Kamis, 10 Juli 2014

STUDI YUSUF

Empat belas pasal terakhir kitab Kejadian (pasal 37-50) bercerita tentang riwayat hidup Yusuf, yang menjadi suatu cerita pendidikan bagi orang beriman. Kisah Yusuf adalah cerita tentang pengalaman rohani untuk memahami cara TUHAN mendidik dan membentuk iman orang percaya (yang direpresentasikan oleh Yusuf) menjadi seorang berkepribadian yang indah, baik dalam pandangan Allah dan manusia. 

Kisah dimulai dari seorang remaja berusia tujuh belas tahun bernama Yusuf, yang menceritakan mimpinya kepada Yakub, bapanya dan saudara-saudaranya. Di dalam mimpi itu TUHAN berfirman kepada Yusuf, ini adalah pengalaman rohani pertamanya mendapat firman TUHAN. Yusuf bermimpi melihat sebelas berkas gandum milik saudara-saudaranya bersujud kepada berkas gandum milik Yusuf. Mimpi yang diceritakan Yusuf itu membuat saudara-saudaranya tidak senang, karena mereka telah mempunyai perasaan iri dan dengki terhadap Yusuf, yang lebih dikasihi Yakub. Mereka menyimpan perasaan itu di dalam hati,  tetapi ketika Yusuf juga menceritakan mimpinya yang ke dua, perasaan tidak senang saudara-saudaranya itu berkembang menjadi perasaan benci. Dalam mimpinya Yusuf melihat matahari, bulan, dan sebelas bintang yang bersujud kepadanya. Saudara-saudaranya paham yang dimaksudkan dengan sebelas bintang itu, dan mereka tidak rela bila harus bersujud kepada Yusuf, adik bungsu mereka. Oleh karena itu mereka berencana melenyapkan Yusuf, agar mimpi itu tidak menjadi kenyataan. Mereka sepakat menunggu saat tepat untuk melenyapkan Yusuf; dan ketika kesempatan itu tiba mereka dirasuk roh jahat, yang membuat mereka berniat membunuhnya. Seorang dari mereka tidak tega membunuhnya, sehingga mengusulkan jalan tengah untuk  menjual Yusuf sebagai budak, .

TUHAN mempunyai rencana dibalik penderitaan Yusuf, hal ini disadari oleh Yusuf dikemudian hari setelah belasan tahun berlalu, ketika ia sudah menjadi penguasa di Mesir (Kej.19:19-21). TUHAN mengirim Potifar seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja membeli Yusuf sebagai budak. Tetapi beberapa tahun kemudian Yusuf dijadikan Potifar sebagai kepala pelayan di rumahnya dan memberi kuasa atas rumah dan segala miliknya, karena ia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan sangat memuaskan. Untuk sementara Yusuf tenang di dalam rumah Potifar, namun dikemudian  hari TUHAN mengujinya kembali. 

Potifar mempunyai seorang istri yang terpikat oleh Yusuf yang tampan dan manis budi pekertinya, tetapi memfitnahnya melakukan perbuatan kurang ajar kepadanya, karena Yusuf tidak mau diajak selingkuh. Potifar yang terprovokasi istrinya itu marah dan memasukan Yusuf ke dalam penjara. Beberapa lama kemudian Yusuf mempunyai teman senasib dalam penjara, yaitu : dua orang pegawai istana raja, yang seorang juru minuman dan seorang lainnya juru roti  raja Mesir. Mereka masing-masing bermimpi dan mimpi mereka ditafsirkan Yusuf. Ternyata tafsir mimpi itu menjadi kenyataan, tepat seperti yang dikatakan Yusuf. Juru minuman telah berjanji kepada Yusuf akan berupaya melepaskannya dari dalam penjara setelah ia bebas, tetapi ia lupa janjinya itu. 

Sampai suatu malam Firaun mendapat mimpi dan tidak  ada seorangpun dari antara orang-orang berhikmat dalam kerajaannya yang dapat menafsirkan arti mimpi itu. Juru minuman raja kemudian teringat kepada Yusuf. Dan melaporkan kepada Firaun yang berkenan menyuruh pegawainya memanggil Yusuf ke istana, untuk mengartikan mimpinya. Raja sangat terkesan oleh hikmat yang dimiliki Yusuf, dan ia menunjuknya sebagai seorang pejabat yang berkuasa penuh di Mesir, yang kekuasaannya hanya di bawah Firaun saja.

Selama ini gereja kristen memahami riwayat hidup Yusuf sebagai gambaran Yesus Kristus sebagai Anak Allah  yang dikasihi Allah Bapa, yang merelakan diri dilahirkan ke dunia menjadi manusia dan mengambil rupa sebagai budak; melakukan pelayanan kepada manusia, dan mati disalib untuk menebus dosat manusia; tetapi kemudian Ia bangkit dari kubur, naik ke sorga, dan duduk di atas tahta Kerajaan Allah. Selain sebagai gambaran Yesus Kristus, riwayat hidup Yusuf merupakan pelajaran rohani dan hikmat bagi orang beriman yang hidup di jalan Tuhan, sebagai "Studi Yusuf." 

"Studi Yusuf" memberikan lima hal yang dikerjakan TUHAN dalam hidup Yusuf, sehingga imannya tumbuh menjadi dewasa. TUHAN adalah Allah yang kekal dan tidak berubah sepanjang masa, sehingga TUHAN membentuk iman orang percaya juga tidak berubah tetap menggunakan lima hal ini, yaitu: 1. Tuhan berfirman kepada orang yang beriman kepadaNya; 2. Tuhan meremukkan hatinya; 3. Tuhan menguji kesuciannya; 4. Tuhan menguji kesabarannya; 5. Tuhan menguji karaternya. 

1. Tuhan berfirman kepada orang beriman

Dalam hidup seorang beriman yang benar, ia akan mengalami banyak pengalaman rohani bersama Tuhan, dimana yang pertama adalah pengalaman berkomunikasi dengan Allah. Ia mengalami mendapat firman Tuhan yang sifatnya satu arah, yaitu dari Tuhan kepada orang beriman; sebagai jawaban atas doa-doanya yang ditujukan kepada Allah yang disembahnya, bisa melalui mimpi, bisa melalui penglihatan, bisa melalui pembukaan firman, bisa melalui mendengar suara Tuhan yang terdengar di telinganya, atau bisa juga melalui nubuat seorang hamba Tuhan.
Dalam hal ini Yusuf mendapat firman Tuhan melalui mimpi, pada mimpi yang pertama Yusuf belum mengerti arti mimpinya itu dengan jelas, masih samar-samar; sehingga ia menceritakannya kepada saudara-saudaranya dan juga bapanya. Tetapi dengan mendapat mimpi yang ke dua maka pesan firman Tuhan pada mimpi yang pertama menjadi terang dan dapat dimengerti dengan jelas.

Demikian pula yang dialami oleh orang-orang beriman pada masa Perjanjian Baru sampai sekarang, Tuhan berfirman masih menggunakan cara dan pola yang sama, karena TUHAN yang berfirman kepada Yusuf adalah Allah yang sama dengan Allah yang berfirman kepada orang beriman pada masa sekarang. Tetapi setelah kenaikan Yesus ke sorga pada kedatangan Nya yang pertama sampai kedatanganNya kembali  pada akhir jaman adalah "Masa Kasih Karunia" atau "Zaman Anugerah," Tuhan Yesus Kristus mengutus Roh Kudus ke dunia untuk membimbing dan menolong orang yang percaya dan tinggal-diam dalam dirinya. Maka orang beriman pada zaman ini lebih mudah berkomunikasi denganNya. Disamping itu Ia juga memberikan karunia-karunia Roh Kudus dengan berlimpah kepada setiap orang percaya yang mau bersungguh-sunguh hidup menurut jalan Nya (Mrk.16:15-18), untuk membangun jemaat Tuhan. 

Mrk.16:15-18. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda  ini akan menyertai  orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru  bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."

Allah memberikan karunia-karunia Roh Kudus sebagai tanda yang menyertai orang percaya, salah satunya adalah karunia berbahasa roh, yaitu karunia berbicara dalam bahasa-bahasa baru yang merupakan karunia untuk berkomunikasi dengan Nya, karena bahasa-roh hanya dapat dimengerti oleh Allah dan roh orang itu sendiri, tetapi tidak dimengerti oleh manusia dan setan.

2. Tuhan meremukkan hatinya.

Pengalaman Yusuf dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya itu adalah pengalaman yang sangat menyakitkan, dan meremukkan hatinya. Hal ini dapat dimengerti karena ia dari sejak masih kanak-kanak bergaul akrab dengan sebelas saudara-saudaranya itu; mereka adalah orang-orang yang dianggapnya paling dekat dengannya, paling disayanginya dan juga menyayanginya, sehingga ia sangat percaya kepada saudara-saudaranya itu. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada dalam hati dan yang dialami diceritakannya kepada mereka tanpa ada yang dirahasiakannya, termasuk pengalamannya mendapat firman TUHAN. Tetapi ketika pada kenyataannya ia diperlakukan dengan jahat, perbuatan yang mungkin akan sulit dilakukan orang lain kepadanya, telah membuat hatinya hancur, kecewa, dan remuk-redam. 

Perasaan sakit hati yang sangat mendalam yang dirasakan Yusuf adalah perasaan sakit luar biasa di dalam dadanya; Ia merasa bagaikan ulu hatinya ditusuk-tusuk dengan jarum sampai meneteskan darah yang rasa nyeri hatinya itu tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, dan rasa sakit itu menyebabkannya sulit bernafas. karena bila ia berusaha menarik nafas yang dirasakannya adalah rasa nyeri dan sakit di dalam dadanya. Perasaan sakit demikian yang harus ditanggung oleh Yusuf pada masa mudanya, ketika ia masih seorang remaja berusia tujuh belas tahun. Pengalamannya itu bagi orang lain mungkin akan membekas sangat dalam dan melukai jiwanya dan cukup untuk membuatnya tidak waras; atau paling ringan akan menjadikannya seorang pendendam yang berdarah dingin, sadis dan jahat. Tetapi pada kenyataannya hal itu tidak terjadi pada diri Yusuf, bahkan membuat dirinya menjadi seorang yang mempunyai iman yang kuat dan mempunyai kesabaran untuk lebih memahami kelemahan dan kekurangan orang lain. Dan semuanya itu menjadikannya mudah memaafkan saudara-saudaranya yang telah berbuat jahat kepadanya. 

Hal ke dua yang dikerjakan Tuhan itu menjadikannya menjadi seorang yang berkepribadian menyenangkan sehingga ia dikasihi orang-orang yang mengenalnya, diantaranya adalah Potifar, kepala penjara; juru minum dan juru roti raja;  Firaun, raja Mesir, dan juga rakyat Mesir. (Kej.39:4, 21)

Kej.39 :4 maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf.

Kej.39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.

3. Tuhan menguji kesuciannya. 

Yusuf digoda istri Potifar
Hal ke tiga yang dikerjakan TUHAN adalah menguji kesucian Yusuf. Sebagai seorang anak muda adalah bukan perkara yang mudah untuk mengendalikan diri dari dorongan seksualnya ketika seorang wanita jelita berusaha menggodanya. Maka godaan yang datang dari seorang wanita dewasa seperti istri kepala pengawal raja, seorang wanita pilihan yang mempunyai tubuh proporsional dan wajah ayu, akan mudah menggoda laki-laki muda untuk berzinah dengannya. Dari isi cerita dapat disimpulkan bahwa istri Potifar bukanlah seorang wanita baik-baik; ia adalah seorang wanita yang pintar berpura-pura, suka menggoda lawan jenisnya, dan sering berselingkuh dengan laki-laki lain dibelakang suaminya. Oleh karena itu Ia berusaha menyembunyikan rahasia perselingkuhannya dari Potifar, suaminya, yang sampai saat itu masih menganggapnya seorang istri baik-baik dan terhormat. 

Yusuf menolak istri Potifar yang mengajaknya berselingkuh, hal ini membuat wanita itu merasa tersinggung dan direndahkan harga dirinya, sehingga rasa tertarik dan kasihnya kepada Yusuf berubah menjadi benci. Tetapi bersamaan dengan itu juga timbul perasaan kuatir bila rahasia perselingkuhannya dengan banyak laki-laki terbongkar; sehingga ia berpikir Yusuf dapat membongkar rahasia perselingkuhannya, maka untuk menyelamatkan diri ia memfitnah Yusuf  yang berbuat kurang-ajar kepadanya.

Dalam hal "Kesucian" Tuhan mempunyai standar yang sempurna, yang berlaku bagi orang beriman tidak terkecuali juga bagi Yusuf. "Kesucian" yang dimaksud itu mempunyai lima kriteria, yaitu : Suci dalam hati; Suci dalam pikiran; Suci dalam perkataan; Suci dalam perbuatan; dan Suci dalam kasih; sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus kepada murid-muridNya (Mat.5:17-48).

Mat.5:17-48 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."


Suci dalam hati adalah tidak mempunyai hati ntuk membenci sesamanya, apapun alasannya sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus : "Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala."

Suci dalam pikiran adalah tidak mempunyai keinginan dan pikiran untuk mencemarkan tubuhnya sendiri sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus : "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."

Suci dalam perkataan adalah tidak berkata sia-sia dengan perkataan yang berbelit-belit, melainkan mengatakan segala sesuatu dengan sederhana dan jujur sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Janganlah sekali-kali bersumpah,....Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak."

Suci dalam perbuatan adalah tidak melawan atau membalas bila orang yang melakukan hal yang jahat kepadanya, melainkan memaafkan kesalahannya; sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."

Suci dalam kasih adalah kasih seperti yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya atau kasih Allah kepada manusia yang mengasihi tanpa membeda-bedakan, sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."

Lima kriteria ini menjadi dasar bagi orang beriman, baik  dalam hidup pribadinya dengan Tuhan, maupun dalam hidupnya berhubungan dengan orang lain. Tuhan menghendaki "Kesucian" orang beriman berakar dari dasar hatinya yang terdalam; bukan hanya kesucian untuk diperlihatkan kepada orang lain, tetapi "Kesucian" yang sesungguhnya, bukan kesucian yang penuh kemunafikan; "Kesucian" yang tidak hanya benar menurut penilaian manusia, tetapi juga benar menurut penilaian Allah.


Dalam hal ini Yusuf telah lulus dan keberadaannya di dalam penjara dalam waktu relatif lama menjadi tempat berlatih yang baik baginya. Dan keberadaannya di dalam penjara membentuknya menjadi seorang yang sabar dan matang; yang dewasa dalam berpikir; bijaksana dalam berkata-kata; dan berhikmat dalam bertindak. Dewasa dalam berpikir berarti mempunyai kemampuan dalam memikirkan segala sesuatu, dengan mempertimbangkan segala aspek; baik yang bersangkutan dengan dirinya sendiri maupun yang menyangkut orang lain; Bijaksana dalam berkata-kata berarti memikirkan terlebih dahulu akibat yang bisa ditimbulkan dari perkataan yang dinyatakannya, akibat yang negatif atau akibat yang positif; Berhikmat dalam bertindak berarti dapat memutuskan tindakan yang tepat, yang telah dipikirkan secara dewasa dan mengutarakannya dengan bijaksana, sehingga menghasilkan tindakan yang lebih banyak memberi maslahat bagi banyak orang dari pada yang mudarat. Akhirnya setelah melewati waktu kurang lebih tiga tahun di dalam penjara, TUHAN membukakan jalan dan mempertemukan Yusuf dengan raja Mesir, Firaun.

4. Tuhan menguji kesabarannya. 

Inilah hal yang paling berat karena TUHAN menguji kesabarannya dengan "Waktu" yang tidak ditentukan, tetapi yang lamanya tergantung pada kemampuan Yusuf sendiri. Semakin cepat ia ia dapat mengatasi ujian-ujian itu, semakin cepat TUHAN membebaskannya dari masa pelatihan, dan selama itu ia harus menjalani hidupnya dengan menanggung berbagai penderitaan yang datang susul-menyusul bagaikan gelombang laut ; dalam hal ini Yusuf harus mengalami berbagai pengalaman yang menyakitkan hatinya, mulai dari dijual saudara-saudaranya; difitnah berbuat kejahatan yang tidak dilakukannya; dan harus menghuni dalam penjara selama bertahun-tahun tanpa kepastian. Dan walaupun ia tidak tahu berapa lama harus menjalaninya, ia tetap beriman kepada Tuhan bahwa Ia suatu "Waktu" akan menolong dan membebaskannya . 
Yusuf sebagai pejabat Mesir

Pada mulanya Yusuf tentu  merasa sangat kecewa dan mencoba untuk berusaha mencari cara agar dapat dibebaskan dari penjara, dengan meminta tolong kepada semua orang yang kemungkinan dapat mengeluarkannya dari dalam penjara, dan diantara mereka yang dimintainya pertolongan itu adalah seorang juru minuman raja. Tetapi setelah lama ditunggu juru minuman yang telah bebas dari penjara juga telah melupakannya. Dan karena "waktu" pula akhirnya Yusuf mengerti yang harus dilakukannya pada posisi saat itu, bahwa ia harus berserah kepada TUHAN, menerima semua pelatihan itu dengan rela dan ikhlas. Menerima dengan rela berarti menerima semua pelatihan itu tanpa berusaha menghindar, menolak, atau melawan keadaan yang menyesakkan hatinya itu;  Dan menerima dengan ikhlas berarti menerima pelatihan itu dengan hati yang gembira dan suka cita, bukan terpaksa karena tidak berdaya lagi. Karena ia tidak mengandalkan kekuatan dan akalnya sendiri, melainkan hanya mengandalkan pada pertolongan TUHAN saja. Pada saat Yusuf sampai pada titik ini maka hati dan perasaannya menjadi tenang, dan ketika itu pula TUHAN  menganggapnya telah lulus dari ujian, dan berkenan membebaskannya dari dalam penjara.

"Waktu" adalah alat paling ampuh yang digunakan Tuhan untuk membentuk karakter manusia; karena dengan berjalannya waktu; pendapat, cita-cita dan keyakinan seseorang dapat berubah atau berbalik dari keyakinannya semula. Allah menghendaki seorang beriman mempunyai karakter yang kuat dan kokoh, seperti batu karang ditengah laut yang tetap teguh walau diterjang ombak dan gelombang sepanjang tahun. Tuhan membutuhkan orang-orang yang mempunyai karakter demikian untuk membangun jemaatNya (Mat.16:13-20). Karena orang beriman yang mempunyai karakter demikian yang dapat menjadi garam dan terang dunia (Mat.5:13-16).

Mat.16:13-20. Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka:"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku  dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.


Mat.5:13-16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."


5. Tuhan menguji karaternya.


Hal  terakhir yang dilakukan TUHAN terhadap Yusuf adalah menguji karakter sejati Yusuf dengan memberinya kekuasaan dan kehormatan besar, layaknya seorang raja. Dalam tahap ini Yusuf tidak jatuh dalam pencobaan, karena ia telah teruji pada empat hal sebelumnya. Dengan hal yang terakhir ini TUHAN memurnikan karakter Yusuf. Dalam pelayanan Yusuf kepada masyarakat, ia bertindak sebagai seorang pejabat Mesir yang baik, yang mau bekerja keras, bertindak jujur, adil, dan bijaksana. Ia melayani semua orang dengan kasih dan mengusahakan agar mereka semua mendapat hidup penuh sukacita, damai sejahtera, dan
Yusuf memaafkan saudara-saudaranya
aman-sentausa dalam kerajaan Firaun, tuannya.


Seorang yang sudah dibentuk TUHAN melalui empat hal di atas (sama seperti Yusuf) niscaya tidak akan pernah lagi mempunyai pikiran memperkaya diri, atau berusaha mendapatkan kehormatan bagi dirinya sendiri. Ia hanya berpikir untuk melakukan kehendak Allah dan memuliakan nama TUHAN, karena dalam hidupnya hanya memikirkan hal-hal yang menyenangkan hati Nya saja. Ia melakukan perbuatan baik tidak menganggap sebagai prestasinya sendiri, hasil kerjanya sendiri, atau perbuatan baiknya sendiri; melainkan menempatkan dirinya sebagai seorang hamba yang melakukan perintah  tuannya. Ia tidak merasa berjasa dengan semua perbuatan baik yang dilakukannya itu, karena ia melakukannya sebagai kewajiban atau keharusan; Ia melakukannya dengan wajar, sebagai perbuatan yang sudah seharusnya dilakukan oleh orang beriman. Dalam hal ini Yusuf melakukan sesuai dengan yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus dalam Injil (Luk.17:7-10). 


Luk.17:7-10 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."


Dalam hal TUHAN menguji karakter sejati seorang hamba Tuhan adalah bukan hanya sementara waktu atau dalam waktu tertentu saja, melainkan mengujinya seumur hidupnya; sampai batas akhir hidupnya, sampai ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, ketika ia harus datang memenuhi panggilan Tuhan. Jadi ia diuji sepanjang hidupnya, sejak ia diberi jabatan paling terhormat itu sampai ia mati; tetapi  ia tidak jatuh dalam dosa (
Kej.50:19-21). 

Kej.50:19-21. Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikandengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.

Tidak ada komentar: