Jumat, 18 Juli 2014

Karunia Bahasa-roh dan Karunia Nubuat sebagai Tanda

Yakub bergumul dengan malaikat menyerupai gereja (Yakub = Israel = Israel rohani) yang sedang bergumul dengan kebenaran Tuhan.
Yakob bergumul dengan malaikat
Di dalam surat rasul Paulus terdapat beberapa bagian yang sukar dipahami dan tidak jarang disalah-tafsirkan oleh jemaat gereja kristen; pernyataan rasul Petrus ini terdapat di dalam suratnya yang ke dua, yang diedarkan kepada jemaat-jemaat awal gereja Kristen pada abad pertama (2Ptr.3:15-16). Penafsiran itu kemudian menimbulkan perbedaan pendapat diantara orang-orang kristen pada waktu itu, bahkan masih terjadi sampai sekarang, baik diantara jemaat dalam satu gereja, atau diantara jemaat gereja yang satu dengan jemaat gereja yang lain dalam satu denominasi; maupun antara jemaat gereja denominasi yang satu dengan jemaat gereja denominasi yang lain.

2Ptr.3:15-16 Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutar-balikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.

Salah satu bagian surat rasul Paulus yang sering disalah-tafsirkan adalah yang terdapat dalam suratnya yang pertama kepada jemaat gereja di Korintus (1Kor.14:21-25). Dalam suratnya itu rasul Paulus menulis bahwa "karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman." Kalimat dalam surat rasul Paulus ini yang sering digunakan oleh sebagian jemaat gereja untuk mengklaim bahwa "karunia berbahasa-roh tidak penting," karena itu adalah tanda untuk orang yang tidak beriman. Dengan demikian maka karunia berbahasa-roh itu tidak penting dan tidak diharuskan bagi orang beriman, karena itu diperuntukkan bagi orang yang tidak beriman. 

Penafsiran oleh sebagian jemaat gereja itu tidak tepat, karena tidak sesuai  keterangan dari kalimat di bawahnya : "Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?" Yang menyatakan bahwa orang yang tidak beriman menganggap orang yang berkata-kata dengan bahasa-roh adalah orang gila; dengan demikian maka karunia bahasa-roh menjadi "tanda" (dalam pengertian menandai) orang yang tidak beriman. Oleh karena itu karunia bahasa-roh menjadi penting, karena menjadi penanda bagi orang yang tidak beriman. Pemahaman ini adalah kebalikan dari pemahaman sebagian jemaat gereja yang menganggap karunia berbahasa roh tidak penting bagi orang beriman.

1Kor.14:21-25 Dalam hukum Taurat ada tertulis: "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan." Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman. Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."

Pemahaman yang merupakan kebalikan dari pemahaman sebagian jemaat gereja dalam surat rasul Paulus di atas, dikuatkan oleh seluruh perikop yang diawali dengan kutipan nubuat nabi Yesaya (Yes.28:9-13), yang sudah dinubuatkannya lebih dari delapan ratus tahun sebelumnya : "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan." Yang memberi pemahaman bahwa bangsa Israel tetap tidak akan percaya walaupun Tuhan berbicara kepada mereka dengan menggunakan bahasa lain (yang dimaksudkan adalah karunia bahasa roh) dan oleh mulut orang-orang asing (orang-orang dari bangsa lain). Jadi nubuat nabi Yesaya berbicara tentang "Ketidak-percayaan bangsa Israel."

Dalam hal ini rasul Paulus melakukan kekeliruan, karena ia menyebutkan nats dari kitab Yesaya yang dikutipnya adalah dari dari Hukum Taurat, seharusnya rasul menyebutnya dari kitab nabi-nabi (Nebiim), karena kitab suci Yahudi terdiri dari Taurat, Mazmur, dan Kitab nabi-nabi (Torah, Mizmor, dan Nebiim). Atau ia hendak menyebut kitab suci Yahudi secara singkat dengan nyebut Hukum Taurat saja untuk mewakili Taurat, Mazmur, dan Kitab nabi-nabi.

Yes.28:9-13. Dan orang berkata: "Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya dan kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-olah kepada anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu! Sebab harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini, tambah itu!" Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini. Dia yang telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan.  Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!" supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan.

Perikop dalam surat rasul Paulus itu harus ditafsirkan dengan didukung dan tidak bertentangan dengan firman Tuhan yang terdapat dalam kitab-kitab kanon Alkitab , mulai dari Taurat, kitab-kitab puisi (Mazmur), dan kitab nabi-nabi, yang terdapat dalam Perjanjian Lama; dan Empat Injil, surat-surat, dan kitab wahyu yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Maka perikop dalam surat rasul Paulus itu harus dibaca secara keseluruhan dalam satu kesatuan, dengan demikian maka pengertian "tanda'" dalam kalimat yang dimaksudkan rasul Paulus di atas mempunyai pemahaman bahwa karunia bahasa roh menjadi penanda bagi orang yang tidak beriman atas "ketidak-percayaan" mereka.  Yang ditandai adalah hal "ketidak-percayaan" orang yang tidak beriman; bukan hal "karunia bahasa roh." Jadi pemahaman yang dimaksudkan rasul Paulus dari perikop di atas adalah "Karunia bahasa-roh menjadi penanda dan menandai orang yang tidak beriman bahwa mereka tidak percaya kepada Tuhan yang telah berbicara kepada mereka menggunakan bahasa lain (karunia bahasa-roh)."

Pemahaman di atas sesuai dengan perikop yang berisi nasihat rasul Paulus tentang bagaimana cara yang seharusnya dilakukan oleh orang beriman dalam mengamalkan karunia bahasa roh dan karunia Roh Kudus lainnya dalam persekutuan jemaat (1Kor.14:26-33). Dalam mana rasul Paulus menasihati agar karunia-karunia Roh itu diamalkan dalam jemaat dengan azas "tertib" dan "teratur", sehingga tidak terjadi kekacauan melainkan membangun iman jemaat dan mendatangkan damai sejahtera bagi orang-orang yang hadir dalam persekutuan itu.
Dengan demikian maka pemahaman sebagian gereja bahwa karunia bahasa roh tidak penting adalah pemahaman yang "keliru", dan dengan jelas dibantah oleh  rasul Paulus dalam perikop di bawahnya itu.

1Kor.14:26-33 Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. Tentang nabi-nabi--baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.

Kesimpulan di atas itu sama dengan ketidak-percayaan murid-murid Yesus atas kesaksian Maria Magdalena dan kesaksian dua orang murid yang bertemu Yesus di jalan (Mrk.16:9-13); dan atas ketidak-percayaan mereka, Tuhan Yesus mencelanya dengan keras (Mrk.16:14-18). Hal yang sama juga akan dilakukan Nya kepada orang kristen, Tuhan Yesus akan mencela orang kristen atas ketidak-percayaan dan kedegilan hati mereka karena menganggap tidak penting.terhadap kesaksian orang beriman yang menerima karunia bahasa roh.

Mrk.16:9-13. Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya.

Mrk.16:14-18. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."

Dalam kasus ini terdapat perbedaan istilah yang digunakan oleh nabi Yesaya yang menyebutnya sebagai "orang-orang yang berlogat ganjil dan orang-orang berbahasa asing"; dan Tuhan Yesus menggunakan istilah "mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka"; sedangkan rasul Paulus menggunakan istilah "Karunia bahasa-roh"; tetapi yang dimaksud dengan  istilah-istilah itu adalah satu hal yang sama, sehingga kesaksian tentang karunia bahasa-roh oleh  orang-orang beriman yang menerimanya adalah kesaksian dari Roh Kudus, yang menjadi penggenapan nubuat nabi Yesaya dan firman Tuhan Yesus. Jadi dalam hal ini tidak ada alasan lagi bagi gereja untuk menolak kesaksianNya, karena dengan penolakkannya itu berarti pula gereja sudah menyangkal imannya sendiri dan Tuhan mencela ketidak-percayaan dan kedegilan hatinya itu.

Sedangkan "karunia bernubuat" adalah "tanda," bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman. Karena melalui nubuat, Tuhan berfirman untuk memberikan penghiburan, perintah, pengajaran, atau teguran kepada orang beriman. Dalam perikop itu rasul Paulus mengandaikan bila "ada orang yang tidak beriman" hadir dalam persekutuan orang beriman dan Tuhan  menegurnya tentang rahasia yang ada di dalam hatinya, maka orang itu akan menjadi "percaya". Dan "Karunia untuk bernubuat" hanya diberikan kepada "orang yang percaya" dan menjadi "tanda" baginya bahwa ia adalah "orang yang beriman." Orang yang beriman yang mendengar nubuat itu akan dikuatkan terbangunkan imannya, karena ia merasakan kehadiran Allah disana; dan bagi orang yang tidak beriman ketika ia mendengar firman nubuat yang menegurnya tentang rahasia hatinya akan menjadi percaya. Jadi pemahaman yang dimaksud dari kalimat yang terakhir dalam perikop surat rasul Paulus di atas adalah : "Karunia untuk bernubuat menjadi tanda bagi tiga kelompok orang yang beriman yaitu : orang yang bernubuat; orang yang mendengar nubuat itu; dan orang yang tidak beriman tetapi kemudian menjadi percaya karena mendengar nubuat itu.


Tidak ada komentar: