Sabtu, 30 Juni 2012

Renungan (14): Tentang Hal Kekuatiran

“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.  Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.  Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.  Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;  jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?  Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?  Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?  Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,  namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.  Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?  Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat.6: 25-34)

Dalam kehidupan pada masa sekarang dan masa Tuhan Yesus atau masa yang jauh sebelum Tuhan yesus, kehidupan manusia di dunia tidak jauh berbeda, mereka hanya disibukan oleh urusan-urusan mencari makan-minum dan kawin-mengawinkan (Mat.24:28).

Mat. 24:38  Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,………………………………………………………………………………………..

Dan dalam kesibukannya itu manusia selalu di bayang-bayangi oleh perasaan kuatir sehingga perhatian mereka hanya tertuju pada hal-hal yang duniawi saja. 
Pada masa sekarang beberapa orang memanfaatkan perasaan kekuatiran itu untuk mencari keuntungan, dengan menawarkan  perasaan aman, melalui polis asuransi. Karena itulah maka Tuhan Yesus menyerukan pada mereka untuk tidak kuatir dan mendorong mereka untuk mencari Kerajaan Allah.
Ajakan Tuhan itu adalah pernyataan yang perlu direnungkan dengan mendalam agar dapat dimengerti dengan jelas dan benar.  Kebanyakan orang Kristen  menyangka/ mengartikan kalimat  ”carilah dahulu Kerajaan Allah” adalah dengan rajin mengikuti ibadah-ibadah di gereja atau kegiatan kebaktian  rohani. Inilah satu pemikiran yang sangat dangkal,  sebab pada saat Tuhan Yesus menyatakan ajakan itu belum terbentuk lembaga gereja seperti sekarang ini. Dari pada itu maka dapat disimpulkan bahwa pemikiran di atas adalah satu pemikiran yang bukan seperti yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus.

Jadi harus ada pengertian yang lebih mendalam, yaitu bahwa “mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya”  itu adalah merupakan pengalaman dari orang beriman ketika mereka sudah dapat merasakan sukacita damai sejahtera dalam hidupnya. Dimana perasaan itu bukan disebabkan oleh karena lingkungan di luar dirinya, melainkan timbul dari dalam hatinya ketika ia sudah tidak lagi merasa kuatir akan segala sesuatu dalam hidupnya dan ketika ia dapat bersyukur akan segala yang telah diterimanya dari Allah. Dalam hal ini hidupnya sudah tidak terpengaruh lagi oleh segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Sehingga ketika ia mendapatkan hal yang menyenangkan, ia bersyukur tetapi tidak sampai mabuk karenanya. Dan ketika ia mendapatkan hal yang tidak menyenangkan, ia tetap dapat bersyukur dan tidak larut oleh kesedihannya itu.

Sedangkan kalimat  “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu “  sering dimengerti akan mendapatkan kelimpahan harta duniawi. Inilah suatu pemikiran yang terlalu duniawi dan tentunya tidak sesuai dengan pengajaran Tuhan Yesus. Bila lebih teliti tentu kata ‘ditambahkan’ mempunyai arti yang jelas, bahwa yang  ditambahkan  itu adalah bonus, bukan yang utama; yang utama adalah pengalaman merasakan sukacita damai sejahtera itu sendiri. Jadi segala sesuatu yang ditambahkan adalah sebagai bonus dan itu bukan merupakan hal yang penting; ada baik, tetapi bila tidak ada pun tidak menjadi masalah bagi dirinya, karena ia telah mendapatkan sukacita damai sejahtera dalam hidupnya.
Perasaan sukacita damai sejahtera itu mempunyai nilai yang melebihi segala apapun yang ada di dunia; karena perasaan itu tidak dapat diperoleh dengan menukarnya dengan uang atau barang duniawi seberapa banyaknya sekalipun. Jika demikian jelas segala yang akan ditambahkan atau bonus itu menjadi kurang berharga lagi dan keberadaannya tidak penting lagi baginya. Hal ini sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus di awal perikop di atas yang menyarankan orang untuk tidak mengumpulkan harta di bumi melainkan mengumpulkan harta di sorga, yaitu dengan melakukan perbuatan-perbuatan kasih terhadap sesamanya manusia. Orang beriman yang mau melakukan seperti yang disarankan Nya adalah orang kristen rohani yang akan menghasilkan buah roh dengan segala sifat-sifatnya di dalam dirinya (Gal.5:22-23)

Gal. 5:22-23  Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Seorang yang mempunyai Kasih maka : Ia harus orang yang sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak megahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1Kor.13:4-7).
(Keterangan tentang 'kasih' lihat tulisan: 'Iman, Pengharapan dan Kasih')

Seorang yang mempunyai sukacita adalah orang yang menjalani hidup dengan hati yang gembira, bergairah, peramah dan murah senyum, dimana ia menjalani hidupnya dengan ringan tanpa tekanan yang berarti, dan tidak merasakan beban yang terlalu berat.

Seorang yang mempunyai damai sejahtera adalah orang yang selalu bersyukur atas apa yang diperolehnya sebagai berkat dari Tuhan; tidak ambisius, tidak serakah, dan jiwanya selalu dalam keadaan tenang .

Seorang yang mempunyai kesabaran adalah orang yang selalu dapat menunggu segala sesuatu, dapat mengerti kelemahan orang lain dan mempunyai persediaan maaf yang tidak terbatas.

Seorang yang mempunyai kemurahan adalah orang yang selalu mau memberi kepada orang lain, baik waktu, harta benda, maupun hidupnya sekalipun.

Seorang yang mempunyai kebaikan adalah orang yang selalu melakukan segala sesuatu demi kepentingan orang lain dan kebaikan bersama.

Seorang yang mempunyai kesetiaan adalah orang yang tidak mudah berubah pikiran dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah diucapkannya sesuai dengan kata hati nuraninya.

Seorang yang mempunyai kelemahlembutan adalah orang yang memperlakukan orang lain dengan penuh kasih dan penuh perhatian.

Seorang yang mempunyai penguasaan diri adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain dan tidak melakukan segala sesuatu yang dibenci Tuhan.

Tidak ada komentar: