Seperti yang sudah kita ketahui dalam Injil, Tuhan Yesus mengajar banyak orang dengan perumpamaan-perumpamaan yang sangat sulit dimengerti oleh pendengar Nya (Mat.13:34-35). Berkenaan dengan itu maka saya berusaha untuk memberikan penafsiran yang mungkin akan dapat membantu saudara seiman untuk memahami ajaran Tuhan Yesus, sehingga dapat menghayati pengajaran Tuhan dan kehendakNya terhadap kita.
Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus banyak dijumpai didalam Injil Matius, Injil Markus dan dalam Injil Lukas, tapi tidak ditemukan dalam Injil Yohanes. Dalam Injil Matius ada dua puluh enam perumpamaan, dalam Injil Markus ada tujuh perumpamaan, dan dalam Injil Lukas ada tiga puluh dua perumpamaan. Tetapi diantara perumpamaan-perumpamaan dalam Injil-Injil itu terdapat perumpamaan-perumpamaan yang sama, yang kita temukan dalam Injil matius dan Injil Markus dan atau juga Injil Lukas. walaupun demikian tetap saja perumpamaan-perumpamaan itu mendominasi Injil-Injil. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa perumpamaan -perumpamaan Tuhan Yesus merupakan bagian yang sangat penting dalam Injil ( Khabar Gembira).
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapakah didalam khotbah atau pendalaman Alkitab atau dalam buku-buku tafsir theologia sangat jarang diajarkan atau bahkan tidak pernah dibahas, baik didalam kelas atau forum diskusi. Bilamana hal ini (ternyata) benar maka bukankah Gereja sudah mengurangi berita Injil dan menyalahi Alkitab dimana ada tertulis: ”jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan kitab nubuat ini , maka Allah akan mengambil bagian-nya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis didalam kitab ini “ (Why.22:19).
Dan bahkan Tuhan Yesus sendiri mengatakan : ”Karena Aku berkata kepadamu: sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini , satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; . . .” (Mat.5:18-19).
Perumpamaan dalam Injil Matius :
1. Perumpamaan tentang garam dan terang dunia
2. Perumpamaan tentang hal mengumpulkan harta
3. Perumpamaan tentang hal kekuatiran.
4. Perumpamaan tentang menghakimi.
5. Perumpamaan tentang hal yang kudus dan berharga.
6. Perumpamaan tentang hal pengabulan doa.
7. Perumpamaan tentang jalan yang benar.
8. Perumpamaan tentang hal pengajaran yang sesat. .
9. Perumpamaan tentang dua macam dasar.
10. Perumpamaan tentang hal berpuasa.
11. Perumpamaan tentang Yesus dan Beelzebul. .
12. Perumpamaan tentang seorang penabur.
13. Perumpamaan tentang lalang diantara gandum. .
14. Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi.
15. Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga. .
16. Perumpamaan tentang pukat. .
17. Perumpamaan tentang domba yang hilang.
18. Perumpamaan tentang pengampunan.
19. Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur. .
20. Perumpamaan tentang dua orang anak. .
21. Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur. .
22. Perumpamaan tentang perjamuan kawin. .
23. Kedatangan Anak Manusia – Perumpamaan tentang pohon ara. .
24. Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat.
25. Perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. .
26. Perumpamaan tentang talenta.
Perumpamaan dalam Injil Markus:
1. Perumpamaan tentang Yesus dan Beelzebul.
2. Perumpamaan tentang seorang penabur.
3. Perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran.
4. Perumpamaan tentang biji sesawi.
5. Perumpamaan tentang garam.
6. Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur.
7. Kedatangan Anak Manusia – Perumpamaan tentang pohon ara.
Perumpamaan dalam Injil Lukas:
1. Perumpamaan tentang orang buta .
2. Perumpamaan tentang pohon dan buahnya.
3. Perumpamaan tentang dua macam dasar.
4. Perumpamaan tentang anak-anak yang duduk di pasar
5. Perumpamaan tentang orang yang berhutang.
6. Perumpamaan tentang seorang penabur.
7. Perumpamaan tentang pelita.
8. Perumpamaan tentang hal mengikut Yesus.
9. Perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati.
10. Perumpamaan tentang hal berdoa.
11. perumpamaan tentang Yesus dan Beelzebul.
12. Perumpamaan tentang kembalinya roh jahat.
13. Perumpamaan tentang pelita tubuh.
14. Perumpamaan tentang kekuatiran.
15. Perumpamaan tentang kewaspadaan.
16. Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah.
17. Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi.
18. Perumpamaan tentang siapa yang diselamatkan.
19. Perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih.
20. Perumpamaan tentang hal mengikut Yesus.
21. Perumpamaan tentang domba yang hilang.
22. Perumpamaan tentang dirham yang hilang.
23. Perumpamaan tentang anak yang hilang.
24. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur.
25. Perumpamaan tentang hal hamba dan tuan.
26. Perumpamaan tentang kedatangan Kerajaan Allah.
27. Perumpamaan tentang hakim yang tak benar.
28. Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai.
29. Perumpamaan tentang unta dan lobang jarum.
30. Perumpamaan tentang uang mina.
31. Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur.
32. Kedatangan Anak Manusia – Perumpamaan tentang pohon ara.
Dari sekian banyak perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan, sebagian telah diterangkan arti dan maksud perumpamaan itu oleh Tuhan Yesus sendiri, sebagian dapat dimengerti dengan menyimpulkannya, dan sebagian lagi masih sulit untuk dimengerti. Tuhan Yesus berfirman bahwa perumpamaan-perumpamaan itu menjadi rahasia bagi mereka yang tidak beriman kepadaNya, tapi murid -murid Nya diberi karunia untuk mengetahui arti perumpamaan-perumpamaan itu (Mat.13:11).
Perumpamaan tentang garam dan terang dunia (Mat.5:13-16), perumpamaan ini mengingatkan bahwa sebagai murid Yesus harus memberikan kesaksian hidup yang baik (seperti garam) dan kebaikan yang telah menjadi sifat dasar murid Yesus itu akan menjadi teladan bagi orang-orang disekelilingnya (seperti terang) sehingga Allah dipermuliakan karenanya..
Perumpamaan tentang hal mengumpulkan harta (Mat.6:19-24), perumpamaan ini mengajarkan bahwa sedikit atau banyaknya harta yang ada pada orang beriman tidak menjadi dasar agar ia dapat berbuat baik dan memberikan kesaksian hidup yang baik. Karena pada keadaan kekurangan orang dapat memberikan kesaksian hidup yang baik dari keadaannya yang kekurangan, dan orang yang banyak harta belum tentu dapat menggunakannya untuk memberi kesaksian hidup yang baik. Jadi baik orang yang kekurangan atau yang berkelimpahan mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kesaksian hidup yang baik.
Orang beriman yang mempunyai kesaksian hidup yang baik dikatakan sebagai orang yang mempunyai mata yang baik, dan menjadikan matanya sebagai pelita agar dapat sampai kepada Allah.
Perumpamaan tentang hal kekuatiran (Mat.6:25-34), perumpamaan ini mengajarkan bahwa dalam menjalani hidup, orang beriman harus berpegang pada iman bukan pada harta dunia. Dengan berpegang pada iman maka segala kesusahan yang kita hadapi dapat kita jalani dengan lebih mudah dan lebih ringan, karena dalam keadaan apapun masih ada sukacita damai sejahtera dalam hidupnya, keadaan demikian yang dikatakan Tuhan Yesus bahwa ia telah menemukan Kerajaan Allah dan kebenarannya itu. Karena Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran , damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm.14:17).
Perumpamaan tentang hal menghakimi (Mat.7:1-5), perumpamaan ini mengingatkan orang beriman agar selalu melakukan instrospeksi diri dan tidak berlaku munafik. Menjauhkan diri dari perasaan paling pintar, paling benar, paling suci, dan paling berkuasa. Bila tidak demikian maka ia tidak akan dapat menemukan Kerajaan Allah dan kebenarannya itu.
Perumpamaan tentang hal yang kudus dan berharga (Mat.7:6), perumpamaan ini memberi peringatan kepada kita bahwa janganlah mengajarkan hal Kerajaan Allah kepada orang munafik adalah orang yang tampil sebagai orang yang baik dan beriman tetapi dengan tersembunyi tidak segan melakukan perbuatan-perbuatan jahat, ibarat anjing yang kesukaannya memakan muntahannya sendiri dan memakan bangkai yang sudah berbau busuk. Sedangkan orang yang hidup didalam dosa adalah orang yang secara terbuka melakukan perbuatan-perbuatan jahat tanpa malu, ibarat babi yang kesenangannya berkubang dalam lumpur.
Perumpamaan tentang hal pengabulan doa (Mat.7:7-11), perumpamaan ini mengajarkan agar kita senantiasa berdoa kepada Allah supaya diberikan sukacita damai sejahtera yang dari sorga. Tetapi orang banyak sudah salah mengartikan pengajaran Tuhan ini, sehingga dalam doa mereka selalu berisi permintaan hal-hal duniawi untuk memuaskan keinginan dagingnya, mereka berdoa meminta berkat dunia, meminta jodoh, meminta anak, dan meminta lain-lain yang sifatnya duniawi, sehingga permintaan doa mereka tidak didengar dan tidak dikabulkan.
Karena semua yang bersifat duniawi sudah ditentukan Allah Bapa dan sudah diberikan kepada manusia menurut kerelaan Nya, orang beriman hanya mengusahakannya saja. Lebih dari pada itu Tuhan menginginkan orang beriman meminta hal-hal yang bersifat rohani yang berguna bagi pertumbuhan imannya, yaitu Roh Kudus (Luk.11:13).
Perumpamaan tentang jalan yang benar (Mat.7:12-14), perumpamaan ini mengajarkan agar kita tidak hidup menuruti keinginan daging melainkan keinginan Roh, sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh , memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera (Rm.8:5-6). Jadi jalan melalui pintu yang lebar dan luas adalah hidup menurut daging sedangkan pintu yang sempit dan sesak adalah hidup menurut Roh.
Perumpamaan tentang hal pengajaran yang sesat (Mat.7:15-23), perumpamaan ini memperingatkan kita bahwa beriman bukan hanya percaya, tetapi harus dengan kesaksian hidup yang baik atau mempunyai buah yang baik. Banyak orang beranggapan bahwa dengan beribadah dan mengikuti kegiatan di gereja, Tuhan sudah berkenan kepadanya. Bila sudah menjadi majelis di gerejanya, Tuhan sudah berkenan kepadanya. Dan bila menjadi pendeta atau gembala jemaat, Tuhan sudah berkenan kepadanya. Anggapan seperti itu adalah anggapan yang keliru, karena Tuhan Yesus mengatakan bahwa “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat.7:22-23).
Perumpamaan tentang dua macam dasar (Mat.7:24-27), perumpamaan ini memberitahukan bahwa beriman kepadaNya dengan diiringi kesaksian hidup yang baik adalah ibarat mendirikan rumah diatas batu, yang tidak akan jatuh oleh angin pencobaan dan roboh oleh banjir berkat duniawi. Dan orang beriman yang mempunyai kesaksian hidup yang baik dikatakan Tuhan Yesus adalah orang bijak yang akan mendapat tempat dalam Kerajaan Allah.
Perumpamaan tentang hal berpuasa (Mat.9:14-17), perumpamaan ini menerangkan bahwa pengajaran Taurat (PL) dan pengajaran Injil (PB) mempunyai kebenarannya sendiri pada masanya. Puasa dalam pengajaran Yohanes Pembaptis adalah untuk membersihkan diri dari dosa, sedangkan puasa dalam pengajaran TuhanYesus adalah untuk mengalahkan kuasa setan dan menerima kuasa Roh Kudus. Dengan demikian adalah tidak mungkin untuk mencampurkan atau menggabungkan dua pengajaran itu, bila dilakukan akan merusakan pengajaran yang lama karena pengajaran PL merupakan gambaran atau sketsa kehendak Allah Bapa. Sedangkan pengajaran Tuhan dan perbuatanNya adalah penggenapan kehendak Allah Bapa itu sendiri. Puasa dalam kenyataannya tidak mungkin dapat menghilangkan dosa manusia, melainkan menjadi simbol hidup dengan menahan hawa nafsu duniawi atau keinginan daging. Kebenarannya adalah bahwa dosa hanya dapat dibersihkan oleh darah Yesus yang tercurah diatas kayu salib melalui iman. Dalam hal ini Tuhan Yesus telah menggenapi pengajaran Yohanes Pembaptis (PL).
Perumpamaan tentang Yesus dan Beelzebul (Mat.12:22-37), dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus memperingatkan kita untuk percaya bahwa kuasa Roh Kudus dinyatakan oleh Tuhan Yesus dan kemudian oleh hamba-hambaNya. Dengan mempercayai kenyataan itu maka selanjutnya harus mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan hamba Tuhan kepada kita dan hidup menurutiNya. Bila orang beriman tidak mau percaya dan malahan menuding kuasa Roh Kudus itu sebagai kuasa setan, maka itu merupakan hujat bagi Roh Kudus, dan itu menjadi suatu dosa yang tidak dapat diampuni, karena sesungguhnya ia tidak akan pernah bertobat, dan melakukan kehendak Tuhan.
Perumpamaan tentang seorang penabur (Mat.13:1-23), dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus memberitahukan bahwa setiap orang yang percaya kepadaNya akan mempunyai pertumbuhan iman yang berbeda-beda, bahkan ada yang kemudian mati imannya. Dan pertumbuhan imannya itu dapat kita ukur dari seberapa sempurna/ matang buahnya itu, yaitu seberapa banyak karakter dari buah Roh itu nyata dalam hidupnya. Karakter dari buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Gal.5:22). Jadi pada akhir hidup kita, ketika dipanggil Tuhan, masing-masing kita akan mempunyai 'raport'nya sendiri-sendiri yang merupakan nilai hasil pelajaran kita mengikut Tuhan Yesus. Yang imannya mati adalah mereka yang meninggalkan Tuhan, dan yang imannya tidak bertumbuh adalah mereka yang masih hidup dengan caranya yang lama (masih duniawi) .
Perumpamaan tentang lalang diantara gandum (Mat.13:24-30; 36-43), perumpamaan ini menerangkan bahwa tidak semua orang yang datang ke gereja dan mengaku beriman kepada Tuhan Yesus mempunyai hati yang tulus, mereka yang tulus oleh TuhanYesus digambarkan sebagai benih gandum , dan kemudian menghasilkan buah Roh. Tetapi banyak diantara mereka yang datang ke gereja dengan motivasi lain, ada yang karena ingin menyenangkan pasangan hidupnya, ada yang karena pacarnya, ada yang karena temannya, ada yang karena saudaranya, ada yang karena anaknya, ada yang karena menantunya, ada yang karena mertuanya, ada yang karena ingin mencari jodoh, ada yang karena ingin mendapatkan pekerjaan dan ada yang karena ingin mendapatkan bantuan atau materi, dan lain-lain. Orang yang demikian digambarkan sebagai benih ilalang, mereka tidak akan menghasilkan buah Roh.
Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (Mat.13:31-35), perumpamaan ini menerangkan bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah mulai dari satu orang yaitu Yesus, yang bertumbuh dan memenuhi seluruh bumi, seperti biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon besar. Dan orang tidak menyadari perkembangan Kerajaan Allah seperti halnya perkembangan ragi dalam adonan tepung, tahu-tahu sudah mengkhamirkan seluruh adonan. Orang juga tidak menyadari bilamana mereka mulai beriman kepada Tuhan Yesus.
Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga (Mat.13:44-46), perumpamaan ini menerangkan bahwa seorang yang menemukan sukacita damai sejahtera dari Kerajaan Allah tidak lagi mengganggap penting harta duniawi dan semua yang dimilikinya. Ia lebih menghargai hal rohani dibanding hal duniawi, karena Kerajaan Allah adalah tentang hal rohani yaitu tentang kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm.14:17).
Perumpamaan tentang pukat (Mat.13:17), perumpamaan ini memberitahukan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus tetapi tidak berpikiran rohani dianggap sebagai orang jahat. Dan ahli Taurat atau orang yang berpikiran duniawi tidak akan mengerti pengajaran Kerajaan Allah, karena mereka menganggapnya sebagai hal baru yang sulit mereka terima.
Perumpamaan tentang domba yang hilang (Mat.18:12-14), dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus memberitahukan bahwa satu jiwa yang dapat diselamatkan sangat berharga dimata Allah. Karena Allah menginginkan semua orang yang percaya dapat diselamatkan dan memperoleh hidup kekal didalam Kerajaan Nya (Yoh.3:16). Dan mereka yang tidak percaya tidak diperhitungkan Allah sebab mereka tidak dikenal Nya (Mat.7:23).
Perumpamaan tentang pengampunan (Mat.18:21-35), perumpamaan ini menggambarkan begitu besar kasih Allah kepada manusia dan menyuruh kita mengasihiNya pula, yaitu dengan mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri sendiri. Adalah tiada batas pengampunan seseorang kepada sesamanya, karena selama ada kasih didalam diri manusia, maka akan dapat mengampuni saudaranya dengan tulus hati dan tanpa batas. Tetapi bila tiada kasih maka pengampunan yang diberikan hanya sebatas dibibir saja.
Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Mat.20:1-16), perumpamaan ini menggambarkan kemurahan Allah yang sifatnya mutlak/ absolut, kita tidak bisa memprotesNya, apalagi mau mengaturNya. Bahwa setiap orang yang karena nama Yesus meninggalkan semua miliknya maka Tuhan akan menggantinya seratus kali lipat dan juga memberi hidup kekal, tanpa membeda-bedakan/ memperhitungkan berapa lama mereka mengikutiNya. Karena Allah memberikan hidup kekal kepada mereka pada akhir hidupnya, maka seorang yang mengikut Tuhan sejak masih muda akan menerima upah (hidup kekal) lebih kemudian dari pada yang mengikut Yesus ketika sudah berumur. Tetapi mempunyai kesempatan/ waktu lebih banyak untuk melatih dirinya untuk menjadi sempurna, dalam iman dan kasih pada sesamanya.
Perumpamaan tentang dua orang anak (Mat.21:28-32), perumpamaan ini mengajarkan bahwa sebagai orang yang beriman tidak boleh berlaku munafik, mengaku percaya kepada Yesus tetapi tidak hidup menurut firmanNya. Rajin menghadiri kebaktian di gereja dan menghafal firman Tuhan tetapi kesaksian hidup dan tabiatnya masih sama dengan manusia yang lama. Karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yak.2:20).
Perumpamaan tentang perjamuan kawin (Mat.22:1-14), perumpamaan ini mengajarkan bahwa untuk masuk kedalam Kerajaan Allah, orang beriman harus mengenakan pakaian yang indah, yaitu kesucian diri yang merupakan hasil dari iman yang diiringi dengan kebajikan. Semua orang dipanggil masuk kedalam Kerajaan Allah tetapi sedikit yang mendapatkannya, karena banyak orang beriman tetapi masih hidup dengan melayani keinginan dagingnya, tidak hidup menurut Roh.
Perumpamaan tentang kedatangan Anak Manusia-Perumpamaan tentang pohon ara (Mat.24:29-36), perumpamaan ini memberitahukan tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua, yaitu masa dimana banyak penderitaan dan dunia kacau, tetapi kuasa Kerajaan Allah dinyatakan dengan serentak diseluruh penjuru bumi. Banyak orang beriman dimana-mana melakukan perbuatan ajaib dengan kuasa Roh Kudus (Mat.24:15-28). Setelah itu akan banyak orang-orang beriman yang mencapai kesempurnaan imannya, dan ketika Tuhan Yesus datang banyak orang-orang beriman itu diangkat secepat kilat dan bertemu dengan Tuhan Yesus diudara, seperti burung nazar mengerumuni bangkai. Bila ada dua orang atau lebih sedang bekerja atau sedang bersekutu, diantara mereka ada yang diangkat dan lainnya yang tertinggal hanya bisa menyaksikannya saja. Kejadian itu datangnya sangat tiba-tiba dan tidak terduga, seperti kedatangan pencuri atau kilat, sehingga orang beriman
harus
senantiasa
mempersiapkan diri selagi masih ada waktu untuk menyambut kedatangan Nya (Mat.24:37-44).
Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat (Mat.24:45-51), perumpamaan ini mengingatkan kepada hamba-hamba Tuhan bahwa hamba yang setia adalah mereka yang menggembalakan domba-dombaNya dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab. Dan ketika kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua ia akan mendapatkan tempat yang mulia dalam KerajaanNya.
Sedangkan hamba yang jahat adalah mereka yang menggembalakan domba-dombanya dengan berlaku seperti 'penguasa' yang mengambil kesempatan untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri dan hanya memikirkan kepuasan nafsu dagingnya saja.
Perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh (Mat.25:1-13), perumpamaan ini mengingatkan agar kita senantiasa memberikan kesaksian hidup yang baik (pelita) dan hidup menurut Roh Kudus (buli-buli minyak), hal ini dapat sangat efektif bila kita mempraktekkan karunia bahasa roh dalam doa penyembahan setiap hari. Karena karunia ini diberikan Tuhan Yesus kepada orang beriman yang berguna untuk membangun iman orang itu sendiri (1 Kor.14:4).`
Perumpamaan tentang talenta (Mat.25:14-30), perumpamaan ini berbicara tentang pelayanan dengan kuasa Roh Kudus. Masing-masing hamba Tuhan mendapatkan Karunia (talenta) yang jumlahnya berbeda-beda menurut seberapa besar kesanggupannya untuk menyerahkan hidupnya. Yang paling besar adalah mau menyerahkan hidup seutuhnya bagi Tuhan, dalam arti tidak menikah bagi Tuhan (Rm.12:1). Mereka yang diberi kuasa yang besar akan mendapat tugas yang besar, dan yang diberi kuasa sedang akan mendapat tugas yang sedang, tetapi yang paling sedikit mendapat tugas hanya untuk bersaksi (mengabarkan Injil dan memberikan kesaksian hidup yang baik). Yang mendapat kuasa yang besar dan kuasa yang sedang dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan dipuji Tuhan, sedangkan yang mendapat tugas hanya untuk bersaksi tidak menjalankannya dengan baik. Maka yang terakhir ini akan dianggap sebagai hamba yang jahat dan malas. Disamping itu keselamatan yang telah diberikan kepadanya pun akan diambil dari padanya pula.
Perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran (Mrk.4:21-25), perumpamaan tentang pelita berbicara tentang kesaksian hidup yang baik dan pembukaaan Firman Tuhan, dimana kedua hal itu tidak mungkin dapat disembunyikan atau dirahasiakan untuk dinikmati sendiri saja. Karena Tuhan Yesus berfirman:”Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat.10:8).
Sedangkan perumpamaan tentang ukuran, berbicara tentang kesanggupan dan kesungguhan untuk hidup menurut kehendak Tuhan Yesus. Bagi mereka yang mau dan sanggup menyerahkan hidupnya bagi pekerjaan Tuhan akan dipercayakan sesuai dengan kesanggupannya itu.
Perumpamaan tentang orang buta/ hal menghakimi (Luk.6:37-42), perumpamaan ini memperingatkan bahwa apabila kita tidak melakukan atau mempraktekan firman yang diperolehnya, jangan sekali-kali mengajarkannya kepada orang lain, karena firman Tuhan tanpa dilakukan akan menjadi teori saja. Dan pada akhirnya hanya akan menjadikan orang beriman menjadi munafik, yang diluar terlihat beriman dan baik tetapi dengan sembunyi-sembunyi masih suka melakukan perbuatan-perbuatan jahat, yang dimurkai Tuhan.
Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (Luk.13:6-9), perumpamaan ini memperingatkan para pemimpin atau hamba Tuhan di dalam gereja, bahwa apabila mereka tidak menghasilkan buah Roh maka dirinya tidak akan mendapat tempat di dalam Kerajaan Sorga. Dengan demikian berarti keselamatan diberikan kepada kita tidak hanya dengan percaya saja, tetapi juga harus juga diiringi dengan pembaharuan diri (hidup baru). Ini sesuai dengan pengajaran Rasul Paulus bahwa orang diselamatkan karena iman bukan karena perbuatan baik (Rm.3:28; Ef2:8) dan pengajaran Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yak.2:20;22)
Rm.3:28 Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena melakukan hukum Taurat.
Ef.2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu , tetapi pemberian Allah.
Yak.2:20;22 iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong. . . , bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna
Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Luk.16:1-9), perumpamaan ini mengajarkan agar kita tidak cinta uang, melainkan menggunakan uang untuk berbuat kebaikan . Adalah suatu sikap yang bijak bila kita bisa menggunakan uang untuk menolong orang dan menumbuhkan iman, karena banyak orang yang hatinya kemudian melekat pada uang dan menjadi kikir. Perpuluhan adalah pengajaran gereja untuk melatih jemaat untuk tidak cinta uang, tapi sayang kemudian terjadi pergeseran dan penyelewengan dari ajaran ini, dan menjadi ajaran tentang teologi kemakmuran, yang bertentangan dengan pengajaran Injil. Dan ironisnya Tuhan sudah memperingatkan dengan perumpamaan dalam Injil Lukas
(Luk.6:39).
Luk.6:39 Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh kedalam lobang?
Perumpamaan tentang hakim yang tak benar (Luk.18:1-8), perumpamaan ini mengajarkan kepada kita untuk tidak berhenti berdoa meminta pertolongan Tuhan ketika kita berada dalam kesusahan, apapun bentuknya. Karena Tuhan Yesus menjamin bahwa Allah pasti akan menolong kita tepat pada waktunya.
Luk.18:7 Tidakah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang-malam berseru kepadaNya? Dan adakah ia mengulur-ulur waktu sebelum menolongnya?
Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai (Luk.18:9-14), perumpamaan ini mengajarkan bahwa seseorang yang menyesali kesalahannya dan merendahkan diri dihadapan Tuhan akan dibenarkanNya, sebaliknya Tuhan tidak berkenan kepada mereka yang merasa benar dan merasa sudah melakukan perintahNya tetapi tidak pernah bertobat dengan sungguh-sungguh.
Hampir semua orang berlaku seperti orang Farisi, merasa paling rohani, paling baik, paling benar, paling pintar, paling tahu dan paling segalanya, tetapi tidak mengalami hidup baru, tidak mengalami pembaharuan diri, masih menggunakan tabiat lamanya, ia hidup dengan cara yang masih sama dengan cara hidup lama ketika ia belum bertobat.
Dari semua uraian tentang perumpamaan-perumpamaan diatas dapat disimpulkan bahwa Tuhan Yesus menghendaki semua orang yang beriman kepadaNya dapat diselamatkan dan mendapat hidup yang penuh sukacita damai sejahtera dari sorga, sejak masih ada di dunia ini sampai pada kehidupan yang kekal di dalam Kerajaan Allah. Untuk itu maka Tuhan telah memberikan sarana dan prasarana agar tujuan itu tercapai, yaitu gereja dan Roh Kudus beserta karunia-karunia Roh Kudus.
Gereja adalah sarana yang disediakan Tuhan bagi jemaatnya agar masing-masing orang beriman dapat mengasah kasih diantara sesamanya (Ams.27:17).
Roh Kudus adalah Roh Penolong, Roh Pembimbing atau Roh Penghibur yang diberikan kepada setiap orang yang beriman, yang akan mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkannya pada firman Tuhan (Yoh.14:26).
Karunia Roh Kudus adalah prasarana yang terdiri dari sembilan karunia (1Kor.12:8-10) yang berguna untuk:
1. Membangun gereja, yaitu karunia-karunia yang berfungsi untuk penginjilan, antara lain: Karunia kesembuhan, Karunia mujizat, Karunia membedakan roh, dengan karunia-karunia ini orang-orang ditarik untuk percaya dan masuk kedalam gereja.
2. Membangun iman orang percaya secara pribadi, antara lain: karunia berbahasa roh, Karunia bernubuat, Karunia iman, dimana dengan karunia-karunia ini orang percaya diberi kemampuan untuk bertumbuh dan mempertahankan imannya.
3. Membangun jemaat, antara lain: Karunia bernubuat, Karunia mengartikan bahasa roh, Karunia hikmat, Karunia berkata-kata dengan pengetahuan, dengan karunia-karunia ini jemaat diberi pelajaran , bimbingan , teguran, penghiburan dan perintah oleh Tuhan Yesus sehingga iman jemaat disegarkan dan bertumbuh.