Jumat, 11 Mei 2012

RENUNGAN ( 05 ): Tentang Berzinah


Sepanjang sejarah manusia masalah berzinah sudah ada dan menjadi masalah sosial yang sama tuanya dengan sejarah  peradaban manusia itu sendiri. Berzinah secara umum dimengerti  sebagai pelanggaran norma pernikahan, dimana seseorang melakukan hubungan seksual dengan orang lain yang tidak terikat di dalam satu pernikahan yang sah. Tetapi Tuhan Yesus mempunyai pandangan lain, yang lebih tinggi tuntutannya, karena tuntutannya itu  masuk ke dalam ruang spiritualitas, yaitu masuk ke dalam dunia roh. Dan di dalam wilayah spiritual segala sesuatu dinilai dengan menggunakan hati, bukan menggunakan pikiran sehat saja. Karena hati adalah alat penilai yang jujur dan akurat, dimana ia tidak pernah berbohong dan tidak memanipulasi segala sesuatu yang dinilainya. Ia akan mengatakan apa adanya sesuai dengan yang sebenarnya, bila salah akan diakuinya sebagai yang salah dan bila benar akan diakuinya sebagai yang benar.

Dalam Injil Matius terdapat satu ayat yang menulis perkataan Tuhan Yesus mengenai orang yang berzinah. Ini adalah satu-satunya pengajaran Tuhan Yesus tentang perilaku seksual. Dengan pengajaran ini Tuhan Yesus menegaskan kepada murid-murid dan para pendengarNya bahwa berzinah bukan hanya merupakan tindakan yang nampak saja, tetapi lebih dari pada itu, orang juga dapat dikatakan berzinah bila ia memandang orang dan menjadi bergairah seksual di dalam hatinya. Tetapi dengan batas mana orang dikatakan berzinah atau tidak berzinah menjadi sulit untuk menentukannya, karena itu hal ini dikembalikan lagi kepada hati masing-masing orang yang bersangkutan. Di titik ini masing-masing orang dapat mengukur dengan jujur dari dalam hatinya yang terdalam, sudah sampai seberapa jauh kedewasaan iman mereka di dalam usaha mereka belajar  kerohanian kepada Tuhan Yesus.
Untuk menentukan orang berzinah atau tidak maka perkataan Tuhan Yesus di dalam Injil Matius ( Mat. 5:27-32 ) dapat menjadi acuan, yaitu: 

Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. ( Mat. 5:27-32 )

1. "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." 

Ada dua tahap yang menjadikan orang dapat dikatakan "berzinah", tahap yang pertama orang itu memandang perempuan; dan tahap selanjutnya menginginkannya. Tetapi perkataan Tuhan Yesus ini masih belum begitu terang bagi pembaca Injil dalam bahasa terjemahannya, karena itu perlu dikaji lebih dalam lagi.
Memandang perempuan, biarpun kalimat ini ditujukan kepada para kaum pria namun jelas perkataanNya ini berlaku pula bagi kaum perempuan, yang memandang lawan jenisnya dengan cara yang sama. Karena dalam kasus lain pernah juga Tuhan Yesus dihadapkan dengan seorang perempuan penjinah (Yoh. 8:3-10). Dalam hal ini yang dipersoalkanNya adalah cara memandang lawan jenisnya; yaitu bila seseorang memandang lawan jenisnya dengan hasrat berahi, sehingga gairah seksualnya bangkit maka ia termasuk sebagai orang yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dengan kalimat di atas.
Menginginkannya, kata ini mengandung arti yang jelas bila ditambahkan kata keterangan, karena kata ganti obyek penderita dibelakang kata "menginginkan" yang dimaksud adalah perempuan itu atau lawan jenisnya, tetapi menginginkan perempuan itu untuk apa tidak dikatakanNya lebih jelas. Mungkin para pendengarNya pada waktu itu sudah mengerti maksud perkataanNya itu, yaitu untuk melakukan hubungan seks dengannya yang sudah bangkit gairahnya itu. Pada tahap ini memang secara fisik ia belum melakukan perbuatan itu, tetapi biarpun demikian Tuhan Yesus sudah memperhitungkannya sebagai perbuatan zinah.

Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"  Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang (Yoh. 8:3-11)

2. "Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah."   

Disamping perkataan di atas (yang pertama), Tuhan Yesus juga mengatakan kalimat ke dua yang berkaitan dengan praktek kawin-cerai yang banyak terjadi pada masa itu  dan pada masa sekarang praktek perceraian juga masih banyak dilakukan, bahkan oleh orang-orang percaya yang menikah di gereja dengan "upacara sumpah" untuk tidak bercerai sampai maut memisahkan mereka.
Pada kalimat yang ke dua ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang bercerai atau diceraikan kemudian kawin lagi maka "perkawinan yang baru" itu dianggap tidak syah dan diperhitungkan sebagai perbuatan zinah, biarpun secara sosial , kenegaraan dan kelembagaan sudah dianggap syah. Hal seperti ini terjadi karena adanya penilaian yang berbeda antara "dunia" dan kerohanian. Dalam "kerohanian Kristen" yang diajarkan Tuhan Yesus, yang dipentingkan adalah kemurnian / kesucian hati manusia. Tuhan melihat hati manusia dari pada apa yang nampak dikerjakannya karena setiap tindakan mempunyai motivasi nya sendiri dan masing-masing orang melakukan tindakan yang sama bisa mempunyai motivasi yang berbeda, bahkan satu orang yang sama melakukan suatu perbuatan yang sama pada kesempatan lain bisa pula mempunyai motivasi yang berbeda. ( Ibr. 4:11-13). Pada dasarnya perkawinan adalah suatu kelonggaran (dispensasi) yang diberikan Tuhan kepada manusia agar dapat hidup mensucikan dirinya (1 Kor. 7:6-16 )

Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu. Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu? (1 Kor. 7:5-16).

Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. (Ibr. 4:11-13)



Rabu, 09 Mei 2012

RENUNGAN ( 04 ): Tentang Berkat.

Berkat Allah kepada orang beriman seperti air yang mengalir dari mata air yang tidak pernah habis

Berkat yang dimengerti jemaat gereja ada dua, yaitu berkat jasmani dan berkat rohani, tetapi di dalam pengajaran sebagian gereja lebih menitik beratkan kepada berkat jasmani atau berkat duniawi, sedangkan berkat rohani atau berkat sorgawi hanya dijadikan pengajaran pelengkap saja. Bahkan ada gereja yang terang-terangan mengajarkan bagaimana untuk mendapatkan berkat duniawi itu, sehingga hidup mereka penuh kelimpahan berkat duniawi. Secara akademis pengajaran seperti ini dikenal dengan nama Theologi Kemakmuran atau Theologi Sukses.
Dengan dasar theologi ini ada beberapa gereja yang kemudian bertumbuh menjadi besar dengan jumlah jemaat sampai puluhan ribu orang jemaat, bahkan ada yang mencapai ratusan ribu orang jemaat. Mereka dapat membangun komplek gereja seluas beberapa hektar sampai puluhan hektar dengan fasilitas yang lengkap dan istimewa . Dengan hasil pencapaian sedemikian ini maka mereka yakin akan "kebenaran" pengajaran  Theologi sukses itu karena pengalaman kesuksesan duniawi yang mereka peroleh menjadi bukti bahwa mereka diberkati Tuhan, sehingga lebih jauh mereka menyatakan bahwa ajaran itu sudah sesuai dengan Firman Tuhan .Pertanyaan pertama adalah "apakah Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal-hal duniawi ? ataukah tentang hal-hal rohani ? ataukah mengajarkan kedua-duanya ?"

Banyak sekali ayat-ayat Alkitab (sekurang-kurangnya ada 120 ayat) yang berbicara tentang berkat, di dalam Perjanjian Lama ada 112 ayat yang tersebar dalam 19 kitab dan di dalam Perjanjian Baru ada 24 ayat yang terdapat dalam 3 Injil dan 9 suratan. Dari begitu banyak ayat-ayat  Alkitab yang membahas tentang berkat, adalah ayat dalam Kitab Maleakhi yang menjadi ayat terpenting dari pengajaran Theologi Sukses itu:

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit, dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (Mal. 3:10)

Ini merupakan ayat dalam Alkitab yang menjadi dasar dari ajaran kemakmuran yang diajarkan gereja-gereja itu dan sangat digemari oleh jemaat, terutama jemaat yang mempunyai latar-belakang pengusaha/ pedagang. Dalam prakteknya ajaran ini diyakini jemaat tertentu yang ekonominya kemudian berkembang secara signifikan setelah mereka menjadi anggota jemaat gereja yang mengajarkan Theologi Kemakmuran itu. Tetapi pada kenyataannya tidak semua anggota jemaat mempunyai pengalaman sukses seperti mereka, tetapi kebalikan dari pada itu, banyak atau sebagian besar diantara anggota jemaat gereja tersebut yang tetap mengalami kesulitan ekonomi; alih-alih mengalami kemakmuran yang diharapkan, diantara mereka bahkan ada yang mengalami kesulitan ekonomi yang bertambah parah, karena mereka dalam kesulitannya itu masih berkewajiban untuk menyetorkan persepuluhan kepada "Tuhan" agar mereka dapat diberkati.
Mendapatkan kenyataan seperti ini, kemudian pertanyaan ke dua yang muncul adalah : "Sudah sesuai kah ajaran gereja yang demikian dengan ajaran Tuhan Yesus?"
Sampai disini maka ada dua pertanyaan yang harus dijawab untuk mendapatkan kesimpulan tentang ajaran Theologi Kemakmuran di atas.

1. Apakah Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal-hal duniawi ? ataukah tentang hal-hal rohani ? ataukah mengajarkan kedua-duanya?

Bila kita membaca Kitab Injil maka yang didapatkan di dalamnya adalah bahwa Tuhan Yesus banyak menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk memberitahukan ajaranNya tentang Kerajaan Sorga. Dan tanpa perumpamaan Tuhan tidak mengajar segala sesuatu kepada murid-muridNya dan kepada orang banyak. Dan dikatakanNya juga bahwa Ia mengajar dengan perumpamaan agar yang mendengarkanNya tidak mengerti dan yang melihatnya tidak menanggap; tetapi kepada murid-muridNya diberikanNya karunia untuk mengerti arti perumpamaan-perumpamaan yang diajarkanNya itu.                                                                                                                                        

Mat. 13:11-17  Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.  Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

Mat. 13:34  Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."

Jadi yang diajarkanNya adalah tentang rahasia Kerajaan Sorga bukan tentang Kerajaan Dunia. Dengan perkataan lain bahwa Tuhan Yesus jelas mengajarkan hal-hal yang bukan duniawi, melainkan mengajarkan hal-hal yang rohani. Dan tentang hal-hal duniawi Ia hanya memberikan nasihat agar manusia tidak kuatir akan segala sesuatu tentang hidupnya, baik soal makan-minum-pakaian maupun masa depan mereka.

Mat. 6:25-34  "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Dalam doa yang diajarkan Tuhan kepada murid-muridNya, Ia sekali lagi menegaskan bahwa orang tidak perlu meminta hal-hal duniawi dalam doanya, karena Tuhan sudah mengetahui kebutuhannya. Tetapi Ia mengajarkan untuk berdoa meminta mengenai hal-hal yang rohani, sehingga dapat terlepas dari jerat iblis dan setan.

Mat. 6:8-13  Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

2. Apakah ajaran gereja tentang kemakmuran sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus? 

Dari kesimpulan pada pertanyaan pertama di atas maka dapat pula untuk mengambil kesimpulan untuk pertanyaan yang ke dua. Ajaran tentang kemakmuran yang dikenal dengan Theologi Sukses itu lebih menitik beratkan pada hal-hal yang duniawi daripada hal-hal yang rohani, sedangkan ajaran Tuhan Yesus jelas dan dengan tegas menekankan hanya pada hal-hal rohani. Bila demikian maka dapat dengan tegas pula di ambil kesimpulan bahwa ajaran gereja tentang kemakmuran tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus. Kesimpulan ini juga sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus bahwa tidak dapat seorang  secara bersamaan menghambakan dirinya pada Allah dan kepada Mamon.

Mat. 6:24  Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Dari pembahasan di atas maka dapat diambil suatu pelajaran bahwa masalah berkat duniawi bagi masing-masing orang adalah merupakan hak Allah (hak prerogatif Allah) untuk memberikan secara berkelimpahan ataukah secukupnya saja tanpa membeda-bedakannya. Karena Allah memberi berdasarkan kerelaanNya sendiri, tidak tergantung pada keadaan orang yang bersangkutan dan telah ditentukanNya jauh sebelum orang yang bersangkutan dilahirkan ke dunia. Apabila Allah telah menentukan seseorang untuk memperoleh berkat duniawi yang berlimpah, biarpun ia tidak hidup sesuai dengan yang diinginkan Allah, orang tersebut tetap memperoleh berkat duniawi yang berlimpah. Sebaliknya orang yang ditentukanNya untuk mendapat berkat secukupnya saja, biarpun ia sudah beriman kepada Tuhan Yesus dan menjadi orang yang saleh, tetap saja ia tidak akan mendapatkan berkat yang berlimpah. Karena dimata Tuhan, seorang yang diberikanNya berkat yang banyak diharapkan dapat menggunakan semua yang dimilikinya untuk memuliakanNya dengan perbuatan "Kasih" (Luk. 16:9). Sebaliknya kepada seorang yang diberikan berkat hanya secukupnya saja juga diinginkanNya untuk dapat memuliakan Tuhan dengan perbuatan "Kasih" dengan keberadaannya itu.
Jadi baik yang berkelimpahan berkat maupun yang tidak berkelimpahan berkat sama-sama dapat memuliakan Tuhan dengan perbuatan "Kasih" yang menyenangkanNya.

Luk.16:9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."

Bahkan lebih lanjut Tuhan Yesus mengatakan dengan perumpamaan, bahwa orang kaya akan sangat sulit untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Dengan pernyataanNya itu dapat dimengerti bahwa Tuhan Yesus tidak mungkin mengajarkan murid-muridNya dan orang banyak yang datang kepadaNya, 'Theologi Kemakmuran' itu. Karena Tuhan Yesus menginginkan semua orang yang percaya kepadaNya dapat masuk ke dalam KerajaanNya. 

Mat.19:23-24  Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." (bersambung...lihat renungan tentang: 'Persembahan Persepuluhan')


Kamis, 03 Mei 2012

RENUNGAN ( 03 ): Tentang Berserah


Kalimat ini sangat sering kita dengar diucapkan orang-orang beriman dalam percakapan mereka sehari-hari, baik di gereja maupun di luar gereja, di pasar- pasar, di mal-mal, di jalan atau di tempat-tempat lain. Kadang orang mengucapkan perkataan ini tidak memahami maknanya secara jelas, karena “berserah” sering rancu dengan “pasrah”. Padahal bila kita mau menyelidiki maknanya akan kita temukan perbedaan yang cukup jauh, sehingga dalam memahami kalimat “Berserah kepada Allah” mempunyai pengetahuan yang tepat dan jelas sesuai dengan yang dimaksud dengan pengajaran Tuhan Yesus.


Berserah adalah kata kerja aktif yang bermakna menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah karena percaya, bahwa Allah akan memeliharanya dan memberikan yang terbaik kepadanya. Sedangkan Pasrah adalah kata kerja pasif yang bermakna menyerahkan segalanya kepada Allah karena ia sudah tidak berdaya lagi, atau telah menyerah kalah, tidak dapat melawan lagi. Didalam kerohanian jelas sekali perbedaannya, berserah adalah tindakan iman yang mempersilahkan Tuhan untuk campur tangan dalam hidupnya, sedangkan pasrah adalah ungkapan yang mencerminkan keputus-asaan, bukan karena iman.


Pengajaran Tuhan Yesus mengenai “Berserah“ dapat kita temukan dalam Injil, yang pada dasarnya dapat kita bedakan menjadi dua prinsip, yaitu:


Prinsip pertama adalah Hidup Menurut Roh.

Marilah kepadaku , semua yang letih dan lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikul lah kuk yang kupasang dan belajarlah pada Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban Ku pun ringan. (Mat.11:28-30)  

Ini adalah perkataan Tuhan Yesus yang dengan terbuka mengajak kita untuk datang dan menyerahkan hidup kita kepadanya, dengan janji akan diberikan kelegaan dan ketenangan hidup. Tetapi yang datang kepadaNya akan diberi beban atau kuk, yaitu pelajaran untuk memikul salib atau pelajaran untuk mengendalikan diri sehingga dapat hidup menurut Roh. Adalah suatu beban yang tidak berat bila kita mau datang dengan sukarela dan percaya kepadaNya. Jiwa kita akan menjadi tenang, karena semua persoalan hidup sudah dipercayakan kepada Tuhan dan  percaya bahwa Tuhan akan mengatur segalanya.. Maka tidak ada lagi perasaan kuatir dalam hati dan tidak ada ambisi untuk melakukan segala sesuatu yang diluar kemampuan diri sendiri. Sehingga mampu hidup dengan mengikuti aliran nasib yang telah ditentukan Tuhan. Dalam hal ini bukan berarti bisa bermalas-malasan dan hanya menerima nasib saja, melainkan sebaliknya harus aktif dan rajin bekerja serta mengusahakan pekerjaan itu sebaik-baiknya dan memandang pekerjaan yang kita lakukan itu sebagai suatu persembahan yang memuliakan nama Tuhan Yesus.
Jiwa yang tenang adalah hati yang dipenuhi sukacita damai sejahtera, yang berarti orang yang demikian telah menemukan harta yang terpendam atau mendapatkan mutiara yang berharga dalam perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus (Mat.13:44-46). Ia adalah orang yang telah menemukan kebenaran Kerajaan Allah (Mat.6:33).

Mat. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.


Mat.13:44-46 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Prinsip ke dua adalah Hidup Sehari Saja.

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.  (Mat.6:34)

Dengan perkataan ini Tuhan Yesus mengajarkan agar tidak berpikir melantur tentang segala sesuatu yang belum diketahui. Bilamana menemukan suatu masalah atau kesulitan haruslah berpikir cukup pada masalah itu saja dan mencari penyelesaiannya, tidak perlu memperpanjangnya dengan pengandaian-pengadaian menurut pikiran / imajinasi sendiri, karena bagaimana yang akan terjadi besok kita tidak tahu dan tidak mempunyai kuasa untuk mengaturnya. Setelah mendapatkan penyelesaian yang terbaik maka harus dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian menunggu hasilnya dan besok harinya baru dipikirkan lagi bila memang masalahnya belum terselesaikan. 
Banyak orang yang tertipu oleh pikirannya sendiri dan seringkali  suatu masalah menjadi semakin rumit, sehingga harus mengorbankan banyak waktu, biaya dan pikiran yang sebetulnya tidak perlu. Dengan hidup sehari demi sehari maka suatu perkara yang sangat besar bagaimanapun akan dapat terselesaikan dengan mudah, prinsip seperti ini  yang digunakan oleh orang lemah yang  memindahkan barang yang sangat berat, yaitu dengan cara memindahkan barang itu sebagian demi sebagian, sehingga dengan ketekunannya barang dapat dipindahkan tanpa kesulitan yang berarti. Demikian pula halnya dengan persoalan hidup, semua orang yang bersangkutan akan memandang betapa sangat beratnya persoalan hidup yang dihadapinya, tetapi bila ia mau mengerjakannya dengan prinsip ini maka pada waktunya nanti persoalan itu dapat terselesaikan dengan baik.

Banyak orang beriman mengucapkan “Berserah kepada Allah” namun mereka tidak melakukan dua prinsip diatas, sehingga semakin hari menjadi semakin jauh dari Tuhan dan tidak jarang pula yang jatuh ke dalam jerat setan. Mereka meninggalkan Tuhan, bersekutu dengan setan, bahkan ada yang putus-asa dan bertindak nekat membunuh dirinya sendiri. Berserah kepada Tuhan bukanlah sekedar teori atau olah pikir tetapi harus melalui pergumulan iman di dalam praktek kehidupan yang nyata, dimana seorang beriman setelah mengalami pergumulan itu baru akan mengerti, memahami dan menghayati bagaimanakah harus  berserah yang sesungguhnya. Jadi untuk dapat mengetahui makna "berserah" seperti yang dimaksud Tuhan, orang beriman harus mengalami dan merasakan terlebih dahulu di dalam hidupnya. Adalah sangat mudah untuk mengucapkan kalimat itu, tapi mengucapkannya dengan mengetahui makna yang benar membutuhkan banyak pengorbanan, baik uang, waktu maupun perasaan . 
Orang beriman yang mengetahui makna berserah dengan benar adalah orang yang telah menemukan kebenaran Kerajaan Allah, maka ia akan selalu merasakan sukacita damai sejahtera dalam hatinya, dimanapun ia berada dan pada situasi apa saja .

RENUNGAN ( 02 ): Tentang Perkawinan


Perkawinan dalam perspektif Kristen mempunyai kekhususan  tersendiri, karena perkawinan kristen merupakan dispensasi/ kelonggaran yang diberikan Tuhan kepada orang beriman; Perkawinan bukan merupakan perintah Allah yang selama ini dipahami oleh orang kebanyakan,  yang  menggunakan dasar ayat -ayat Perjanjian Lama (Kej.1:28; 9:1; 35:11), karena Perjanjian Lama adalah  gambaran tentang kehendak dan rencana Allah terhadap umat Nya. Perintah agar  beranak cucu yang sebenarnya adalah perintah untuk beranak-cucu rohani. Perkawinan diperbolehkan supaya seorang beriman yang tidak dapat mengendalikan dirinya, tidak terbakar oleh hawa nafsunya (1Kor.7:9); sehingga rohani orang beriman itu tidak mati. Kehendak dan rencana Nya adalah supaya manusia menguduskan dirinya dan menjadi sempurna seperti Dia, sehingga bisa hidup bahagia bersamaNya dalam Kerajaan Sorga. Maka hukum yang berlaku bagi orang yang menikah adalah perkataan Yesus bahwa “Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia”(Mat.19:6), karena hanya maut atau kematian yang dapat memisahkan mereka dari pasangannya.

Kej.1:28. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Kej.9:1. Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. 

Kej.35:11 Lagi firman Allah kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu. 

1 Kor.7:9. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu. 

Mat.19:6. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Tuhan Yesus jelas tidak menentang perkawinan, tetapi Ia tidak memberikan sedikit celah pun untuk bercerai bagi perkawinan orang-orang beriman. Sehingga apabila dikemudian hari pasangan itu ada masalah atau ketidak-cocokan diantara mereka, maka mereka harus mau saling mengoreksi diri dan menerima kekurangan pasangannya agar mereka dapat hidup bahagia dan membahagiakan pasangannya. Dalam hal ini jelas pengajaran yang diberikan oleh Tuhan kepada orang beriman, yaitu biarpun mereka tidak dapat memenuhi kehendak Allah secara maksimal, tetapi mereka diharapkan dapat mengalami pertumbuhan iman bersama pasangannya,  sehingga mereka dapat memperoleh keselamatan yang dijanjikan Allah. Bilamana pasangannya meninggal,  yang masih hidup memperoleh kebebasan sebagai orang merdeka. Dan ia bebas memilih apakah hendak mencari pasangan lagi, atau hidup mensucikan diri bagi Allah. Kepada mereka yang mencari pasangan lagi maka hukum yang berlaku adalah “Setiap orang yang menceraikan istrinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah” (Luk.16:18). Hukum diatas hanya berlaku bagi orang-orang beriman, dan tidak berlaku bagi orang yang tidak beriman. Bila seorang tidak beriman bercerai dari pasangannya, kemudian ia mengikut Yesus, maka ia dianggap sebagai orang baru dan masa lalunya tidak diperhitungkan. Karena segala dosa dan kesalahannya sudah ditebus oleh kematian dan darah Yesus. Ia bebas kawin dengan pasangan yang dipilihnya.

Luk.16:18. Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah." 

Jika ada pasangan orang beriman yang karena sesuatu hal kemudian memutuskan untuk berpisah, maka masing-masing tidak diperbolehkan mencari pasangan lain sebagai penggantinya, selama pasangannya masih hidup. Jika seorang beriman ditinggal mati oleh pasangannya dan mempunyai anak yang masih belum dewasa, maka sebaiknya ia menunda perkawinannya sampai anaknya mandiri, karena anak itu masih menjadi tanggung-jawab dan berhak mendapat pemeliharaan dari orang tuanya yang masih hidup. Jika seorang tidak beriman yang mempunyai istri lebih dari satu, kemudian percaya kepada Yesus maka ia wajib untuk meninggalkan semua istrinya dan hidup dengan istri pertamanya saja. Jika istri yang pertama tidak mau percaya kepada Yesus dan ada diantara istrinya yang percaya kepada Yesus, maka istrinya yang beriman itu boleh menjadi pasangan hidupnya. Jika ada lebih dari satu istrinya yang mau beriman kepada Yesus, maka yang menjadi pasangan hidupnya adalah istrinya yang lebih tua. Sedangkan istri yang diceraikan bebas untuk mencari pasangan hidupnya menurut hukum diatas. Demikianlah perkawinan menurut Tuhan Yesus, maka murid-muridNya memilih untuk tidak kawin saja (Mat.19:10).Tetapi menurut Tuhan Yesus orang yang tidak kawin dikarenakan oleh tiga hal, tetapi satu yang dikehendaki Tuhan Yesus, yaitu tidak kawin karena Kerajaan Allah. 

Mat.19:10. Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." 

Injil Matius mencatat perkataan Tuhan Yesus didalam pasal 19:12, yang berbunyi:“... Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.”

Orang yang tidak dapat kawin karena mempunyai cacad pada alat reproduksinya sejak dari lahir, jelas orang demikian tidak mungkin dapat memilih pasangannya, karena tidak akan ada yang mau mengawininya atau dikawininya.
Orang yang tidak dapat kawin karena orang lain, banyak yang menyebabkannya antara lain, karena dikebiri orang lain (hal ini terjadi pada jaman kerajaan, dimana pelayan-pelayan laki-laki di istana raja harus dikebiri, untuk menghindari perjinahan di dalam istana). Atau karena terjadi kecelakaan yang menyebabkan alat reproduksinya rusak. Atau karena penyakit yang merusak alat reproduksinya. Atau karena tidak ada yang mau kawin dengannya.
Orang yang tidak kawin karena Kerajaan Sorga, adalah orang yang karena imannya memilih untuk tidak kawin dan menyerahkan hidupnya seutuhnya kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup dan bagi pelayanan kepada Tuhan.

Perkataan Tuhan Yesus diatas itu telah disalah-tafsirkan oleh beberapa orang beriman pada beberapa abad awal kekristenan, mereka mengamalkan ayat ini dengan melakukan praktek mengebiri dirinya sendiri. Terlalu naif orang yang melakukan firman dengan cara seperti itu,  adalah suatu pengamalan firman Tuhan yang keliru, karena yang dikehendaki Tuhan adalah kesucian hati (Ul.10:16; Rm.2:29) bukan perbuatan pengebirian diri. Hal ini sebenarnya sudah diajarkan didalam Perjanjian Lama dengan perintah sunat, yang menjadi tanda bagi bangsa Israel untuk mengingatkan mereka pada perintah Allah agar  mereka tidak melakukan perbuatan zinah.

Ul.10:16. Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk. 

Rm.2:29. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.

Seorang yang tidak kawin atau yang dikebiri sekalipun bila hidupnya tidak mengalami pembaharuan diri,  keberadaannya tidak akan diperhitungkan  Allah, karena ia dipandang Tuhan sebagai seorang jahat yang harus mendapatkan hukuman kekal. Karena yang dinilaiNya adalah buah Roh yang dihasilkan imannya, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal.5:22 ).

Seorang yang mempunyai Kasih maka : Ia harus orang yang sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak megahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1Kor.13:4-7).

Seorang yang mempunyai sukacita adalah orang yang menjalani hidup dengan hati yang gembira, bergairah, peramah dan murah senyum, dimana ia menjalani hidupnya dengan ringan tanpa tekanan yang berarti, dan tidak merasakan beban yang terlalu berat.

Seorang yang mempunyai damai sejahtera adalah orang yang selalu bersyukur atas apa yang diperolehnya sebagai berkat dari Tuhan, tidak ambisius, tidak serakah, dan jiwanya selalu dalam keadaan tenang .

Seorang yang mempunyai kesabaran adalah orang yang selalu dapat menunggu segala sesuatu, dapat mengerti kelemahan orang lain dan mempunyai persediaan maaf yang tidak terbatas.

Seorang yang mempunyai kemurahan adalah orang yang selalu mau memberi kepada orang lain, baik waktu, harta-benda, maupun memberikan hidupnya.

Seorang yang mempunyai kebaikan adalah orang yang selalu melakukan segala sesuatu demi kepentingan orang lain dan kebaikan bersama.

Seorang yang mempunyai kesetiaan adalah orang yang tidak mudah berubah pikiran dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah diucapkannya sama dengan kata hati nuraninya.

Seorang yang mempunyai kelemahlembutan adalah orang yang memperlakukan orang lain dengan penuh kasih dan penuh perhatian.

Seorang yang mempunyai penguasaan diri adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain dan tidak melakukan segala sesuatu yang dibenci Tuhan.

RENUNGAN ( 01 ): Tentang Berniaga dan Ekonomi

Bila kita berbicara tentang berniaga atau ekonomi pasti yang kita pikirkan adalah uang. Hal ini tidak dapat dihindarkan sebab uang adalah alat tukar dalam kegiatan ekonomi, bahkan telah menguasai segala segi kehidupan manusia. Tidak terkecuali dengan orang beriman, juga tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan ekonomi dan uang, sebab kita hidup didalam lingkungan dunia yang sudah terpola dan masuk kedalam sistem ekonomi dunia. Agar kita tetap dapat mengamalkan iman maka kita harus mengerti bagaimanakah pandangan Alkitab atau lebih khusus lagi pandangan Tuhan Yesus terhadap kegiatan ekonomi dan uang? Secara eksplisit kita tidak akan menemukan petunjuk mengenai kegiatan ekonomi di dalam Alkitab, karena Tuhan Yesus mengajarkan hal rohani bukan hal jasmani. Tetapi secara implisit kita dapat menggunakan perkataan Tuhan Yesus sebagai dasar dalam melakukan kegiatan ekonomi, sehingga orang beriman yang melakukan kegiatan ekonomi tidak terhambat imannya.

Terdapat beberapa ayat firman Tuhan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ekonomi dan uang yang sesuai dengan kehendak Nya, yaitu:

1) “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” ( Mat.10:16 )

Perkataan Tuhan Yesus ini mempunyai makna bahwa sebagai seorang beriman yang hidup di dalam sistem dunia (yang sangat kejam) harus menggunakan hikmat, agar tidak mudah tertipu oleh segala upaya-upaya licik yang dilakukan oleh orang-orang dunia. Tetapi ia tidak boleh melupakan kejujuran, keramahan, kebaikan, kemurahan, dan persaudaraan. Prinsip ini berlaku pula bagi orang beriman dalam melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola uang.

Orang dunia menggunakan prinsip “Dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapat laba sebesar-besarnya”, dengan prinsip ini maka semakin kecil modal yang dikeluarkan untuk mendapat keuntungan yang sangat besar dianggap suatu keberhasilan yang diidam-idamkan. Oleh karena itu terkadang untuk mencapai tujuannya tidak segan-segan orang melakukan perbuatan yang tidak pantas; merugikan orang lain, melakukan kecurangan-kecurangan, bahkan ada yang sampai rela bersekutu dengan setan.

Tetapi orang beriman menggunakan prinsip “Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” dengan mengutamakan kejujuran, keramahan, kebaikan, kemurahan, dan persaudaraan, sehingga memberikan peluang bagi pertumbuhan imannya.

Hal ini dapat dilakukan karena sebagai orang beriman, ia tahu bahwa berkat duniawi berasal dari Tuhan yang memberi semua orang, masing-masing menurut takarannya sendiri-sendiri (ada yang diberi sangat banyak, ada yang diberi banyak, dan ada yang diberi secukupnya saja) dan manusia tidak dapat mengubahnya, baik untuk menambah atau menguranginya.. Jadi selama orang mau berusaha dan bekerja keras dan tidak malas, maka berkat pasti akan diturunkan kepadanya sesuai dengan takaran yang diberikan Tuhan dengan tidak membeda-bedakan, apakah orang itu berbuat baik atau berbuat jahat, berkulit putih atau berwarna, tinggi atau pendek, gemuk atau kurus. Karena Tuhan memberikan semua itu berdasarkan kerelaan dan otoritas Nya sendiri. Maka tidak ada alasan untuk menjadi kuatir karena Tuhan Yesus berfirman bahwa burung-burung diudara pun dipelihara, dan bunga rumput pun dihiasi dengan bunga yang cantik (Mat:6:25-34) apalagi orang yang beriman kepadaNya.

Adalah suatu perbuatan yang sangat bodoh apabila sudah tahu dasar Tuhan memberikan berkatNya itu, lalu berusaha memperolehnya dengan melakukan perbuatan-perbuatan jahat yang dibenci Tuhan.

"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat. 6:25-34)

2) Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi. ( Luk.16:9 )

Ini merupakan perintah yang harus dilakukan oleh orang beriman setelah memperoleh berkat duniawi, karena dengan mempergunakan uang untuk perbuatan-perbuatan baik atau perbuatan kasih yaitu dengan membantu orang yang sedang terkena musibah, orang yang meminta pertolongan, dan orang-orang yang kurang beruntung dalam hidupnya, maka kita seperti sedang menabung harta di Sorga. Efek yang dapat orang percaya adalah pada pertumbuhan imannya, yang pada gilirannya akan menghasilkan buah Roh yang disukai Tuhan.

Luk.16:13 “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Dengan melakukan perintah Tuhan Yesus itu berarti seorang beriman tidak memberhalakan uang (mamon), karena itu ia bukan hamba mamon, melainkan menjadi hamba Tuhan. Bukankah sebagai hamba Tuhan seorang beriman harus melakukan semua yang diperintahkan Tuhan kepada kita dengan taat dan hati penuh sukacita, sehingga Tuhan berkenan terhadap semua yang ia lakukan bagi Nya.

3) Lalu kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” ( Luk.20:25 )

Kaisar atau pemerintah adalah wakil Tuhan untuk mengatur manusia yang hidup di dunia. Dan untuk kegiatannya pemerintah membutuhkan dana atau uang yang diperlukan untuk membayar pegawai-pegawainya, dan membiayai sarana dan prasarananya, sehingga tugas pemerintah itu dapat berjalan dengan lancar.

Pemerintah memperoleh dana berupa pajak yang dikumpulkan dari warga negara yang mampu. Adalah suatu kewajiban bagi seorang warga negara yang beriman untuk membayar pajak kepada pemerintah, karena ini juga merupakan perintah Tuhan Yesus.

Luk.18:24-25 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Ini merupakan suatu keluhan Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang mendapat berkat yang sangat banyak dari Nya namun hatinya melekat pada mamon.

Hal ini terjadi karena orang itu tidak beriman atau masih hidup menurut daging . Jadi seorang yang beriman pun bila hidup menurut daging, hatinya akan melekat pada mamon.

Adalah suatu hal yang sangat sulit bagi seorang kaya untuk hatinya tidak melekat pada mamon, sebab kekayaannya itu sudah merupakan suatu kesenangan dan telah memberikan kepuasan kepadanya. Semakin besar kekayaan yang ia punyai maka semakin kuat pula daya tarik mamon bagi dirinya, sehingga semakin sulit pula ia melepaskan diri dari padanya.

Bilamana seorang beriman hidup dalam Roh niscaya seberapa banyak kekayaan yang ada padanya tidak akan membuatnya terikat pada mamon, sebab hatinya telah melekat pada Tuhan. Bahkan kekayaan yang dimilikinya itu bermanfaat baginya untuk mendukung pertumbuhan imannya. Karena ia akan selalu ingat perkataan Tuhan, bahwa “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat.4:4).


Minggu, 22 April 2012

KERAJAAN ALLAH (bagian 5 dan kesimpulan)

7. Perumpamaan tentang Perjamuan kawin.

Mat. 22:1-14 Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.
Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus Kristus mengumumkan bahwa Kerajaan Allah itu diperuntukan bagi semua orang, baik orang yang hidup saleh maupun orang yang hidupnya salah. Tetapi bagi mereka yang mau menerima undangan Tuhan yaitu Pemberitaan Injil, mereka harus mempunyai hidup yang baru, hidup yang sesuai dengan panggilan imannya, yang diperumpamakan dengan pakaian pesta. Dan bagi mereka yang menerima pemberitaan Injil tetapi tidak mempunyai hidup baru yang indah akan ditolak Tuhan.
Hidup baru yang indah bagi Tuhan adalah hidup yang penuh dengan kesucian, yaitu kesucian yang timbul dari dalam hati, yang mendasari segala pikiran, ucapan, dan tindakan di dalam hidupnya.
Pada mulanya undangan diperuntukan bagi bangsa terpilih, yaitu bangsa Israel, tetapi mereka tidak mau memenuhi undangan itu, karena mereka tidak mau percaya pada pemberitaan Injil Kerajaan, bahkan mereka menyiksa dan membunuh orang-orang yang di utus Nya. Tetapi dengan demikian bangsa-bangsa asing mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan undangan itu. 

Jadi dengan demikian Kerajaan Allah diperuntukan bagi semua orang yang mempunyai hidup baru yang indah dan mereka yang mau menerima pemberitaan Injil tetapi tidak mempunyai hidup baru akan ditolak Tuhan.

Mat.7:21-23 Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang berseru kepada Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama Mu, dan mengusir setan demi nama Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang  kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"


8. Perumpamaan tentang benih yang tumbuh.

Mrk. 4:26-29  Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.  Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.  Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." 

Dengan perumpamaan tentang benih yang tumbuh Tuhan Yesus memberitahukan bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah tidak tergantung pada pekerjaan manusia, karena Kerajaan Allah bertumbuh dengan sendirinya sesuai dengan kehendak Allah. Kerajaan itu bertumbuh semakin lama semakin besar dan proses terjadinya tidak dapat dimengerti oleh orang yang memberitakan firman Injil Kerajaan.  Dan firman Injil Kerajaan bertumbuh dalam diri orang-orang beriman, baik secara kwantitatif maupun secara kwalitatif, sehingga ketika jumlah orang-orang beriman yang menjadi dewasa jumlahnya sudah genap maka Kerajaan Allah baru dinyatakan di bumi.
Secara kwantitatif, Kerajaan Allah berkembang dari dua belas murid yang dipilih Tuhan Yesus menjadi sejumlah bilangan yang tidak terhitung banyaknya, dan ketika jumlahnya genap seperti yang dikehendaki Allah maka Kerajaan Allah akan dinyatakan kepada dunia.
Secara kwalitatif, Kerajaan Allah akan dipenuhi oleh orang-orang kudus yang sempurna, tidak bercacat-cela, murni seperti perawan. Karena orang-orang yang demikianlah yang dikehendaki Allah untuk menghuni Kerajaan Nya.

Jadi Kerajaan Allah akan dinyatakan kepada dunia setelah genap sejumlah orang-orang kudus yang mencapai sempurna dan yang tidak terhitung banyaknya.

Wah.14:3-5  Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu. Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.


Kesimpulan:

Dari perumpamaan-perumpamaan yang diungkapkan Tuhan Yesus di atas, dapat diketahui seperti apakah Kerajaan Allah yang dimaksudkan Nya.
Kerajaan Allah adalah dimulai dari benih iman yang pertumbuhannya membutuhkan waktu.
Kerajaan Allah adalah sekumpulan orang-orang beriman yang bertumbuh menjadi orang-orang kudus, yang  menghasilkan buah roh dalam hidupnya.
Kerajaan Allah diberikan kepada orang beriman yang mau menyerahkan seluruh hidupnya bagi Tuhan Yesus Kristus.
Kerajaan Allah tidak menerima orang-orang yang masih hidup dalam dosa.
Kerajaan Allah hanya dapat diperoleh karena adanya pengampunan dosa oleh darah Tuhan Yesus Kristus.
Kerajaan Allah diberikan kepada semua orang yang mau hidup menuruti imannya.
Kerajaan Allah hanya diberikan kepada orang beriman yang mempunyai hidup baru yang indah.
Kerajaan Allah berkembang tidak bergantung pada seseorang, melainkan oleh kehendak Allah.
Kerajaan Allah akan dinyatakan setelah terdapat orang-orang kudus yang sempurna dan genap jumlahnya.

Dengan perkataan lain dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Allah dimulai dari benih iman, yang pertumbuhannya membutuhkan waktu, dimana sekumpulan orang-orang beriman banyak sekali yang tumbuh menjadi orang kudus, yang menghasilkan buah roh. Mereka adalah orang-orang yang menyerahkan seluruh hidupnya bagi Tuhan. Di dalam Kerajaan Allah tidak ada seorang pun yang masih hidup dalam dosa, hal ini dimungkinkan karena adanya pengampunan dosa oleh kuasa darah Tuhan Yesus Kristus, yang diberikan kepada semua orang yang mau percaya dan hidup menuruti imannya itu, sehingga mempunyai hidup baru yang indah. Oleh karena itu perkembangan Kerajaan Allah tidak bergantung pada orang-perorangan, melainkan oleh kehendak Allah, yang akan dinyatakan Nya setelah orang-orang kudus  yang sempurna genap jumlahnya.




Sabtu, 21 April 2012

KERAJAAN ALLAH (bagian 4)

5. Perumpamaan tentang pengampunan

Mat.18:21-35. Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkan lah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan ku lunas kan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus-dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan ku lunas kan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan nya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah ku hapuskan karena engkau memohonkan nya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?  Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.  Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." 

Dengan perumpamaan di atas Tuhan Yesus hendak mengatakan bahwa manusia dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah karena adanya pengampunan oleh Tuhan Yesus yang adalah raja dari Kerajaan Allah itu. Tetapi Ia menuntut kepada orang yang telah diampuni dosanya itu juga harus mau mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Bila ia tidak mau mengampuni orang lain itu maka Tuhan Yesus akan mengijinkan  iblis untuk menderanya dengan kesulitan-kesulitan hidup sampai ia dapat mengampuni orang lain seperti yang dikehendaki Nya.
Kehendak Tuhan Yesus adalah bahwa selagi manusia masih hidup di dunia ia harus selalu mau memaafkan atau mengampuni semua orang yang bersalah kepadanya, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja orang itu lakukan. Bilamana ia bisa mengampuni dengan tulus maka ia telah bertumbuh imannya dan imannya itu telah menghasilkan buah Roh (Gal.5:22-23), karena buah Roh mempunyai sifat-sifat yang menjadi dasar bagi manusia agar dapat mengampuni kesalahan orang lain dengan tulus. Dan bagi orang yang belum mencapai iman seperti itu tidak akan mampu melakukannya, karena ia masih dikuasai oleh dagingnya atau egonya. Tetapi bagi mereka yang mempunyai iman yang sungguh-sungguh (yang benar) akan dapat mencapai pertumbuhan seperti yang dikehendaki Tuhan Yesus itu, walaupun harus melalui kesulitan-kesulitan hidup yang penuh dengan air mata. Hal ini sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus :"Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." (Mrk. 10:25-27)

Gal. 5:22-23  Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Mrk.24b-27  "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."

Jadi orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang dapat mengampuni sesamanya manusia dengan tulus, dengan segenap hatinya , tidak hanya dengan ucapan di bibir saja. Adalah suatu tuntutan yang sangat tinggi dan sepertinya sangat sulit untuk dapat dilakukan oleh manusia. Tetapi bilamana Tuhan Yesus telah mengatakan bahwa hal itu mungkin untuk dilakukan oleh manusia maka tidak ada sesuatu apapun yang akan dapat  menggagalkan nya. Hal itu pasti bisa terjadi, karena FirmanNya "ya" dan "amin", yang berarti pasti dan digenapi.

6. Perumpamaan tentang orang-orang upahan di ladang anggur

Mat. 20:1-16 . "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah se dinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.  Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?  Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandor nya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk dahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga.  ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuannya itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat se dinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri-hati kah engkau, karena aku murah hati ? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

Dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus Kristus hendak menyampaikan pesan bahwa setiap orang yang hidup menuruti imannya, berikrar untuk tidak menikah dan menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Nya atau menjadi martir karena nama Nya akan mendapat upah yang sama, yaitu mendapat tempat yang paling mulia di dalam Kerajaan Allah. (lihat: Peta Perjalanan Iman Kristiani; Pertumbuhan Iman kristiani)

Mat.19:11-12  Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.

Ada yang bertobat dan berikrar dari sejak masih muda belia (usia remaja), yang diumpamakan pekerja-pekerja yang ditemui Nya pada kesempatan pertama, pada pagi-pagi benar. Ada yang bertobat dan berikrar pada masa muda (usia 20 an), yang diumpamakan pekerja yang ditemui Nya pada kesempatan ke dua, kira-kira pukul sembilan pagi. Ada yang bertobat dan berikrar  pada masa sudah dewasa (usia 30 an tahun), yang diumpamakan pekerja yang ditemui Nya pada kesempatan ke tiga, kira-kira pukul dua belas siang. Ada yang bertobat dan martir pada masa sudah tua (usia 50 an), yang diumpamakan pekerja yang ditemui Nya pada kesempatan ke empat, kira-kira pukul tiga sore. Ada yang bertobat dan martir pada masa  sudah lanjut usia (usia 60 an lebih), yang diumpamakan pekerja yang ditemui Nya pada kesempatan ke lima, kira-kira pukul lima petang.
Berikrar tidak menikah atau menyerahkan hidupnya seutuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus mempunyai batas usia, yaitu usia tiga puluh tahun bagi seorang wanita dan usia tiga puluh lima tahun bagi seorang pria. Karena pada masa sebelum usia itu orang mempunyai harapan akan masa depan dan dapat berkarier untuk meraih cita-citanya. Dengan berikrar berarti ia merelakan untuk tidak mengejar cita-citanya itu demi imannya kepada Tuhan. Hal itu sama saja dengan memberikan hidupnya kepada Tuhan.
Disamping berikrar sebagai pernyataan orang beriman menyerahkan hidupnya seutuhnya kepada Tuhan, ada pula cara lain sebagai pernyataan orang beriman menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, yaitu dengan menjadi martir karena nama Tuhan Yesus Kristus. Tetapi hal ini hanya dapat terjadi apabila orang itu hidup didalam situasi dimana Antikris berkuasa.

Mat.10:32-42 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.
Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.
Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."

Mat.16:25-27 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salib nya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

 Mrk.8:34-38 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."

Luk.9:23-26
Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?
Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.

Jadi untuk mendapat tempat yang mulia di dalam Kerajaan Allah, ada dua jalan yaitu dengan berikrar tidak menikah karena nama Yesus Kristus atau dengan martir karena nama Nya.
Bagi yang berikrar tidak menikah, ia harus mau hidup menuruti tuntunan Roh Kudus, yang memberinya firman melalui mimpi, nubuat, penglihatan atau pembukaan firman yang terdapat di dalam Alkitab. Sedangkan bagi yang tidak berikrar, karena ia banyak direpotkan oleh hal-hal dunia sehingga firman Tuhan menjadi sulit diperolehnya. Tetapi ia masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkan tempat yang mulia itu dengan jalan martir, bila berada dalam masa pemerintahan Antikris.