Pada pembahasan 'Khotbah di atas Bukit menurut Injil Matius 5:1-12' yang telah diuraikan, memberikan pengetahuan tentang pengajaran Tuhan Yesus. Dengan Sepuluh Perintah Berbahagia dalam khotbah di atas bukit yang diberitakan Tuhan Yesus itu, Ia memberikan petunjuk bagi orang beriman tentang bagaimana mereka harus memulai (start) hidup yang benar, dan sejauh mana perjalanan iman yang harus mereka lalui sampai batas akhirnya (finish).
'Khotbah di atas Bukit menurut Injil Matius' mempunyai pesan bahwa "Yesus Kristus adalah nabi yang dijanjikan TUHAN yang akan ditimbulkan dari antara bangsa Israel, dimana nabi itu juga mempunyai kuasa mengadakan mukjizat seperti nabi Musa (Ul.18:15).
Ul.18:15 Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN (Yahweh), Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.
Sebagai lanjutan dari pembahasan
'Khotbah di atas Bukit menurut Injil Matius', dibawah ini akan dibahas 'Khotbah di atas Bukit menurut Injil Lukas' yang berbentuk laporan yang teliti dan seksama kepada seorang pembesar negara, yaitu Teofilus yang mulia (Luk.1:1-4); yang pada waktu dokter Lukas menulis Injilnya belum menjadi pengikut Kristus. Karena Lukas adalah seorang dokter maka laporan yang dibuatnya tentu sesuai dengan (mendekati) kenyataan yang terjadi, walaupun ia tidak menjadi saksi mata secara langsung.
Luk.1:1-4. Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
Menurut laporan dokter Lukas, setelah Tuhan Yesus Kristus berdoa semalam-malaman di atas bukit, Ia memilih dua belas orang dari murid-murid Nya, lalu turun dan berhenti di tanah yang datar dimana telah berkumpul murid-murid lain yang jumlahnya tidak disebutkan, kemungkinan karena jumlahnya banyak dan bercampur dengan banyak orang lain yang datang dari selatan (yaitu dari seluruh Yudea dan Yerusalem) dan dari utara (yaitu Tirus dan Sidon). Dan setelah Ia menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir setan yang merasuki orang (Luk.6:12-19), Ia mengajar murid-murid Nya dan orang banyak yang hadir disana (Luk.6:20-26).
Luk.6:12-19. Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
Luk.6:20-26. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata:
"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan.
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.
Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.
Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.
Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."
Pada kesempatan itu Tuhan Yesus Kristus mengumumkan lima kalimat 'Berbahagia' dan empat kalimat 'Celaka' sebagai negasinya. Lima kalimat 'Berbahagia' yang dimaklumatkan Tuhan Yesus adalah tentang keadaan yang akan dialami oleh murid-murid Nya. Dikatakan Nya bahwa memang di dalam dunia ini murid-murid akan mengalami keadaan yang tidak menyenangkan secara duniawi, tetapi hal itu tidak akan sia-sia karena akan diberikan kepadanya hal-hal yang menyenangkannya jiwanya (secara roh). Sebaliknya orang yang hidup dengan mengikuti keinginan dagingnya, menuruti hawa nafsu duniawi, akan menemukan bahwa apa yang dinikmatinya itu tidak memberikan kepadanya kesenangan secara roh, tetapi mengakibatkannya celaka, karena ia mendapatkan banyak masalah dalam hidupnya, baik yang berkenaan dengan jasmani (sakit penyakit, penipuan, pencurian, perampokan, perseteruan, perjinahan, pelacuran,
perceraian, sampai pembunuhan) maupun rohani (jiwanya tidak tenang, stres, frustrasi, putus asa, sampai sakit jiwa).
Dan selanjutnya Tuhan Yesus Kristus mengajarkan bagaimana mereka harus bertingkah laku dalam hidupnya supaya tidak menjadi seorang yang mendapatkan celaka itu.
1. Murid Tuhan Yesus Kristus harus bermurah hati, yaitu: membalas perbuatan jahat orang lain kepadanya dengan perbuatan yang baik dengan penuh keikhlasan dan mau melayani dengan sepenuh kemampuannya sampai melebihi yang diminta atau diharapkan orang, bukan berdasarkan balas jasa atau dengan mengharapkan balasan yang sama atas apa yang dilakukannya (Luk.6:27-36).
1. Murid Tuhan Yesus Kristus harus bermurah hati, yaitu: membalas perbuatan jahat orang lain kepadanya dengan perbuatan yang baik dengan penuh keikhlasan dan mau melayani dengan sepenuh kemampuannya sampai melebihi yang diminta atau diharapkan orang, bukan berdasarkan balas jasa atau dengan mengharapkan balasan yang sama atas apa yang dilakukannya (Luk.6:27-36).
Luk.6:27-36. "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.
Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
2. Murid Tuhan Yesus harus bisa menjadi teladan bagi orang lain, bukan hanya mengajar orang lain tetapi dirinya sendiri tidak bisa melakukannya, karena Tuhan akan mengukur dirinya menurut ukuran yang dibuatnya atau yang diajarkannya itu (Luk.6:37-42)
Luk.6:37-42. "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
3. Murid Tuhan Yesus harus melakukan dua pelajaran di atas dengan segenap hati, tidak melakukannya karena terpaksa, atau supaya dinilai baik oleh orang, atau untuk mendapat sesuatu yang diinginkannya dari seseorang. Penekanan pelajaran pertama pada 'perbuatan' (Mat.6:46-49) dan pelajaran ke dua menekankan pada 'perkataan' (Luk.6:43-45), kedua pelajaran itu tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan ukuran manusia, tetapi harus menggunakan ukuran Tuhan, yaitu: "ukuran yang sesuai dengan suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar".
Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
3. Murid Tuhan Yesus harus melakukan dua pelajaran di atas dengan segenap hati, tidak melakukannya karena terpaksa, atau supaya dinilai baik oleh orang, atau untuk mendapat sesuatu yang diinginkannya dari seseorang. Penekanan pelajaran pertama pada 'perbuatan' (Mat.6:46-49) dan pelajaran ke dua menekankan pada 'perkataan' (Luk.6:43-45), kedua pelajaran itu tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan ukuran manusia, tetapi harus menggunakan ukuran Tuhan, yaitu: "ukuran yang sesuai dengan suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar".
Luk.6:43-45. "Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
Luk..6:46-49. "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Dari pelajaran di atas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa setiap murid Tuhan Yesus Kristus harus mendahulukan perbuatan atau melakukan firman Tuhan sebelum ia mengeluarkan perkataan untuk mengajar orang lain. Hal ini adalah sesuai dengan nasihat raja Daud (Mzm.119:105) dan nasihat rasul Petrus (2 Ptr.1:5-7).
Mzm.119:105. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Dimana dengan kalimat ini raja Daud memberitahukan agar setiap orang yang mengikut Tuhan mau melangkahkan kakinya menurut terang firman Tuhan yang diperolehnya, sehingga ia akan mendapatkan penerangan firman Tuhan selanjutnya. Seorang murid yang mengikut Tuhan dengan cara demikian secara terus menerus otomatis akan mendapat pengetahuan firman Tuhan yang benar dan sempurna seperti yang dikehendaki Nya. Dan pengetahuannya itu dapat berguna untuk mengajar ketika ia dalam pelayanan kepada orang-orang percaya.
2 Ptr.1:5-7. Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
Rasul Petrus pada masa tuanya menulis surat untuk memberi nasihat kepada jemaat agar mereka meningkatkan imannya dengan perbuatan-perbuatan baik mulai dari yang ditujukan pada dirinya sendiri sampai kepada semua orang, sehingga pengetahuan mereka tentang firman Tuhan bertambah terus sampai sempurna.*
*Keterangan tentang topik ini lihat: Pertumbuhan Iman Kristiani (5)
Dari pelajaran di atas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa setiap murid Tuhan Yesus Kristus harus mendahulukan perbuatan atau melakukan firman Tuhan sebelum ia mengeluarkan perkataan untuk mengajar orang lain. Hal ini adalah sesuai dengan nasihat raja Daud (Mzm.119:105) dan nasihat rasul Petrus (2 Ptr.1:5-7).
Mzm.119:105. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Dimana dengan kalimat ini raja Daud memberitahukan agar setiap orang yang mengikut Tuhan mau melangkahkan kakinya menurut terang firman Tuhan yang diperolehnya, sehingga ia akan mendapatkan penerangan firman Tuhan selanjutnya. Seorang murid yang mengikut Tuhan dengan cara demikian secara terus menerus otomatis akan mendapat pengetahuan firman Tuhan yang benar dan sempurna seperti yang dikehendaki Nya. Dan pengetahuannya itu dapat berguna untuk mengajar ketika ia dalam pelayanan kepada orang-orang percaya.
2 Ptr.1:5-7. Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
Rasul Petrus pada masa tuanya menulis surat untuk memberi nasihat kepada jemaat agar mereka meningkatkan imannya dengan perbuatan-perbuatan baik mulai dari yang ditujukan pada dirinya sendiri sampai kepada semua orang, sehingga pengetahuan mereka tentang firman Tuhan bertambah terus sampai sempurna.*
*Keterangan tentang topik ini lihat: Pertumbuhan Iman Kristiani (5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar