan di atas, sementara juga menyetujui bukti-bukti yang menguntungkan keautentikan yang juga di kemukakan di atas.

Pendapat ini setuju dengan keberatan yang pertama bahwa Yosefus tidak akan menyebutkan Yesus sebagai "Kristus." Menurut E.M. Blaiklock, Yosefus boleh jadi menulis 'yang dinamakan Mesias,' seperti yang dilakukannya ketika, dua kitab kemudian, ia menyebut Kristus lagi, bersama dengan pembunuhan Yakobus. (BIE.MM 29)

Pernyataan ini bukan saja setuju dengan apa yang mungkin benar-benar dipercayai oleh Yosefus, tetapi bersama dengan informasi lainnya dalam Testimonium, pernyataan tersebut memberikan perkenalan yang perlu mengenai Yesus ini yang dibutuhkan dalam kitab 20, ketika Yosefus hanya berkata singkat tentang Dia, "yang dinamakan Kristus."

Terhadap keberatan yang kedua bahwa ada kosa-kata yang tidak menjadi ciri khas Yosefus, Bruce menerangkan secara ringkas: Telah dianjurkan,mengingat konteks di mana Paragraf itu terdapat bahwa apa yg dikatakan Yosefus adalah seperti di bawah ini:
Kira-kira pada masa ini timbul suatu sumber kesukaran lebih lanjut bernama Yesus, seorang manusia bijaksana yang mengadakan perbuatan¬perbuatan mengherankan, guru orang-orang yang dengan senang hati menyambut hal-hal aneh. Ia menyesatkan banyak orang Yahudi, dan juga banyak orang bukan Yahudi. Dialah yang dinamakan Kristus. Ketika Pilatus, yang bertindak berdasarkan informasi yang diberikan oleh orang-orang terkemuka di antara kami, menghukum dia untuk disalibkan, orang-orang yang dari semula telah mengikut Dia tidak berhenti menyebabkan kesukaran, dan kelompok orang Kristen, yang telah dinamakan menurut Dia, belum lenyap sampai hari inipun.

Corak terjemahan ini mungkin mengungkap maksud Yosefus dengan lebih teliti. Terjemahan ini mengandung empat perbaikan yang ditulis dengan huruf miring. 
Yang pertama, dianjurkan oleh Robert Eisler (EiR. M 50 dst.; terutama lihatlah hlm. 45), adalah tambahan frase "suatu sumber kesukaran lebih lanjut" dalam kalimat pertama. Frase ini menghubungkan paragraf tersebut secara lebih wajar dengan apa yang telah ditulis sebelumnya, karena Yosefus sedang mengkisahkan beberapa kesukaran yang timbul selama Pilatus rnenjadi gubernur. 
Perbaikan kedua, dianjurkan oleh H. ST. J. Thackeray, adalah perkataan "hal-hal aneh" (Yunani, aehte) sebagai gantinya "hal-hal benar" (Yunani: alehte). (ThH, JTM 144 dst.). Sudah pasti kekristenan bagi Yosefus kelihatan lebih aneh daripada benar. 
Yang ketiga, dianjurkan oleh G.c. Richards dan R. J. H. Shutt, adalah sisipan "yang dinamakan" sebelum "Kristus." (RiG. CN 31:176 dan Rig. TJ 42:70-71) ... Sedikit keterangan kepada nama Tuhan kita sebagai "Kristus" diperlukan di sini; kalau tidak, para pembaca karya Yosefus mungkin tidak akan mengerti bagaimana sebenarnya "kelompok orang-orang Kristen" rnendapat namanya dari Yesus. 
Yang keempat, bukan suatu perbaikan dalam arti yang sama dengan yang lain. Yosefus mengatakan bahwa murid-murid Yesus "tidak berhenti," dan kita harus bertanya, "tidak berhenti berbuat apa?" Jawabannya akan sesuai dengan konteks, dan dalam jenis konteks yang kita bayangkan " tidak berhenti menyebabkan kesukaran" memang masuk akal. (BrF.JCO 39-40)

Rekonstruksi Bruce diatas (atau yang lain-lain seperti itu) juga menjawab keberatan kedua terhadap keautentikan; tak seorangpun dari bapa-bapa gereja yang mula-mula sebelum Eusebius telah mengutip Yosefus. Nilai utama dari bagian tersebut dewasa ini adalah membuktikan keberadaan Yesus dalam sejarah dan beberapa fakta mendasar mengenai kehidupan dan kematian-Nya di bawah Gubernur Pilatus. Bagaimanapun, karena fakta-fakta ini tidak dibantah pada abad-abad yang dahulu itu, tidak ada alasan bagi salah seorang bapak gereja untuk mengutip Yosefus. Tambahan pula, bagian itu, seperti yang disampaikan oleh Bruce, menunjukkan bahwa Yosefus bukan orang Kristen dan merupakan alasan cukup bagi Origenes untuk mengatakan bahwa Yosefus tidak percaya kepada Yesus sebagai Kristus. Schlomo Pines, seorang cendekiawan Israeli yang terkemuka, menyatakan: Sebenarnya, sejauh menyangkut kemungkinan-kemungkinan, tidak ada orang Kristen yang percaya akan menulis teks yang begitu netral; bagi dia satu-satunya hal penting mengenai teks tersebut ialah pengesahan akan bukti sejarah tentang Yesus. Namun, kenyataannya ialah bahwa persoalan khusus ini baru dimulai pada zaman modern. Musuh-musuh yang paling membenci kekristenan pun tidak pernah meragukan bahwa Yesus benar-benar telah hidup. (PiS.A VT 69)

Dr. James H. Charlesworth dari Princeton Theological Semimary menulis tentang bukti lebih lanjut yang menegaskan kisah Yosefus tentang Yesus: Sudah bertahun-tahun saya rindu untuk menemukan teks dari Antiquities Yosefus yang memuat varian-varian dalam Testimonium Flavianum. Lalu, kita mungkin dapat menyokong berbagai pemikiran para sarjana dengan bukti tekstual. Sebenarnya, justru cita-cita inilah yang menguntungkan kami. (ChJ. R 109)

Selanjutnya Profesor Charlesworth menggambarkan sebuah versi Arab abad ke-4 mengenai Testimonium tersebut yang terpelihara dalam kitab Al-Unwan karya Agapius dari abad ke-IV. Pines menerjemahkan bagian ini: Pada waktu ini ada seorang bijaksana yang bernama Yesus. Dan perilakunya baik, dan (ia) terkenal orang yang berbudi luhur. Dan banyak orang dari antara orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain menjadi murid-Nya. Pilatus menghukum Dia untuk disalibkan dan mati. Dan orang-orang yang telah menjadi murid-Nya tidak meninggalkan kemuridan-Nya. Mereka melaporkan bahwa Ia menampakkan diri kepada mereka tiga hari setelah penyaliban-Nya dan bahwa Ia hidup; jadi, Ia mungkin adalah Mesias yang dari halnya nabi-nabi telah menceritakan hal-hal ajaib. (PiS. A VT 16)

Suatu versi Testimonium dari abad ke-11, yang disebut Pines sebagai teks Michael, memuat kalimat berikut, "Ia dianggap sebagai Mesias." Pines mengemukakan bahwa kalimat ini mungkin mempertahankan sesuatu yang lebih dekat dengan kalimat asli Yosefus daripada "Ia mungkin adalah Mesias" (seperti yang dikatakan dalam teks bahasa Arab itu). Menurut Charlesworth, versi bahasa Arab itu" menyediakan dasar kebenaran tekstual untuk menghilangkan bagian-bagian kristiani dan memperlihatkan bahwa Yosefus boleh jadi telah membahas Yesus dalam Antiquities 18." (ChJ. R 110)

Untuk mengakhiri pembicaraan kita mengenai Yosefus dapat ditambahkan bahwa sebutannya tentang Yesus di bagian yang menyangkut Yakobus benar-benar dapat dipercayai, tetapi sejarawan Earle E. Cairns juga mencatat: Sungguhpun orang Kristen telah menambahkan sesuatu pada bagian ini, kebanyakan ahli setuju bahwa informasi mendasar yang baru disebut (bahwa Yesus adalah "orang bijaksana" yang dihukum untuk mati disalib oleh Pilatus) mungkin sekali merupakan bagian dari teks yang asli. Memang, Yosefus bukan seorang sahabat kekristenan, karena itu sebutannya akan Kristus mempunyai nilai sejarah lebih besar. (CaEE.CT 50)

-------------------
Catatan :
[8] Rujukan yang umumnya dikutip para sarjana yang berhubungan dengan naskah Yeremia, misalnya dalam edisi Loeb, adalah XVIlI, 63-64, dan mengacu kepada bagian ke-63 dan ke-64 dari kitab 18 dalam naskah Yunani Antiquities. Kami akan memberi kedua rujukan itu dalam semua kutipan yang berikut, dengan mengutip rujukan yang dipakai oleh naskah Yunani dalam tanda kurung. Jadi, bagian ini adalah 18.3.3. (63-64).

[9] Yosefus, Antiquities, Loeb Edition, vol. IX, hlm. 496.
NathanieI Lardner (lihat LaN.W) adalah salah satu dari sedikit orang yang berpendapat bahwa penyebutan Yakobus dan Yesus di bagian ini telah ditambahkan oleh para penyalin Kristen beberapa waktu sebelum tahun 200 TM. Lardner merasa bahwa kisah Yosefus tentang kematian Yakobus tidak cocok dengan kisah Hegessipus, yang terdapat dalam The History of the Church 2.23. [AS] dari Eusebius. T eta pi jelas tidaklah demikian, karena kisah Y osefus terutama berhubungan dengan kegiatan Ananias dan penyingkirannya dari keimaman. Perajaman Yakobus merupakan satu rincian yang terdiri dari satu kalimat dalam kisah tersebut. Di pihak lain, Hegessipus memusatkan perhatian pada pribadi Yakobus dan mengembangkan konteksnya agak luas. Ia menegaskan segala sesuatu yang dikatakan Yosefus, yaitu bahwa Yakobus diserahkan untuk dirajam, tetapi menambahkan rincian bahwa beberapa anggota Sanhedrin tertentu ingin memakai Yakobus untuk membujuk orang banyak agar berpaling dari Kristus; bahwa sebelum Yakobus dirajam ia telah dibuang dari tembok lindung yang rendah di atas tembok kota; bahwa karena ia masih hidup setelah jatuh, ia dirajam sementara ia berdoa mohon pengampunan bagi para pelaksana hukumnya; dan karena tetap masih hidup, kematiannya diselesaikan dengan satu pukulan di kepalanya dengan pentungan. Kisah-kisah itu sangat cocok. Kisah-kisah itu hanya saling bertentangan bila dipaksa untuk mengatakan apa yang mereka tidak katakan. Lagipula, jika seorang penyusup kristiani kemudian menyisipkan nama Yakobus ke dalam kisah Yosefus pada tempat ini, orang akan berpikir bahwa ia akan berusaha lebih sungguh-sungguh untuk membuat kisah kematian Yakobus lebih sejajar dengan kisah yang diberikan oleh Hegessipus. Sebagaimana keadaan kedua kisah itu sekarang yang masing-masing menceritakan rincian yang berbeda, tetapi yang tidak saling bertentangan, buktinya sama meyakinkan seperti yang dapat diharapkan dan kedua kisah itu dapat diterima sebagaimana ada.

[10] Origenes (maupun Eusebius satu abad kemudian) juga mengutip Yosefus yang berkata, "Hal-hal ini terjadi pada orang-orang Yahudi sebagai pembalasan karena Yakobus yang benar. Yakobus adalah saudara Yesus yang dinamakan Kristus, yang meskipun ia adalah manusia yang paling benar, orang Yahudi telah membunuh dia. (Against Ce/sus 1. 47, di RoA.ANF [AS]).

[11] Paul Winter, "Excursus II - Yosefus tentang Yesus dan Yakobus." Artikel ini merupakan sumber bibliografi yang berharga. Winter mencatat 47 karya acuan yang paling penting tentang persoalan ini: 9 karya membela keauntetikan Testimonium, 17 menentang keautentikan itu, dan 21 mempertahankan bahwa bagian itu aslinya terdapat dalam karya Yosefus, tetapi itu hanya dilunakkan, bukan disisipkan, oleh seorang penyalin yang kemudian.

[12] Yosefus, Antiquities, edisi Loeb. Karena bagian ini diperdebatkan banyak orang, kami telah menggunakan terjemahan yang dianggap paling dapat dipercaya.

[13] Eusebius, The History of the Church 1. 11. 7; Demonstration of the Gospe/ 3 .5. 105. [AS]

[14] Origenes, Against Ce/sus 1. 47 dan Commentaryon Mattew 10. 17, in RoA.ANF. [AS]

[15] Pentinglah untuk memperhatikan bahwa nilai apologetika untuk oran?-orang Kristen awal ini bukanlah kesejarahan Yesus, melainkan bahwa seseorang dalam kedudukan yang di hormati di kekaisaran Romawi akan memandang dengan menyenangkan pada pribadi dan ajaran Yesus. Kesejarahan Yesus baru menjadi masalah pada abad-abad belakangan ini.

[16] Rupanya orang ingin menolak seluruh bagian ini terbiasa menulis seakan-akan semua sarjana lain akan mendukung mereka. Tidaklah demikian.Kebanyakan sarjana yang telah menyelidiki persoalan ini mendukung alternatif yang ketiga. Untuk menemukan bibliograli yang sangat baik dan dihormati dari para sarjana yang mendukung berbagai pendirian, lihatlah WiP.J di ScE.HJP/73 428-430

Yesus Kristus dalam Kesaksian Sejarah (1)

Kematian Yesus di kayu salib dibenarkan oleh ahli-ahli sejarah dunia abad permulaan, baik Romawi, Yunani, maupun Yahudi. Demikian juga keberadaan para pengikutNya yang begitu setia mengikuti ajaran-Nya sekalipun mendapatkan tantangan berat. Dari sekian banyak penulis tersebut. beberapa di antaranya adalah:

a. Tacitus (60-120)
Tacitus adalah seorang sejarawan Romawi vang hidup sekitar tahun 60-120. Dia dianggap senior di antara para sejarawan Romawi. Dalam bagian tertentu bukunva Annals. Tacitus menggambarkan tentang Kaisar Nero yang menganiaya orang-orang Kristen secara kejam karena iman mereka kepada Kristus, Mereka dihukum mati oleh prokurator Pontius Pilatus pada zaman pemerintahan Tiberius.

b. Plinius Yr (62-113)
Plinius pernah menjabat sebagai wali negeri Bitinia dan Pontus di Asia Kecil (Turki Modern), Ketika itu ia dipusingkan oleh persoalan bagaimana memperlakukan orang-orang Kristen yang dianggap sebagai sekte liar. Dalam suratnya kepada Kaisar Trynaus (sekitar tahun 111 M atau 112 M), Plinius menyaksikan tentang kehidupan orang-orang Kristen vang saleh dan kesetiaan mereka terhadap Kristus, pendiri mereka.

c. Yosephus
Yosephus adalah seorang sejarawan Yahudi yang lahir beberapa tahun sesudah penyaliban Kristus. la menuliskan tentang peristiwa penyaliban. Dalam bukunva Antiquities (93 M), Yosephus memaparkan kelika Pilatus menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus dan bagaimana Ia menampakkan diri kepada para murid pada hari yang ketiga, Yosephus mencatat: "Sekarang, kira-kira waktu ini, Yesus, seorang yang bijak jika pantas menyebut-Nya seorang manusia, karena Dia telah melakukan pekerjaan-pekerjaan ajaib, seorang guru seperti itu yang menerima kebenaran dengan sukacita. Dia menarik banyak orang Yahudi dan juga banyak yang bukan orang Yahudi. Dia adalah Kristus; dan ketika Pilatus atas anjuran orang-orang penting di antara kami menghukum Dia di kayu salib, mereka yang mungasihi-Nya dari mula-mula tidak pernah meninggalkan Dia, karena Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka dan hidup kembali pada hari ketiga, seperti dinubuatkan para nabi Allah dan puluhan ribu hal-hal ajaib yang lain tentang Dia; dan umat Kristen, nama yang berasal dari nama-Nya, hingga saat ini masih tetap hidup (tidak musnah)"

d. Lucien dari Samosata (125-190)
Lucien dari Samosata adalah sastrawan Yunani terpandang (125-190 M). seorang penganut paham Epikuros. Ia menggambarkan Kristus pemrakarsa kultus kekristenan; dan menyebutkan bahwa Kristus disalibkan di Palestina karena telah menciptakan kultus ini. Lucien menulis tentang penyaliban Yesus meskipun ia sendiri tidak dapat memahami iman Kristen, dia tidak mengerti mengapa banyak orang Kristen bersedia mati untuk Yesus.

e. Talmud (125-190)
Kitab Talmud adalah kumpulan tradisi Yahudi yang berisi pengajaran dan penafsiran Kitab Suci dan hukum. Kitab Talmud memuat peristiwa penyaliban Yesus sebagai berikut: "Yesus disalibkan sehari sebelum hari Paskah. Kami memperingatkan Dia selama empat puluh hari bahwa Dia akan dibunuh karena Dia seorang tukang sihir dan berencana menipu bangsa Israel dengan khayalan-Nva. Barangsiapa hendak mengikuti-Nya, diminta untuk membela-Nya, Dia disalibkan sebelum Paskah. Adakah yang berani membela Dia? Apakah Dia bukan pengacau yang berasal dari Iblis? Disebutkan dalam kitab nabi-nabi; Ulangan 1:8-9, "Kau tidak akan berkenan kepada dia atau mendengar kepada dia atau matamu merasa kasihan kepada dia; juga tidak menyelamatkan dia atau menyembunyikan dia; tetapi engkau akan benar-benar membunuh dia."

f. Pontius Pilatus
Sebagai perwakilan pemerintah Romawi di Yudea, maka Pontius Pilatus pun mengirimkan surat berita acara proses peradilan, penyaliban, kematian, dan kebangkitan Yesus kepada Kaisar Tiberius di Roma, Tertulianus pernah mengutip dokumen ini dalam menunjang pembelaannya bagi orang-orang Kristen yang teraniaya.

Sumber :
Elisa B Surbakti, Benarkah Yesus Juruselamat Universal?, BPK Gunung Mulia, 2002, hlm.90-92.

Jumat, 11 Januari 2013

Yesus Kristus Seorang Tokoh Sejarah

Dalam sebuah debat yang disponsori oleh dewan mahasiswa sebuah universitas midwestern, lawan debat saya seorang calon anggota kongres dari Partai Buruh Progresif (Marxist) di New York, mengatakan dalam kata pembukanya: "Para sejarawan dewasa ini dapat dikatakan telah menghapuskan Yesus Kristus dari sejarah ... ", Saya nyaris tidak mempercayai telinga saya (tapi saya bersyukur sesudahnya, karena 2.500 orang mahasiswa yang mendengarnya segera menyadari bahwa dia tidak membuat persiapan apa pun tentang sejarah). Kebetulan saya membawa catatan dan dokumentasi ini sebagai bahan sanggahan saya. Pasti bukan sejarawan (mungkin ada beberapa ekonom) yang mempropagandakan teori bahwa Yesus Kristus adalah sebuah mitos.
Sebagaimana yang dinyatakan dengan tepat sekali oleh F. F. Bruce, profesor Rylands dalam penelitian kritis dan penjelasan Alkitab dari Universitas Manchester:
"Beberapa pengarang boleh saja bermain-main dengan suatu 'mitos Kristus,' tetapi mereka tidak melakukannya berdasarkan bukti-bukti sejarah. Bagi sejarawan yang tidak memihak, latar belakang sejarah Kristus adalah sama pastinya dengan latar belakang sejarah Julius Caesar. Jadi yang mempropagandakan teori 'mitos Kristus' pasti bukan sejarawan." 2/119
Otto Betz menyimpulkan bahwa "tidak ada ilmuwan serius yang berani mencoba-coba mengajukan teori tentang ketidak-sejarahan Yesus." 1/9

I. SUMBER-SUMBER KRISTEN UNTUK MENDUKUNG KESEJARAHAN YESUS KRISTUS

a. DUA PULUH TUJUH DOKUMEN PERJANJIAN BARU YANG BERBEDA
John Montgomery bertanya:
"Jadi, kalau begitu, apa yang diketahui seorang sejarawan tentang Yesus? Yang paling utama dia tahu bahwa dokumen-dokumen Perjanjian Baru dapat dipercaya untuk memberikan gambaran yang akurat tentang Dia. Dan dia tahu bahwa gambaran ini tidak dapat diubah-ubah menurut pikiran yang muluk-muluk, praduga filosofis, atau rekayasa kesusasteraannya." 6/40

b. BAPA-BAPA GEREJA
Polikarpus, Eusebius, Irenaeus, Ignatius, Justin, Origenes, dan lain-lain.

II. SUMBER-SUMBER DILUAR ALKITAB UNTUK MENDUKUNG KESEJARAHAN YESUS KRISTUS

a. CORNELIUS TACITUS (lahir 52-54 sM)
Seorang sejarawan Roma, pada tahun 112 M, Gubemur Asia, menantu pria Julius Agricola yang menjadi Gubemur Britania pada tahun 80-84 M. Ketika menulis tentang pemerintahan Nero, Tacitus menyinggung tentang kematian Kristus dan keberadaan orang-orang Kristen di Roma:
''Tetapi tidak ada pertolongan yang datang dari seorang manusia, tidak pula anugerah yang dikaruniakan putra mahkota, atau korban silih yang dipersembahkan kepada dewa-dewa, yang dapat menyelamatkan Nero dari keaiban oleh karena dituduh telah sengaja menimbulkan kebakaran besar di Roma. Jadi, untuk menghentikan desas-desus itu, dia mengalihkan tuduhan dengan memfitnah dan menghukum dengan siksaan paling keji terhadap orang-orang yang disebut Kristen, yang dibenci oleh karena kejahatannya. Kristus, yang menjadi pendiri kepercayaan itu, telah dihukum mati oleh Pontius Pilatus, wali-negeri Yudea di bawah pemerintahan Tiberius: tapi kepercayaan tahayul yang merusak itu, setelah mereda untuk sementara, bangkit kembali, bukan hanya di Yudea, di mana kejahilan itu berasal, tapi juga di seluruh Kota Roma." Annals XV. 44
Tacitus menyinggung lebih jauh tentang kekristenan dalam fragmen-fragmen tulisannya Histories, ketika mengupas tentang pembakaran Bait Allah Yerusalem pada tahun 70 M, yang diabadikan oleh Sulpicius Severns (Chron. ii. 30.6).

b. LUCIANUS (dari Samosata)
Seorang satiris dari abad ke-2, yang berbicara dengan sinis tentang Kristus dan kekristenan. Dia mengaitkan Yesus dengan sinagoge-sinagoge di Palestina dan menyebut Kristus sebagai ". . . orang yang disalibkan di Palestina karena memperkenalkan aliran kepercayaan baru ini kepada dunia . . . Selanjutnya, pemimpin mereka yang pertama-tama meyakinkan bahwa mereka semua adalah saling bersaudara setelah mereka menyeberang sekali dan untuk selama-lamanya dengan menyangkal dewa-dewa Yunani dan menyembah pecundang yang disalibkan itu sendiri serta menaati hukum-hukumnya" The Passing Peregrinus.
Lucianus juga beberapa kali menyinggung tentang orang-orang Kristen dalam bukunya Alexander the False Prophet, unit 25 dan 29

c. FLAVIUS JOSEPHUS (lahir 37 M)
Seorang sejarawan Yahudi yang menjadi seorang Farisi pada usia 19 tahun; pada tahun 66 M dia menjadi komandan pasukan Yahudi di Galilea. Setelah tertangkap dia ditempatkan di markas besar Romawi. Berikut adalah kata-katanya yang banyak dikutip dan diperdebatkan:
"Pada masa inilah Yesus, seorang manusia bijaksana, kalau boleh disebut manusia, karena dia adalah pelaku berbagai perbuatan yang luar biasa, pengajar orang-orang yang menerima kebenaran dengan sukacita. Dia telah menarik banyak orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi. Dia adalah Kristus, dan ketika Pilatus, atas desakan orang-orang penting di antara kita, telah menghukumnya di kayu salib, mereka yang mengasihinya sejak semula tidak melupakan Dia; karena Dia telah menampakkan diri lagi kepada mereka dalam keadaan hidup pada hari yang ketiga; sebagaimana yang telah diramalkan oleh para nabi Allah, sama seperti puluhan ribu hal lainnya tentang Dia. Dan kaum Kristen, yang dinamai demikian menurut nama-Nya, belum juga punah sampai hari ini." Antiquities. xviii.33. (Awal abad kedua) .

Teks Arab dari perikop di atas adalah sebagai berikut:
''Pada masa ini hiduplah seorang pria bijaksana bernama Yesus. Prilakunya baik, dan (Dia) dikenal hidup suci. Banyak orang, baik Yahudi maupun bangsa-bangsa lain yang menjadi murid-Nya.
Pilatus menghukum-Nya untuk disalibkan sampai mati. Dan mereka yang telah menjadi murid-Nya tetap setia kepada-Nya. Kata mereka, Dia telah menampakkan diri kepada mereka tiga hari setelah disalibkan, bahwa Dia hidup; jadi mungkin Dia adalah Mesias yang tentang-Nya para nabi telah memberitakan berbagai keajaiban."
Perikop di atas ditemukan dalam naskah Arab yang berjudul:
"Kitab AI-Unwan AI-Mukallal Bi-Fadail Al-Hikma Al-Mutawwaj Bi-Anwa Al-Falsafa AI-Manduh Bi-Haqaq AI-Marifa." Terjemahannya kira-kira adalah: Kitab Sejarah yang Dituntun oleh Segala Unsur Kebijaksanaan. Disempumakan oleh Filosofi dan Diperkaya oleh Kebenaran dan Pengetahuan."
Naskah di atas yang digubah oleh Uskup Apapius pada abad ke-l0 berisi sebuah unit yang dibuka dengan kata-kata: "Kami temukan dalam banyak buku karangan para ahli filsafat bahwa mereka menyinggung tentang hari ketika Kristus disalibkan." Lalu dia memberikan beberapa kutipan dari beberapa pengarang kuno. Ada yang sudah dikenal oleh para cendekiawan modem ada yang belum. 8/hlm.

Kita juga menemukan rujukan kepada Yakobus saudara Yesus dalam tulisan Josephus. Dalam Antiquities XX 9:1 dia menggambarkan perbuatan imam agung Ananus:
"Tetapi Ananus Yr (yang lebih muda), seperti yang kami katakan, diangkat menjadi imam agung; mempunyai watak yang berani dan agak nekad; dia menganut aliran Saduki, yang paling keras dalam menjalankan hukum di antara orang Yahudi, sebagaimana yang telah kami tunjukkan. Jadi, karena Ananus telah memegang kekuasaan itu, dia berpikir bahwa sekaranglah saat yang paling tepat, setelah Festus wafat, dan selagi Albinus masih dalam perjalanan; maka dia membentuk dewan hakim, dan membawa ke hadapan mereka saudara Yesus yang disebut Kristus, yang namanya adalah Yakobus, serta beberapa orang lainnya, dan menuduh mereka sebagai pelanggar hukum, dan menyuruh agar mereka semua dilontari batu." 2/107

d. SUETONIUS (120 M)
Juga seorang sejarawan Roma, pejabat istana di bawah Hadrianus, penulis sejarah Imperial House. Dia mengatakan: "Karena orang-orang Yahudi terus menimbulkan kerusuhan atas hasutan Chrestus (ejaan lain dari Kristus), mereka diusir dari Roma." Life of Claudius, 25.4
Dia juga menulis: "Nero menjatuhkan hukuman ke atas orang-orang Kristen, yaitu sekelompok orang yang menganut suatu tahayul baru yang jahat." Lives of the Caesars, 26.2

e. PLINIUS SECUNDUS (Plinius Yr)
Sebagai Gubernur Bitinia di Asia Kecil (112 M), Plinius menulis kepada Kaisar Trayanus meminta pendapat tentang bagaimana harus memperlakukan orang-orang Kristen.
Plinius menjelaskan bagaimana dia telah membunuh baik lelaki maupun wanita, anak lelaki atau anak perempuan. Sudah begitu banyak yang dibunuhnya sehingga dia ragu apakah dia harus terus rnembunuh mereka yang kedapatan sebagai orang Kristen, atau hanya membunuh orang-orang tertentu saja. Plinius menjelaskan bagaimana dia telah memaksa orang-orang Kristen untuk menyembah patung-patung Trayanus. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia juga telah "memaksa mereka menyumpahi Kristus, yang tak mungkin dilakukan seorang Kristen sejati." 
Dalam surat yang sama dia mengatakan tentang orang-orang yang diadili: "Namun terbukti bahwa semua kesalahan mereka, kekeliruan mereka adalah bahwa mereka mempunyai kebiasaan untuk berkumpul pada hari-hari tertentu sebelum hari terang. Mereka akan menyanyikan lagu-Iagu pujian kepada Kristus seperti kepada dewa, dan mengikat sumpah dengan sungguh-sungguh bukan untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi untuk tidak menipu, mencuri, berzina, bersumpah palsu, tidak berkhianat bila mereka harus mempertanggung-jawabkannya." Epistles X.9

f. TERTULIANUS
Ahli teologi dan hukum dari Karthage. Dalam pembelaannya terhadap kekristenan (197 M) di depan penguasa Roma di Afrika, dia menyinggung tentang perbedaan pendapat di antara Tiberius dan Pontius Pilatus:
"Pada masa ketika nama Kristen mulai muncul di dunia, Tiberius yang telah menerima kebenaran tentang keilahian Kristus, membawa perkara ini ke hadapan senat, disertai keputusannya sendiri untuk membela Kristus. Karena ia sendiri tidak menyetujuinya, senat menolak usulan Tiberius. Kaisar tetap berpegang pada pendapatnya, dan mengancam mereka yang mendakwa orang-orang Kristen (Apology, V.2). Beberapa sejarawan meragukan nilai sejarah dari perikop ini. Juga, Cr. Justinus Martyr, Apology, 1.35.

g. THALLUS (Sejarawanketurunan Samaria)
Salah seorang penulis bukan Yahudi yang pertama-tama menyinggung tentang Kristus adalah Thallus yang menulis pada tahun 52 M. Namun tulisan aslinya sudah musnah dan kita mengetahui tulisannya hanya melalui beberapa kutipan oleh pengarang-pengarang lain. Salah seorang di antaranya adalah Julius Africanus, seorang pengarang Kristen yang hidup sekitar tahun 221 M. Dalam sebuah paragraf yang sangat menarik dia menyinggung tentang komentar Thallus. Julius Africanus menulis:
"Thallus, dalam buku sejarahnya yang ketiga, menggambarkan kegelapan ini seperti suatu gerhana matahari - sesuatu yang kurasa tidak masuk akal' (tentu saja tidak masuk akal, karena gerhana matahari tidak dapat terjadi pada saat bulan purnama, dan pada masa Paskah ketika bulan sedang purnama Kristus wafat)."
Jadi, dari sumber ini kita dapat melihat bahwa berita Injil tentang kegelapan yang meliputi daerah itu pada saat Yesus disalibkan juga diketahui banyak orang dan menuntut penjelasan alamiah dari orang-orang tidak percaya yang turut menyaksikannya. 2/113

h. PHLEGON (Sejarawan abad pertama)
Kitab Tawarikhnya sudah hilang, tapi sebuah kutipan kecil dari karyanya, yang menegaskan tentang kegelapan yang meliputi bumi pada saat penyaliban, juga disinggung oleh Julius Africanus. Setelah komentarnya (Africanus) tentang tidak masuk akalnya pendapat Thallus tentang kegelapan itu, dia mengutip Phlegon yang mengatakan bahwa "pada masa Kaisar Tiberius sebuah gerhana matahari terjadi pada masa bulan purnama." 7/IIB, bagian 256 fl6, hlm, 1165
Phlegon juga disebut-sebut oleh Origenes dalam Contra Celsum, Buku ke 2, bagian 14, 33, 59.

Philopon (De. opif. mund. II 21) mengatakan: "Dan mengenai kegelapan ini ... Phlegon mengenangnya dalam Olympiads (judul buku sejarahnya)." Dia berkata bahwa "Phlegon berbicara tentang gerhana matahari yang terjadi pada waktu penyaliban Tuhan Kristus, dan bukan yang lain (gerhana), jelas sekali bahwa dia tidak mengetahui dari sumbernya sendiri tentang gerhana lain (yang serupa) pada masa-masa sebelumnya . . . dan hal ini ditunjukkan dalam catatan sejarah itu sendiri tentang Kaisar Tiberius." 41IIB, bagian 257 fl6, c, hlm, 1165.

i. SURAT MARA BAR-SERAPION
F. F. Bruce mencatat bahwa: " . . . di British Museum ada sebuah naskah menarik yang memuat sebuah surat yang ditulis setelah tahun 73 M, tetapi kapan tepatnya tidak diketahui. Surat ini dikirim oleh seorang Siria bernama Mara Bar-Serapion kepada putranya Serapion, Pada saat itu Mara Bar-Serapion sedang berada dalam penjara, tetapi dia menulis untuk meneguhkan putranya agar terus mencari kebijaksanaan, dan menunjukkan bahwa mereka yang menganiaya orang bijaksana akan ditimpa kemalangan. Dia memberi contoh kematian Socrates, Phytagoras, dan Kristus: ''Keuntungan apa yang diperoleh orang-orang Athena dengan membunuh Socrates? Bencana kelaparan dan wabah penyakit menimpa mereka sebagai hukuman atas kejahatan mereka. Keuntungan apa yang diperoleh orang-orang di Samos dengan membakar Phytagoras? Dalam sekejap tanah mereka diliputi oleh pasir. Keuntungan apa yang diperoleh orang-orang Yahudi dengan membunuh Raja mereka yang bijaksana? Tidak lama setelah itu kerajaan mereka dihancurkan. Allah telah membalas kematian ketiga orang bijaksana ini dengan adil: orang-orang Athena mati kelaparan; orang-orang Samos ditelan samudra; orang-orang Yahudi, kalah perang dan terusir dari tanah airnya, terpencar ke seluruh dunia. Tetapi Socrates tidak binasa; dia hidup dalam ajaran Plato. Phytagoras tidak binasa; dia hidup dalam patung Hera. Begitu pula sang Raja bijaksana tidak binasa; Dia hidup dalam ajaran yang diberikan-Nya.'" 2/114

j. JUSTINUS MARTYR
Sekitar tahun 150 M, Justinus Martyr, dalam Defence of Christianity yang ditujukan kepada Kaisar Antonius Pius, mengingatkan Kaisar pada 1aporan Pilatus, yang menurut Justinus pasti tersimpan dalam arsip kerajaan. Tetapi kata-kata, "Mereka menikam tangan dan kakiku," katanya, "menjelaskan tentang paku-paku yang tertancap di tangan dan kaki-Nya ke kayu salib; dan setelah Dia disalibkan, mereka yang menyalibkan-Nya membuang undi atas pakaiannya, dan membagi-baginya di antara mereka; dan bahwa hal ini adalah benar, Anda dapat melihatnya dalam "Kisah" yang dicatat dalam pemerintahan Pontius Pilatus." Selanjutnya dia berkata: "Bahwa Dia telah melakukan mukjizat-mukjizat, Anda dapat memeriksanya dalam 'Kisah' Pontius Pilatus." Apology, 1.48

Elgin Moyer, dalam Who Was Who in Church History, melukiskan Justinus sebagai " ... ahli filsafat, martir,' apologis (orang yang membuat pembelaan bagi suatu keyakinan dan lain-lain), yang dilahirkan di Flavia Neapolis. Berpendidikan tinggi, dan tampaknya mempunyai cukup sarana untuk mendukung penelitian dan perjalanannya. Sebagai seorang yang haus pada kebenaran, dia telah menimba banyak pengetahuan tentang Stoicisme, Aristotelisme, Phytagoreanisme, dan Platonisme, tetapi membenci Epicureanisme. Pada masa-masa itu dia mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan orang-orang Yahudi, tapi tidak tertarik pada agama mereka. Rupanya dia paling condong pada Platonisme dan mengira bahwa dia sudah hampir mencapai tujuan filosofinya: 'melihat Allah', ketika suatu hari selagi berjalan-jalan seorang diri di tepi pantai, ahli filsafat muda itu bertemu dengan seorang Kristen tua yang tampak agung, berwajah menyenangkan dan lembut berwibawa. Orang Kristen yang rendah hati ini menggoyahkan kepercayaannya pada kebijaksanaan manusia, dan menunjukan nabi-nabi Yahudi 'orang-orang yang hidup jauh sebelum semua ahli filsafat yang mulia, yang telah meramalkan kedatangan Kristus dalam semua tulisan dan ajarannya . . . ' Mengikuti nasihat orang tua ini, penganut Platonisme yang bersemangat ini menjadi seorang Kristen yang percaya. Katanya, 'Aku mendapatkan bahwa inilah satu-satunya filosofi yang aman dan menguntungkan.' Setelah pertobatannya, yang terjadi pada usia mudanya, dia membaktikan seluruh hidupnya pada pembelaan dan penyebaran agama Kristen." 7/227

k. TALMUD YAHUDI
Tol'doth Yeshu. Yesus disebut sebagai "Ben Pandera."
Talmud Babilonia. (Memberi pendapat orang: orang Amori) menulis: " ... dan menggantung dia pada hari menjelang Paskah."

Talmud memberikan sebutan kepada Yesus: "Ben Pandera (atau 'Ben Pantere')" dan "Yeshu ben Pandera." Banyak cendekiawan mengatakan "pandera" adalah suatu permainan kata, suatu plesetan dari kata Yunani untuk perawan "parthenos," untuk menyebut-Nya "putra seorang perawan." Joseph Klausner, seorang Yahudi, mengatakan: "kelahiran Yesus yang di luar nikah adalah suatu masalah hangat di kalangan orang-orang Yahudi . "

Komentar yang terdapat dalam Baraila mempunyai nilai historis yang tinggi:
''Pada hari sebelum Paskah mereka menggantung Yeshu (dari Nazaret) dan selama 40 hari sebelumnya telah beredar pengumuman yang mengatakan bahwa (Yeshu dari Nazaret) akan dilontari batu karena dia telah melakukan sihir, telah menipu dan menyesatkan orang-orang Israel. Hendaknya setiap orang yang mempunyai pembelaan terhadap Dia, datang dan memohonkan pengampunan baginya. Tetapi karena tidak ada yang datang untuk membela Dia, maka mereka menyalibkannya pada hari menjelang Paskah'' (Sanhedrin; Babilonia 43a). - "Hari menjelang Paskah."

Amoa 'Ulla' ("Ulla" adalah seorang murid R. Youchanan dan diam di Palestina pada akhir abad ketiga.) menambahkan:
"Dan apakah menurut Anda baginya (Yeshu dati Nazaret) ada hak untuk memohon pengampunan? Dia adalah seorang penipu, dan Yang Maha Pemurah telah mengatakan: "Janganlah engkau mengampuni atau melindunginya." Tapi entah dengan Yeshu, karena dia dekat dengan pemerintah sipil."

Penguasa Yahudi tidak menyangkal bahwa Yesus telah melakukan tanda-tanda dan mukjizat (Matius 9:34; 12:24; Markus 3:22) tapi mereka menghubungkannya dengan perbuatan sihir, 5/23

"Talmud," tulis cendekiawan Yahudi Joseph Klausner:
"memakai istilah menggantung bukan menyalibkan, karena hukuman mati ala Roma yang mengerikan ini hanya dikenal oleh cendekiawan Yahudi dari pengadilan-pengadilan Roma, dan tidak terdapat dalam sistem hukum Yahudi. Bahkan Rasul Paulus (Galatia 3:13) menerapkan nas "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib" (UIangan 21:23) pada Yesus." 5/28

Sanhedrin 43a juga menyebut-nyebut tentang asal-usul Yesus.
Yeb. IV 3; 49a: "R. Shimeon ben Azzai berkata (tentang Yesus): 'AIm menemukan sebuah gulungan silsilah di Yerusalem di dalamnya tercatat, Dia itu tiada lain seorang anak haram, anak penzina. '"

Klausner menambahkan: "Edisi baru dari Misynah menambahkan: 'untuk mendukung kata-kata R. Yehoshua' (yang, dalam Misynah yang sama, mengatakan: "Apakah anak haram itu? Mereka yang orang tuanya layak dijatuhi hukuman mati oleh Beth Din"). Bahwa yang dimaksud di sini adalah Yesus rasanya tidak perlu diragukan lagi . . . " 5/35

Sebuah Baraita kuno, di mana R. Eliezer menjadi tokoh utamanya, menyebut-nyebut nama Yesus. Tanda kurung di sini memang asli ada dalam kutipannya. Eliezer berkata: "Dia menjawab, Akibat engkau telah mengingatkan aku! Suatu ketika aku pernah berjalan-jalan di pasar atas (dalam Tosefta 'jalan') di Sepphoris dan bertemu dengan seseorang [Yesus dari Nazaret) dan Yacob dari Kefar Sekanya (dalam Tosefta 'Sakkanin') adalah namanya Dia berkata kepadaku, dalam Hukummu ada tertulis, 'Janganlah engkau membawa upah persundalan, dan lain-lain.' Jadi, apa yang harus dilakukan dengannya - kakus untuk Imam Agung? Tetapi aku tidak menjawab sepatah kata pun. Dia berkata kepadaku, begitulah [Yesus dari Nazaret] mengajarku [dalam Tosefta 'Jeshu bin Pantere']; 'Dari upah persundalan dia mendapatkannya, dan akan kembali kepada upah persundalan'; karena dari tempat yang kotor mereka berasal, maka ke tempat kotorlah mereka akan kembali. Dan peribahasa itu menyenangkan hatiku, dan oleh karenanya aku ditangkap untuk Minuth. Dan aku telah melanggar apa yang tertulis dalam Hukum; 'Jauhkanlah dirimu dari tempat ini' - itulah Minuth; dan 'Janganlah engkau mendekati' ambang pintu rumahnya' - Itulah peraturan pemerintah." 5/38
Tanda-tanda kurung di atas diketemukan dalam Dikduke So! rim to Abada Zara (Naskah Munich, ed. Rabinovitz).
Klausner dalam mengomentari paragrap di atas, mengatakan: "Tidak dapat diragukan bahwa kata-kata, 'seorang murid Yesus dari Nazaret,' dan 'begitulah Yesus dari Nazaret mengajarku,' dalam paragrap yang sekarang adalah sama tuanya dengan bagian yang lain dan mempunyai bagian yang mendasar dalam konteks ceritanya; dan sifat kekunoannya tidak dapat disangkal berdasarkan perbedaan kecil dengan paragrap yang sama dari naskah yang lain; perbedaan itu ('Yeshu ben' Pantere' atau 'Yeshu ben Pandera,' sebagai ganti dari 'Yeshu of Nazaret') hanya disebabkan oleh kenyataan bahwa, sejak semula, nama 'Pantere,' atau 'Pandera,' telah dikenal luas di kalangan orang Yahudi sebagai ayah Yesus." 5/38

l. ENCYCLOPAEDIA BRITANNICA
Edisi terbaru Encyclopaedia of Britannica memakai lebih dari 20.000 kata untuk menjelaskan tentang orang ini, Yesus. Penjelasan tentang Yesus jauh lebih panjang daripada tentang Aristoteles, Cicero, Alexander, Julius Caesar, Buddha, Confucius, Mohamad atau Napoleon Bonaparte.
Tentang banyaknya kesaksian bebas dunia sekular tentang Yesus dari Nazaret, ia mencatat:
"Kesaksian-kesaksian bebas ini menunjukkan bahwa dalam zaman kuno bahkan musuh-musuh agama Kristen pun tidak pemah meragukan kesejarahan Yesus, yang baru mulai diragukan oleh beberapa penulis tanpa dasar yang kuat pada akhir abad ke-l8, selama abad ke-19 dan awal abad ke-20." 3/145

BIBLIOGRAFI :
1. Betz, Otto. What Do We Know About Jesus? , SCM Press, 1968.
2. Bruce, F. F. The New Testament Documents: Are They Reliable? Edisi yang direvisi yang kelima. Downers Grove: Inter-Varsity Press, 1972. Digunakan dengan izin.
3. Encyclopaedia Britannica. Edisi ke-15, 1974.
4. Jacoby, Felix. Die Fragmente der Griechischen Historiker. Berlin: Wiedmann, 1923.
5. Klausner, Joseph. Jesus of Nazareth. New York: The Macmillan Company, 1925.
6. Montgomery, John Warwick. History and Christianity. Downers Grove: Inter-Varsity Press, 1964. Digunakan dengan izin.
7. Moyer, Elgin. Who Was Who in Church History. Chicago: Moody Press. 1968. '
8. Pines, Shlomo, Profesor Filsafat Universitas Ibrani, Ycrusalcm; David Flusser, profesor Universitas Ibrani, dalam press release New York Times, 12 Februari 1972, dimuat oleh Palm Beach Post-Times, Minggu, 13 Februari 1972, "CHRIST DOCUMENTATION: Para Cendekiawan Israel Menemukan Dokumen-Dokumen Kuno yang Mereka Rasa Menegaskan Keberadaan Yesus."

Disalin dari :
Josh Mc Dowell, APOLOGETIKA : Bukti yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, Vo. 1, p 137-147

Pahlawan-Pahlawan Iman Tuhan Yesus Kristus (14)

Sebuah konferensi Internasional interfaith telah mengungkapkan bahwa 105.000 Kristen dibunuh setiap tahunnya hanya karena iman mereka.


Angka-angka mengejutkan terungkap pada “Konferensi Internasional pada dialog antar-agama antara Kristen, Yahudi dan Muslim,” yang diselenggarakan di Hungaria, menunjukkan bahwa seorang Kristen dibunuh setiap lima menit di suatu tempat di dunia karena iman mereka.
Massimo Introvigne, wakil dari OSCE (Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa ) tentang Pemberantasan Intoleransi dan Diskriminasi terhadap umat Kristen, menambahkan bahwa angka-angka ini tidak termasuk para korban perang sipil, atau perang antara bangsa-bangsa, tetapi hanya orang-orang dihukum mati karena mereka adalah Kristen.
Menurut “Budaya Katolik  “publikasi, Introvigne berkata,” Jika angka-angka ini tidak berseru kepada dunia, jika pembantaian ini tidak berhenti, jika tidak diakui bahwa penganiayaan terhadap umat Kristen adalah darurat di seluruh dunia. pertama berkaitan dengan agama diskriminasi dan kekerasan, dialog antar agama hanya akan menghasilkan simposium indah tapi tidak ada hasil yang nyata. “
Metropolitan Hilarion, yang adalah menteri luar negeri dari Gereja Ortodoks Rusia, disorot dengan delegasi bahwa orang-orang Kristen dianiaya setiap tahun “setidaknya satu juta” adalah anak-anak.
Acara ini diselenggarakan oleh pemerintah Hongaria sebagai puncak kepresidenan Uni Eropa Uni Eropa, dan perwakilan agama dari seluruh dunia, dan dari berbagai lintas agama, berkumpul.
Dalam sebuah tanda harapan, diplomat Mesir Mahmoud Aly mengatakan kepada jemaat bahwa negara Afrika Utara bersiap untuk melewati sejumlah undang-undang yang akan melindungi minoritas Kristen di Mesir .
Aly menjelaskan bahwa undang-undang baru akan menjamin mereka yang melakukan pidato kebencian, atau berkumpul dalam kelompok-kelompok yang bermusuhan di luar gereja, akan dituntut.
Kardinal Péter Erdo Budapest berkomentar: “Tapi bahaya ini bagi masyarakat Kristen di Timur Tengah untuk mati keluar untuk emigrasi. Untuk semua orang Kristen akan melarikan diri merasa terancam. Dan Eropa harus mempersiapkan gelombang baru emigrasi, kali ini orang-orang Kristen melarikan diri dari penganiayaan. “
Sumber: Christianpost

Pahlawan-Pahlawan Iman Tuhan Yesus Kristus (13)

Paulo Uchibori dan Anak-Anaknya (1627)

Jendela ini menunjukkan Kemartiran Paulo Uchibori dan pemimpin lainnya yang setia kepada Unsen, disiksa di mata air panas dan dilemparkan dari tebing.

Gelombang penganiayaan yang keras terjadi di Jepang pada awal tahun 1600, di mana selama waktu tersebut banyak umat Kristen menjadi martir.

Pada tanggal 20 Februari 1627, pemimpin gereja bernama Paulo Uchibori, istrinya dan ketiga anaknya ditahan karena menampung para misionari. Pada hari itu, Paulo dan 37 orang Kristen lainnya dipukuli, diarak telanjang melalui pusat kota dan dipenjarakan di Istana Shimabara.

Pada keesokan harinya, orang-orang Kristen tersebut dianiaya. Pemerintah tidak berkeinginan menjadikan mereka martir, tetapi mereka menggunakan cara-cara terkeji untuk memaksa orang-orang Kristen menyangkal iman mereka. Salah satu prajurit mengusik Paulo ketika ia memegang sebilah pisau, dengan berkata, “Berapa banyak jari anak-anakmu yang harus kami ambil ?” Paulo menjawab, “Semua terserah padamu.”

Para prajurit memotong semua jari anak-anak Paulo kecuali jempol dan kelingking mereka, dengan berkata orang-orang Kristen seharusnya mempunyai jari lebih sedikit dari binatang. Dua anak tertua Paulo, Antonio dan Barutabazaru merelakan jari-jari mereka kepada para prajurit tersebut, tanpa menangis atau menunjukkan kesakitan. Anak Paulo yang bungsu, Ignatius, berumur lima tahun. Ia juga tidak menunjukkan rasa sakit saat jari-jari tangannya dipotong. Ia mengangkat tangannya yang berlumuran darah ke langit, mempersembahkannya kepada Allah. Mereka yang melihat terkejut dengan apa yang mereka saksikan dan hati mereka dijamah oleh keberanian anak-anak itu.

Patung ini di luar gereja Paulus menggambarkan putra bungsu Uchibori usia lima tahun yang tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan saat tangannya cacat.

Lalu para prajurit mengikat tangan dan kaki ke-16 tahanan tersebut termasuk anak-anak Paulo dan melemparkan mereka berkali-kali ke dalam air es yang sangat dingin di Teluk Shimabara. Walaupun begitu orang-orang Kristen tersebut tidak mau menyangkal iman mereka. Kata-kata terakhir Antonio sebelum ia hilang ditelan laut adalah, “Ayah, kita harus bersyukur kepada Allah karena memberikan kita berkat luar biasa seperti ini.”

Setelah anak-anaknya ditenggelamkan, wajah Paulo dicap dengan tiga huruf Jepang dari kata “Kristen.” Ia dilemparkan ke jalan-jalan dengan tulisan di baju kimononya yang terbaca, “Dihukum karena menjadi Kristen. Dilarang menolong orang ini atau memberinya perlindungan.”

Zaman keemasan kekristen di Jepang itu tidak berlangsung selamanya. Kita bisa melihat orang-orang menonton teman-teman mereka dan orang-orang terkasih dipaksa untuk meninggalkan iman mereka atau tenggelam di sungai Arima.

Seminggu setelah kematian martir anak-anaknya, Paulo dibawa ke atas Gunung Unzen dengan ke 15 orang Kristen lainnya untuk merasakan “siksaan di dalam neraka kawah Unzen.” Paulo digantung terbalik dan diturunkan ke atas permukaan air sulfur yang mendidih berkali-kali. Ia berdoa dengan suara keras setiap kali, menyadari ia adalah bagian dari Tubuh Kristus, “Perjamuan Suci harus disucikan.” Akhirnya, tubuhnya dilemparkan ke dalam kawah mendidih yang menguap.

Adegan ini menunjukkan kristen dibakar di tiang di sepanjang sungai Arima. Kita bisa melihat seorang wanita di sebelah kiri yang putranya berlari ke saat ia terbakar. Tangan dan wajahnya diarahkan ke surga.

Sekarang iman Paulo dan anak-anaknya menguatkan kita. Kita tahu bahwa mereka, bersama dengan banyak orang-orang Kristen Jepang tanpa nama, diterima dalam hadirat Yesus dan sekarang mereka mengenakan jubah putih.

Sumber;http://dennytan.blogspot.com/2007/11/martir-kristus-4-paulo-uchibori-dan.html, http://www.stolaf.edu/depts/asian-studies/projects/kakurekirishitan/shimabarapics.html

Pahlawan-Pahlawan Iman Tuhan Yesus Kristus (12)

Karya & Penganiayaan terhadap Martin Luther (1517-1546)

Image
Martin Luther (1483-1546)

Martin Luther, anak penambang Saxon, dilahirkan di Eisleben, Saxony, pada 10 November 1483. Luther muda belajar di Magdeburg dan Eisenach kemudian masuk Universitas Erfurt. Ketika ia lulus pad a 1505, ia mulai belajar hukum karena dorongan ayahnya, tetapi pada bulan Juli ia meninggalkan studi hukumnya, meninggalkan dunia, dan masuk biara Para Pertapa Augustinian di Erfurt. Ia mengatakan bahwa keputusannya yang tiba-tiba ini ia ambil setelah ia terperangkap dalam badai guntur dan terjatub ke tanah karena tersambar petir. Ketika ia terbaring di tanah dengan ketakutan, ia menyadari bahwa hidupnya yang sementara hanya sedikit nilainya, dan yang penting hanyalah kehidupan jiwa yang kekal.

Pada 1508, Luther ditahbiskan di biara, dan pada 1509, dikirim ke Universitas Wittenberg temp at ia me1anjutkan studinya dan mengajar filsafat moral. Pada 1510, Luther berkunjung ke Roma karena urusan ordonya dan kaget ketika melihat korupsi yang terbuka di antara para pejabat gereja yang terkemuka. Pada 1511, ia menerima gelar doktor teologi dan diangkat menjadi profesor Alkitab di Wittenberg.

Meskipun Luther sangat mengenal teologi skolastik Gereja Roma, keseriusannya dalam kekristenan dan kondisi jiwanya menuntunnya pada krisis pribadi yang parah. Dalam teologi yang diajarkan kepadanya, ia tidak bisa menemukan jawaban untuk pergumulannya yang makin meningkat ten tang apakah mungkin memperdamaikan tuntutan hukum Allah dengan ketidakmampuan manusia untuk menjalani hukum tersebut. Untuk menemukan jawabannya ia menjadikan studi Alkitab sebagai pusat pekerjaannya dan dalam studinya yang dipus atkan pada surat-surat Rasul Paulus, terutama surat Paulus kepada jemaat di Roma. Di sanalah ia menemukan jawabannya.

Dalam kematian Kristus di kayu salib, Allah telah memperdamaikan manusia dengan diri- Nya sendiri. Kristus sekarang merupakan satu-satunya perantara antara Allah dengan manusia, dan pengampunan dosa serta keselamatan dihasilkan melalui kasih karunia Allah semata yang diterima melalui iman. Oleh karena itu yang dibutuhkan bukanlah ketaatan seseorang yang ketat pada hukum atau pemenuhan kewajiban agama, melainkan respons iman untuk menerima hal yang telah dikerjakan Allah melalui karya Kristus yang sudah lengkap. Pada saat iman semacam itu matang, respons iman akan menuntun pada ketaatan yang tidak dida sarkan pada rasa takut akan hukuman, melainkan pada kasih.

Pad a saat Luther melanjutkan studinya, ia menyadari bahwa doktrin Paulus secara radikal berbeda dari keyakinan tradisional dan ajaran Gereja Roma. Hal ini memengaruhi pengajaran pribadi Luther, dan mereka secara bertahap segera berpaling dari keyakinan dan doktrin itu. Tidak lama sesudahnya ia sarna sekali menentang teologi skolastik Roma yang menekankan peran manusia untuk mendapatkan keselamatannya sendiri dan menentang banyak praktik gereja yang menekankan pembenaran melalui perbuatan baik. Pemahamannya yang baru ten tang Injil yang sejati dan karya Kristus yang sudah lengkap segera mengakibatkan konflik antara ia dengan pejabat gereja.

Pada 1517, Luther mengalami konfrontasi langsung pertama dengan gerejanya tentang penjualan surat pengampunan dosa. Untuk menggalang dana untuk membangun Basilika St. Petrus di Roma, Paus Leo X mulai menjual surat pengampunan dosa kepada penganut Gereja Roma. Surat itu menjanjikan pengurangan sebagian jumlah waktu yang harus diderita seseorang, entah pembeli surat pengampunan itu sendiri atau orang yang ia kasihi, di api penyucian atas dosa-dosa mereka. Segera setelah itu, imam yang cerdik melihat penjualan sur at pengampunan dosa sebagai cara mendapatkan uang untuk gereja lokal atau untuk diri mereka sendiri. Luther meman dang dirinya sebagai imam Roma yang baik, tetapi ia menolak praktik ini dengan keras karena hal ini tidak alkitabiah dan merendahkan kasih karunia- Nya yang memberikan pengampunan juga merendahkan penderitaan dan penyaliban Yesus Kristus.

Luther dan Paus Leo segera bertikai atas hal ini, tetapi Paus Leo memandang keberatan Luther tidak berdampak apa-apa karena ia memandang rendah Luther. Jadi pada 31 Oktober 1517, Luther memakukan satu daftar berisi 95 dalil atau tesis di pintu utama gereja istana di Wittenberg. Isinya antara lain penyangkalan atas hak paus untuk mengampuni dosa dengan penjualan surat pengampunan dosa. Hampir seketika daftar tersebut beredar luas diJerman sehingga menyebabkan kontroversi besar. Di pihak gereja, biarawan, dan imam di seluruh wilayah itu mulai menyerang Luther dan ajarannya melalui khotbah dan tulisan mereka. Satu di antaranya berkata, "Luther adalah pengikut bidat dan pantas dihukum dengan api." Ia kemudian membakar beberapa tulisan dan khotbah Luther sebagai simbol pembakaran Luther.

Image
"Martin Luther's 95 Theses - 95 Dalil Luther" Lihat di http://www.sarapanpagi.org/martin-luthe ... .html#p3617
Segera setelah itu, Maximian, kaisar Jerman, Charles V, kaisar Roma yang Kudus dan raja Spanyol sebagai Charles I, serta Paus, menghubungi Frederick III, Duke of Saxony dan meminta agar ia membungkam Luther. Frederick tidak bergerak segera, tetapi berkonsultasi dengan banyak orang yang berpendidikan tinggi tentang masalah itu, termasuk Erasmus[1]. Erasmus menjawab Duke dengan mengatakan bahwa Luther melakukan dua kesalahan besar: ia menyentuh perut imam dan ia akan menyentuh mahkota paus. Yang lebih serius, teolog itu memberi tahu Duke bahwa Luther benar dalam keinginannya untuk memperbaiki kesalahan di gereja. Ia kemudian menambahkan peneguhannya ini: "Dampak doktrin Luther itu benar."

Belakangan pada tahun itu, Erasmus menulis surat kepada Uskup Agung Mentz. Dalam suratnya, ia menyatakan, :
"Dunia ini dibebani oleh institusi manusia dan dengan tirani biarawan yang senang menuntut. Dulu orang yang menentang Injil dipandang sebagai bidat. Namun, sekarang orang yang tidak seperti biarawan dianggap bidat dan apa pun yang tidak mereka pahami mereka anggap kesesatan. Mengetahui bahasa Yunani itu kebidatan, atau berbicara lebih baik daripada mereka,juga dianggap kebidatan."

Pada tanggal 7 Agustus 1518, Hierome, Uskup Ascoli, mengeluarkan surat kutipan yang meminta Luther untuk muncul di Roma. Duke Frederick dan Universitas Wittenberg mewakili Luther, menulis surat kepada Paus. Mereka menulis sur at yang sama kepada Carolus Miltitius, bendahara paus, orang percaya kelahiran Jerman yang mereka nilai cukup bersimpati pada Luther. Dalam surat-surat mereka, mereka meminta supaya Luther didengarkan oleh Kardinal Cajetan di Augsburg, bukan di Roma. Paus menjawab dengan memberi tahu Cajetan untuk memanggil Luther ke hadapannya di Augsburg dan segera membawanya ke Roma, jika perlu dengan paksa.

Pada Oktober 1518, Martin Luther pergi ke Augsburg sebagai respons terhadap perintah kardinal. Ia membawa beberapa surat penghargaan bersamanya. Ia menunggu di Augsburg selama tiga hari sampai ada jaminan keamanan yang ia peroleh dari Kaisar Maximillian. Luther kemudian muncul di depan Kardinal Cajetan, yang menuntut tiga hal kepadanya:

1. Supaya ia bertobat dan menarik kembali kesalahannya;
2. Supaya ia tidak mengulang kembali kesalahannya itu;
3. Supaya ia menahan diri dari segala sesuatu yang mungkin menyebabkan kesulitan pada gereja.

Ketika Martin Luther bertanya kepada kardinal apakah kesalahannya yang spesifik, kardinal menunjukkan kepadanya salinan bulla Gereja Roma Paus Leo tentang surat pengampunan dosa dan pengampunan dosa yang dihasilkannya serta menyatakan bahwa iman tidak diperlukan untuk seseorang yang menerima sakramen serta paus tidak mungkin salah dalam semua masalah iman.

Dalam jawabannya secara tertulis, Luther berkata bahwa paus bisa berbuat salah, dan hanya ditaati sejauh hal yang ia katakan sesuai dengan Alkitab, dan siapa pun orang Kristen yang setia memiliki hak untuk tidak setuju dengannya, terutama untuk menunjukkan kesalahan paus dari firman Allah. Ia juga menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang benar, dan manusia tidak bisa dibenarkan dengan melakukan perbuatan baik serta setiap orang yang menerima sakramen harus memiliki iman kepada karya Kristus yang sudah selesai. Dalam setiap hal, Luther mengutip ayat Alkitab yang sesuai untuk meneguhkan kata-katanya,

Namun, kardinal tidak ingin mendengar ayat Alkitab dikutip untuknya dalam masalah ini. Ia mengabaikan argumen Luther yang Alkitabiah dan menjawab dengan doktrin intelektual dan tradisional dari kepalanya sendiri, bukan dari Alkitab. Ia kemudian menyuruh Luther pergi sampai ia siap untuk bertobat. Luther tinggal di Augsburg selama tiga hari kemudian mengirim surat kepada kardinal, yang memberitahukan kepadanya bahwa ia akan berdiam diri terhadap syarat, dan pengampunan yang ditawarkan kepadanya jika musuh-musuhnya melakukan hal yang sarna. Ia juga meminta agar semua masalah kontroversi tersebut dirujuk kepada paus untuk meminta keputusannya. Ia kemudian menunggu selama tiga hari lagi, tetapi ia tidak menerima jawaban dari kardinal. Oleh nasihat teman-temannya, ia meninggalkan Augsburg lalu kembali ke Wittenberg. Sebelum ia berangkat, ia mengirim penjelasan kepada kardinal, dan permohonan kepada Paus, yang ia taruh di temp at umum sebelum ia pergi.

Sebagai respons terhadap permohonan Luther kepadanya, Paus mengeluarkan keputusan baru. Ia menyatakan bahwa surat pengampunan dosa merupakan bagian dari doktrin "Induk Gereja Roma yang kudus, putra mahkota semua gereja" serta menyatakan bahwa paus adalah penerus Petrus, dan akibatnya, mereka adalah wakil Kristus. Ia menyatakan lebih lanjut bahwa mereka memiliki kuasa, dan otoritas untuk melepaskan seseorang dari dosa, dan melakukan pengampunan dosa, terutama untuk memberikan surat pengampunan dosa kepada orang yang masih hidup maupun sudah mati - yaitu orang-orang yang masih ada di api penyucian. Ia mengatakan bahwa doktrin ini harus diterima oleh semua pengikut Kristus yang setia, dan memperingatkan penganut Gereja Roma bahwa jika mereka tidak menerima, dan mempraktikkan doktrin ini, mereka akan mengalami penderitaan akibat kutukan yang dahsyat, termasuk perpisahan sama sekali dari gereja.

Luther menjawabnya dengan mengimbau diadakannya sidang umum Gereja Roma, dan memprotes surat keputusan Paus. Ketika Paus Leo X mengetahui keluhan Luther kepada sidang umum, ia mengutus bendaharanya, seorang kelahiran Jerman, Carolus Miltitius dengan mawar emas untuk diberikan kepada Duke Frederick. Miltitius juga membawa surat rahasia dari Paus untuk bangsawan lain di wilayah itu. Surat-surat itu menyatakan dukungan mereka terhadap kepentingan Paus, dan penolakan mereka terhadap dukungan Duke terhadap Luther.

Namun, sebelum Miltitius sampai di Jerman, Kaisar Roma yang Kudus Maximillian I meninggal (Januari 1519). Dua pemimpin penting lainnya, segera bertikai untuk memperebutkan takhta yang kosong: Francis I, raja Prancis; dan Charles I, raja Spanyol. Pada akhir Agustus, Charles telah dipilih menjadi raja Jerman, dan sekaligus kaisar Roma yang Kudus, sebagai Charles V, menggantikan Maximillian, yang merupakan kakeknya dari pihak ayah.

Selama musim panas 1519, kontroversi tentang Luther dan ajarannya terus berlanjut. Debat publik secara formal berlangsung di Leipsic, sebuah kota dalam kekuasaan George, Duke of Saxon, paman Duke Frederick. Debat itu terjadi antara biarawan bernama John Eckius dan doktor dari Wittenberg bernama Andreas Carolostadt. Eckius te1ah menyerang ajaran tertentu yang diberikan Luther, terutama yang berkaitan dengan pengampunan dosa oleh paus. Pada sisi lainnya, Carolostadt membela Luther dengan kuat. Duke George menjanjikan keamanan kepada para peserta dan audiens mereka. Martin Luther memutuskan untuk hadir dalam acara debat itu, tetapi tidak ikut ambil bagian, melainkan sekadar mendengarkan hal yang dikatakan.

Meskipun awalnya tidak mau ikut terlibat perdebatan, Luther akhirnya terpaksa berdebat dengan Eckius. Masalah khusus yang mereka bahas adalah otoritas paus. Luther mengambil posisi yang sudah dikenal tentang keputusan Paus. Ia menyatakan bahwa jika keputusan Paus tidak didukung oleh Alkitab, itu tidak sah.

Eckius mengambil posisi garis gereja tradisional dengan mengatakan bahwa paus merupakan penerus St. Petrus, oleh karena itu, mereka memiliki otoritas rohani sepenuhnya atas gereja sebab mereka adalah wakil Kristus di bumi. Ia dengan tegas menyatakan bahwa Uskup yang diberi otoritas Roma secara kokoh didasarkan pada hukum Allah.

Debat berlanjut selama lima hari. Eckius seorang yang kasar, senang menentang, dan penuh tipu muslihat dalam pendekatannya. Ia ingin menyerahkan musuhnya ke dalam tangan paus. Ia menyatakan alasannya dengan cara berikut: "Seperti halnya gereja, sebagai satu tubuh sipil, tidak bisa ada tanpa kepala karena ia berdiri dengan hukum Allah, resimen sipillainnya seharusnya tidak melepaskan kepalanya; demikian juga hukum Allah mewajibkan agar paus menjadi kepala gereja Kristus secara universal.

Martin Luther menentang argumen ini dengan mengatakan bahwa gereja memiliki kepala - yaitu Yesus Kristus sendiri. Ia mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya kepala gereja. Ia berkata, "Gereja tidak membutuhkan kepala yang lain karena gereja adalah lembaga rohani, bukan lembaga yang temporal."

Kemudian Eckius mengutip kata-kata Yesus seperti tercatat dalam Injil Matius, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat- Ku." (Matius 16:18).

Luther menjelaskan bahwa ayat ini merupakan pengakuan iman dan Petrus mewakili gereja universal, bukan hanya ia sendiri. Batu karang itu adalah Yesus Kristus dan firman-Nya, bukan Petrus.


Dalam usaha mendapatkan ayat Alkitab lainnya untuk mendukung argumennya, Eckius mengutip kata-kata Yesus dalam Injil Yohanes, "Gembalakanlah domba-dombaKu." (Yohanes 21: 16). Ia berkata bahwa kata-kata ini dikatakan Tuhan hanya kepada Petrus sendiri.

Martin Luther menunjukkan bahwa setelah Yesus mengucapkan kata-kata ini kepada Petrus, otoritas yang sama diberikan kepada semua rasul dan Yesus memerintahkan kepada mereka untuk menerima Roh Kudus dan Sang Guru melanjutkan dengan berkata, "Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni" (Yohanes 20:23).

Mencari sumber otoritas lainnya untuk meneguhkan posisinya, Eckius menunjukkan keputusan Konsili Constance. Ia mengutip keputusan mereka untuk berpaut pada paus, yang menurut konsili, adalah "kepala gereja tertinggi." Ia berkata bahwa konsili umum tidak mungkin salah dalam masalah sepenting itu.

Luther berkata bahwa keputusan tertentu dan otoritas Konsili Constance harus dihargai, tetapi hal-hal lain yang berkaitan dengan sidang masih harus dipertanyakan karena itu sekadar keputusan manusia. Ia berkata, "Ini merupakan hal yang paling pasti, bahwa tidak ada sidang yang memiliki kuasa untuk membuat artikel iman yang baru."

Laporan ten tang deb at ini, yang tidak menghasilkan kesimpulan khusus, beredar luas di seluruh Eropa. Eckius tetap yakin akan posisinya, sementara Luther berpegang erat pada keyakinannya tentang pembenaran oleh iman serta Alkitab merupakan peraturan iman dan praktik yang paling utama.

Pada 1520, Luther menyelesaikan tiga bukunya, yang di dalamnya ia menyatakan pandangannya. Buku pertama berjudul Address to the Christian Nobility of the German Nation, ia mendorong pangeran di Jerman untuk mengambil reformasi gereja dalam tangan mereka sendiri. Buku kedua adalah A Prelude Concerning the Babylonian Captivity of the Church, dan di dalamnya ia menyerang Gereja Roma dan teologi sakramennya. Buku ketiga adalah On the Freedom of a Christian Man, di situ ia menjelaskan posisi pembenaran dan perbuatan baik. Biarawan dan doktor Louvian serta Cologne mengutuk buku-buku Luther sebagai bidat. Luther menjawab kutukan itu dengan menyerang imam yang terlibat itu keras kepala, kejam,jahat, dan tidak beriman. Pada tanggal 15 Juni 1520, Paus Leo X mengeluarkan bulla, Exsurge Domine, yang mernberikan kesempatan 60 hari kepada Luther untuk mencabut pandangannya, tetapi bulla itu tidak memberikan dampak apa-apa pada dirinya dan doktrinnya.

Dalam bukunya yang pertama kepada bangsawan Jerman, Luther menentang tiga premis paus, yaitu:
1. Tidak ada hakim sementara atau non-religius yang memiliki kuasa atas kerohanian, tetapi orang-orang ini memiliki kuasa at as yang lainnya.
2. Jika ada ayat Alkitab, yang diperdebatkan, yang harus diputuskan, tidak ada manusia yang menjelaskan Alkitab, atau menjadi hakim atasnya, tetapi hanya paus.
3. Tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas untuk mengadakan sidang kecuali paus.

Ia juga membahas beberapa masalah lain dalam bukunya:
1. Kesombongan Paus tidak boleh didiamkan,
2 Terlalu banyak uang yang dikirimkan dari Jerman ke Paus,
3. Imam-imam seharusnya diizinkan memiliki istri,
4. Seharusnya tidak ada larangan untuk memakan daging,
5. Kemiskinan yang disengaja seharusnya dihapuskan,
6. Kaisar Sigismund seharusnya mendukung John Huss dan Jerome,
7. Bidat seharusnya diyakinkan dengan firman Allah, bukan dengan api,
8. Ajaran pertama untuk anak-anak harus difokuskan pada Injil Yesus Kristus; bukan pada tradisi Gereja Roma.

Setelah Charles V dimahkotai menjadi raja Jerman, dan Kaisar Roma yang Kudus di Aix-la-Chapelle, Paus Leo mengutus dua kardinal kepada Duke Frederick. Misi mereka adalah untuk meyakinkan Duke untuk mengambil tindakan menentang Luther. Kedua kardinal itu pertama berusaha mendapatkan perkenan Duke dengan memuji kebangsawanan, kepemimpinan, garis keluarga, dan kebajikannya lainnya. Kemudian mereka mengajukan dua permintaan khusus demi nama Paus - yaitu untuk membakar semua buku Luther dan mengirim Luther ke Roma atau mengeksekusinya.

Duke menjawab mereka dengan berkata bahwa bendahara paus sendiri telah berkata bahwa Luther harus tetap berada di wilayahnya sehingga ia tidak bisa memengamhi Gereja Roma di negara lainnya. Ia kemudian meminta agar kedua kardinal itu memohon kepada Paus untuk memberikan izin agar teolog dan doktor yang terpelajar memeriksa tulisan-tulisan dan ajaran Luther untuk menentukan apakah ia seorang bidat. Jika ia memang terbukti bidat dan tidak mau mencabut pendapatnya, Duke tidak akan melindunginya lagi, tetapi sementara itu ia masih bertekad melindunginya.

Sebelum kardinal itu kembali ke Roma, mereka mengumpulkan buku Luther sebanyak mungkin yang bisa mereka temukan dan membakarnya di muka umum. Ketika Luther mendengarnya, ia mengumpulkan banyak muridnya dan pengurus fakultas di Universitas Wittenberg lalu mengadakan pembakaran keputusan Paus dan bulla yang dikeluarkan untuk menentangnya di muka umum. Pembakaran dokumen ini terjadi pada 10 Desember 1520.

Pada Januari 1521, Paus Leo X mengutuk Luther sebagai bidat dan mengeluarkan Bulla Pengucilan[2], Decet Romanum Pontificem, menentang Luther dan memerintahkan Kaisar Charles V untuk melaksanakannya. Namun, Kaisar justru memanggil "diet", atau sidang, di Worms; dan pada April 1521, memanggil Luther untuk muncul di hadapannya.

Audiensi pribadi dengan Kaisar dan beberapa bangsawan lainnya dijadwalkan di istana Earl Palatine. Luther secara diam-diam dikawal ke sana, tetapi kemunculannya di depan Kaisar tidak bisa dirahasiakan lagi. Orang banyak datang ke istana untuk melihat Luther yang misterius. Pengawal istana tidak mampu menahan mereka dan banyak orang memanjat balkon tempat mereka bisa melihat dan mendengar rapat tersebut. Suatu kali ketika Luther sedang berusaha berbicara, Ulrick dari Pappenheim memerintahkan kepadanya untuk diam sampai tiba waktunya ia diminta untuk berbicara.

Wakil uskup dari Treves membuka sesi itu dengan berkata, "Martin Luther! Keagungan kerajaan yang kudus dan tak terkalahkan telah memerintahkan dengan persetujuan semua negara di kekaisaran yang kudus, agar kamu muncul di hadapan takhta kita yang agung untuk menjawab dua pertanyaan utama: Apakah kamu menulis buku yang kami tumpuk di depanmu? Maukah kamu mencabut dan menarik kembali buku-buku itu, atau apakah kamu akan bertahan dengan hal yang telah kamu tulis?"

Luther menjawab, "Saya dengan rendah hati memohon kepada keagungan kekaisaran untuk memberikan kebebasan dan waktu luang untuk bermeditasi sehingga saya bisa menjawab interogasi yang dilakukan kepada saya tanpa melanggar firman Allah dan membahayakan jiwa saya sendiri."

Setelah para pangeran mendebatkan permintaannya, Eckius memberikan keputusan Kaisar: "Kaisar yang agung, semata-mata karena grasi yang ia berikan, memberikan waktu satu hari kepadamu untuk merenungkan jawabannya. Besok pada jam yang sama, kamu harus memberikan jawaban kepada kami, tidak secara tertulis, tetapi dengan suaramu sendiri."

Para bentara kemudian mengawal tokoh reformasi itu ke kamarnya, temp at Luther berdoa dan belajar untuk mengetahui kehendak Allah dengan pasti tentang jawaban yang harus ia berikan.

Banyak orang berkumpul untuk mendengar jawaban Luther keesokan harinya. Eckius berkata kepada Luther, "Sekarang sesuai perintah Kaisar, berikan jawaban. Apa kah kamu akan tetap mempertahankan buku-buku yang telah kamu akui sebagai tulisanmu, atau kamu akan menarik kernbali sebagian dari buku-bukumu dan menyerahkan dirimu kepada penguasa yang ditunjuk Allah atasmu?"

Martin Luther menjawab, "Mempertimbangkan fakta bahwa raja kita yang berdaulat dan hakim-hakim yang terhormat menghendaki jawaban yang jujur, saya mengatakan dan mengakui dengan ketetapan hati, sebulat mungkin, tanpa ragu-ragu [ketidakpastian] atau berbelit-belit [mungkin berarti argumen yang menyesatkan], bahwa jika tidak, saya tidak yakin terhadap kesaksian Alkitab sendiri - sebab saya tidak pereaya kepada paus, maupun sidang umumnya yang telah berbuat kesalahan berulang-ulang dan telah bertentangan dengan dirinya sendiri karena hati nurani saya sudah terikat dan ditawan oleh ayat-ayat Alkitab dan firman Allah maka saya tidak akan dan tidak mungkin menarik kembali sikap saya. Jika saya menentang hati nurani saya sendiri, itu akan merupakan hal yang tidak sah dan tidak saleh. Di sinilah saya berdiri dan beristirahat. Saya tidak memiliki sesuatu yang lain untuk dikatakan. Ya Allah, kasihani saya!"

Setelah para pangeran bersidang lagi, Eekius berkata kepada Luther, "Kaisar yang agung menuntut jawaban yang sederhana darimu, entah negatif atau peneguhan, terhadap pertanyaan ini: Apakah kamu bermaksud mempertahankan semua hasil karyamu sebagai seorang Kristen?"

Luther berpaling kepada Kaisar dan para bangsawan lalu memohon kepada me reka untuk menghormati hati nuraninya. Ia memohon dengan sangat kepada mereka untuk tidak memaksanya menentang hati nuraninya, yang ia katakan diteguhkan oleh Alkitab yang kudus. Ia menyimpulkan jawabannya dengan kata-kata langsung: "Saya terikat oleh Alkitab."

Ketika malam tiba, orang-orang yang terkemuka yang sedang bersidang tidak bisa mencapai kesimpulan akhir tentang Luther. Mereka meninggalkan rapat lalu menyuruh Luther digiring kembali ke kamarnya. Ketika kelompok itu bersidang lagi, surat dari Kaisar dibaeakan kepada sidang. Sesungguhnya, surat itu menyatakan bahwa sekalipun Luther bersalah karena tidak menyangkal posisinya, Kaisar akan menghormati janjinya untuk menjamin keamanannya. Oleh karena itu Luther boleh kembali ke rumahnya. Namun sebelum ia pergi, Luther diberi tahu bahwa ia harus kembali ke sidang Kaisar dalam waktu 21 hari.

Kampanye menentang Luther yang gencar mulai berkobar pada saat itu. Plakat-plakat yang menentangnya ditempelkan di banyak tempat dan di seluruh kekaisaran. Nama Luther dibiearakan oleh semua orang - imam maupun orang awam. Selama penangguhan hukuman tiga minggu, Kaisar dan Paus berkolaborasi menyusun rencana; dan Kaisar mengarahkan agar surat perintah yang khidmat ten tang proses pencabutan perlindungan hukum dikeluarkan terhadap Luther dan semua orang yang memihak ia, di mana pun Luther ditemukan ia akan ditangkap, dan semua bukunya akan dirampas dan dibakar. Luther mengungsi di puri Wartburg, tempat ia tinggal di pengasingan selama 8 bulan. Selama waktu itu ia menerjernahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman dan menulis sejumlah pamflet.

Pada saat yang sama Raja Henry VIII dari Inggris menulis surat menentang Luther. Ia memarahi Luther atas sikapnya terhadap surat pengampunan paus dan ia membela supremasi Uskup Roma. Akibat dukungan Henry secara tertulis, Paus menghormati raja dengan memberikan kepadanya, dan para penerusnya gelar yang mulia, "Pembela iman."

Pada November 1521, Paus Leo X terserang demam dan meninggal pada 1 Desember. Ia berumur 47 tahun. Banyak orang curiga ia telah diracun, Penggantinya bernama Adrianus VI, seorang sarjana yang pernah menjadi kepala sekolah Kaisar Charles. Adrianus berasal dari Jerman yang dibesarkan di Louvain. Ia seorang yang berpendidikan tinggi dengan gaya hidup yang moderat dan lemah lembut, tidak seperti para pendahulunya.

Meskipun Adrianus adalah paus pertama yang memberi respons terhadap Reformasi Protestan dengan berusaha memperbarui Gereja Roma, ia masih memandang Luther sebagai musuh gereja dan paus. Tidak lama setelah penunjukan Adrianus sebagai paus, Kaisar mengadakan sidang lain negara-negara Jerman di Nuremberg pada 1522. Adrianus menulis surat kepada sidang, yang di dalamnya ia menyatakan pandangannya tentang Martin Luther. Bagan surat kirimannya sebagai berikut:

Kami mendengar bahwa Martin Luther, pembangun kembali bidat lama yang sudah dikutuk, pertama sete1ah pengumuman bapa-bapa kerasulan; kemudian, sete1ah hukuman yang juga merupakan kutukan terhadap ia, dan terakhir, setelah keputusan putra kami terkasih, Charles V, kaisar terpilih Roma dan Raja Spanyol yang berafiliasi kepada Gereja Roma, yang te1ah diberitakan di se1uruh negara Jerman, tetapi ia be1um dibatasi sesuai perintah atau belum menahan diri sendiri dari kegilaannya, tetapi hari demi hari tidak pernah berhenti mengganggu dan memenuhi dunia dengan buku-buku baru, yang penuh dengan kesalahan, kesesatan, arogansi, dan hasutan, dan yang menulari negara Jerman, dan wilayah lain di sekitarnya dengan pes; dan masih terus berusaha merusak jiwa yang sederhana, dan tingkah laku manusia dengan racun dari lidahnya yang jahat secara moral. Dan yang paling buruk dari semuanya, ia memiliki pendukung bukan hanya dari rakyat jelata, melainkan juga beberapa bangsawan yang berbeda-beda yang juga mulai me1anggar hak-hak imam, berlawanan dengan ketaatan yang harus mereka berikan kepada rohaniwan, dan pejabat dunia, dan sekarang akhirnya juga telah berkembang menjadi perang sipil, dan perpecahan di antara mereka sendiri.

Apakah kamu tidak mempertimbangkan, O pangeran, dan rakyat Jerman, bahwa ini barulah awal, dan permulaan kejahatan, dan kerusakan yang dirancang, dan dikehendaki oleh Luther dengan sekte Lutherannya? Apakah kamu tidak me1ihat dengan je1as, dan menangkap dengan matamu, bahwa pembe1aan kebenaran Injil, yang pertama dimulai oleh penganut Lutheran hanyalah kepura-puraan, dan sekarang telah nyata maksudnya untuk merusak hal-hal yang baik darimu, yang telah mereka inginkan sejak lama? Atau tidakkah menurutmu para pelanggar itu memiliki maksud lain, bahwa atas nama kebebasan untuk menggantikan ketaatan, yang dengan demikian membuka kebebasan umum bagi setiap orang untuk melakukan hal yang ia sukai?

Orang yang menolak untuk memberikan ketaatan yang sepatutnya kepada imam-imam, uskup, dan Uskup Agung dari semua, yang setiap hari berada di depan wajahmu sendiri melakukan penjarahan terhadap harta benda gereja, dan benda-benda yang dipersembahkan kepada Allah, apakah kamu berpikir bahwa mereka akan menahan diri dari barang-barang rampasan dari jemaat? Menurut kamu apakah mereka tidak akan mengambil dari kamu segala sesuatu yang bisa diperoleh tangan mereka?

Bencana yang menyedihkan akhirnya akan memiliki dampak pada dirimu, barang-barangmu, rumahmu, istrimu, anak -anakmu, kekuasaanmu, harta bendamu, dan bait suci [gereja] yang kamu kuduskan dan hormati, kecuali jika kamu melakukan pengobatan segera terhadap hal yang sama.

Oleh karena itu, kami meminta kepadamu, demi ketaatan yang harus diberikan semua orang Kristen kepada Allah dan kepada St. Petrus serta kepada wakilnya di sini di bumi, agar kamu memberikan tangan pertolonganmu untuk memadamkan api publik ini serta berusaha mempelajari sebaik mungkin, bagaimana kamu bisa mengurangi pengaruh Martin Luther itu dan semua penipu lainnya yang melakukan gangguan dan kesalahan ini untuk membuat kesesuaian dan tukar-menukar yang lebih baik dalam hidup maupun iman. Dan jika mereka yang telah terinfeksi menolak untuk mendengar nasihatmu, buatlah ketetapan agar bagian yang masih sehat jangan dirusak oleh penyakit yang sama. Jika kebusukan moral yangjahat ini tidak bisa disembuhkan dengan obat-obat yang lunak dan lembut, obat penenang yang lebih keras harus diberikan dan dibakar dengan keras. Anggota yang sudah menjadi busuk harus dikerat dari tubuh sebab jika tidak, bagian yang sehat juga akan terinfeksi.

Secara demikianlah Allah melemparkan saudara Datan dan Abiram yang menyebabkan perpecahan ke neraka; dan ia yang tidak taat kepada otoritas imam, Allah memerintahkan agar ia dihukum mati. Demikian juga, Petrus, yang terutama di antara rasul-rasul, menempelak Ananias dan Safira yang berbohong kepada Allah sehingga menyebabkan kematian mereka seketika. Demikian juga kaisar- kaisar kuno yang saleh memerintahkan jovinian dan Priscillian sebagai bidat yang harus dipenggal kepalanya.

Sama halnya, St. Jerome berharap agar Vigilant, sebagai bidat, diserahkan tubuhnya untuk dihancurkan agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan. Demikian juga para pendahulu kita di Konsili Constance menghukum mati John Huss dan pengikutnya, Jerome; dan Huss sekarang tampaknya hidup kembali dalam diri Luther. Jika kamu mau meniru tindakan yang pantas dan teladan nenek moyangmu itu, kita tidak akan ragu-ragu, grasi Allah yang murah hati akan mendatangkan kelegaan bagi gerejanya.

Para raja di kekaisaran itu menjawab imbauan Paus untuk menghukum Luther dengan surat mereka sendiri. Inilah parafrase inti sari jawaban mereka:

Kami memahami bahwa kekudusannya dirongrong dukacita yang besar berkaitan dengan Luther dan sektenya. Kami juga menyadari bahwa jiwa-jiwa yang dipengamhi olehnya berada dalam bahaya kebinasaan kekal. Kami ikut merasakan kedukaanmu.

Banyak orang di Jerman berpaut pada pandangan yang sama dengan Luther, dan itulah sebabnya hukuman formal untuk Luther tidak bisa berlangsung. Hal ini akan menyebabkan kehebohan besar, bahkan mungkin perang, dalam wilayah kekaisaran.

Jika keluhan di antara penduduk umum tidak direformasi, tidak ada harapan lagi bagi keharmonisan antara pihak sekuler dengan gereja dalam masalah ini.

Oleh karena itu, kami merekomendasikan agar Paus, seizin Kaisar, mengadakan sidang Kristen di temp at yang nyaman diJerman sesegera mungkin. Dalam sidang ini orang-orang harus didorong untuk berbicara dengan bebas.

Kami merekomendasikan agar Duke Frederick menjaga supaya Luther dan para pengikutnya tidak diperbolehkan menulis, memaparkan, atau mencetak segala sesuatu lainnya. Dan semua pengkhotbah di wilayah Duke dilarang untuk berkhotbah dengan pandangan Luther.

Setiap imam yang tidak menaati petunjuk ini hams dihukum. Setiap buku baru harus diserahkan kepada otoritas gereja untuk disetujui sebelum dijual.

Imam-imam yang menikah atau meninggalkan otoritas mereka harus dihukum oleh petugas gereja yang tetap.

Segera setelah itu, satu pengikut Luther, Andreas Carolostadt dari Wittenberg, mendorong orang-orang untuk mengambil tindakan yang memprovokasi Paus dan wakil gereja lebih jauh. Di antara hal lainnya, Carolostadt mendorong orang-orang untuk membuang gambar dan patung di Gereja Roma. Pada bulan Maret 1522, Luther kembali ke Wittenberg untuk memulihkan tatanan terhadap ikonoklas [3] yang terlalu antusias ini yang menghancurkan mezbah, patung, dan salib.

Karya reformasi Luther selama tahun-tahun berikutnya mencakup penulisan Katekismus Kecil dan Besar, buku-buku khotbah, lebih dari se1usin himne, lebih dari 100 jilid traktat, makalah, komentar Alkitab, ribuan surat, dan terjemahan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Jerman.

Bersama Philipp Melanchthon[4] dan orang lainnya, Luther mengorganisir gereja injili di wilayah Jerman karena didukung oleh para pangeran. Ia menghapuskan banyak praktik tradisional, termasuk pengakuan dosa dan kebaktian pribadi.

Luther berusia 63 tahun ketika ia meninggal pada 18 Februari 1546. Melanchthon menggambarkan jam-jam terakhir sang pembaru itu sebagai berikut:

Hari Rabu, 17 Februari, Dr. Martin Luther menderita sakit yang sudah biasa dideritanya, yaitu karena gangguan cairan tubuh di saluran atau lubang perutnya. Penyakit itu menyerangnya setelah makan malam, yang ia lawan dengan keras dan membuatnya dibawa ke ruang sebelah dan di sana ia terbaring di temp at tidurnya selama dua jam. Selama waktu itu sakitnya makin meningkat. Ketika Dr. Jonas berbaring di kamarnya, Luther bangkit lalu memohon kepadanya untuk bangun dan memanggil Ambrose, kepala sekolah anak-anaknya agar menyalakan api di kamar lainnya. Ketika ia baru saja masuk kamar itu, Albert, Earl of Mansfield, bersama istrinya dan orang-orang lain segera datang ke kamarnya.

Akhirnya, karena merasa saat-saat terakhirnya sudah mendekat, sebelum pukul sembilan pagi, pada 18 Februari, ia menyerahkan dirinya kepada Allah dalam doanya yang saleh ini: "Bapaku di surga, Allah yang kekal dan pemurah, Engkau telah menyatakan kepadaku Anak- Mu yang kekasih, Tuhan kami Yesus Kristus. Aku telah mengajarkan tentang Dia, aku telah mengenal Dia, aku mengasihi Dia sebagai hidupku, kesehatanku, dan penebusanku. Orang-orang yang jahat telah menganiaya, mernfitnah, dan menyebabkan Dia yang aku kasihi menderita. Ambillah nyawaku untuk-Mu."

Beberapa saat berlalu kemudian Luther mengulang doa penyerahan nyawanya tiga kali: "Aku menyerahkan rohku ke dalam tangan-Mu. Engkau telah menebus aku, Oh Allah kebenaran."Ia mengikuti doanya dengan kutipan ayat Alkitab favoritnya: "Oleh karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Akhirnya, ia menutup matanya dan tidak membuka lagi.

Musuh-musuh Luther bersukacita ketika mengetahui kematiannya karena berpikir bahwa pekerjaannya mungkin akan mati bersamanya. Namun, tentu saja tidak demikian sebab pekerjaannya didasarkan pada kebenaran firman Allah. Dan seperti halnya firman, doktrin Luther bertahan dan menyebarkan Injil Yesus Kristus yang benar ke seluruh dunia.

-------
[1] Erasmus, Desiderius, (1446-1536) Sarjana Renaissance Belanda dan teolog Gereja Roma yang berusaha menghidupkan kembali teks-teks klasik zaman kuno, memulihkan iman Kristen yang sederhana dan didasarkan pada Alkitab, dan menghilangkan hal-hal yang tidak pantas dalam Gereja Roma abad pertengahan. Karyanya mencakup The Manual of The Christian Knight, yang diterbitkan pada 1503, dan The Praise of Folly yang diterbitkan pada 1509.
[2] Bulla, Meterai bulat yang dicapkan pada papan bull. Bull, dokumen resmi, seringkali merupakan keputusan, yang dikeluarkan oleh paus, dan dimateraikan dengan bulla.
[3] Ikonoklas (iconoclast), Seorang yang menyerang dan berusaha menggulingkan ide atau lembaga tradisional/ popular - seorang yang menghancurkan ikon/ gambar keagamaan yang sakral.
Iconoclasm, artinya penghancuran ikon-ikon (patung, lukisan, ukiran) religious. Sering terjadi waktu jaman perselisihan besar antara Protestan dan Katolik. Lawan katanya iconodules (dules = dulia). Jelas bagi Gereja Katolik Roma, Iconoclasm adalah bidat, karena ikon-ikon Gereja Roma dihancurkan, dan tentu itu berarti ssault against iman Gereja Katolik Roma.
Iconoclasm sendiri terjadi sepanjang sejarah, tetapi yang khusus jamannya Reformasi terjadi di Zürich (1523), Copenhagen (1530), Münster (1534), Geneva (1535), Augsburg (1537) dan Skotlandia (1559). Tentu kalau mau lebih lengkapnya bisa di cek di Catholic Encyclopedia http://www.newadvent.org/cathen/07620a.htm
[4] Melanchthon, Philipp, Aslinya Philipp Schwarzed, 1497-1560. Teolog Jerman dan pemimpin reformasi Jerman. teman Martin Luther, ia menulis Loci Communes, yang diterbitkan pada 1521. Ini merupakan makalah ekstensif pertama yang menguraikan doktrin Protestan.

Disalin dari :
John Foxe, Foxe's Book of Martyrs, Kisah Para Martir tahun 35-2001, Andi, 2001.

Artikel terkait :
- Martin Luther's 95 Theses - 95 Dalil Luther, di http://www.sarapanpagi.org/martin-luthe ... .html#p3617