Karya & Penganiayaan terhadap Martin Luther (1517-1546)
Martin Luther (1483-1546)
Martin Luther, anak penambang Saxon,
dilahirkan di Eisleben, Saxony, pada 10 November 1483. Luther muda
belajar di Magdeburg dan Eisenach kemudian masuk Universitas Erfurt.
Ketika ia lulus pad a 1505, ia mulai belajar hukum karena dorongan
ayahnya, tetapi pada bulan Juli ia meninggalkan studi hukumnya,
meninggalkan dunia, dan masuk biara Para Pertapa Augustinian di Erfurt.
Ia mengatakan bahwa keputusannya yang tiba-tiba ini ia ambil setelah ia
terperangkap dalam badai guntur dan terjatub ke tanah karena tersambar
petir. Ketika ia terbaring di tanah dengan ketakutan, ia menyadari
bahwa hidupnya yang sementara hanya sedikit nilainya, dan yang penting
hanyalah kehidupan jiwa yang kekal.
Pada 1508, Luther ditahbiskan di biara, dan pada 1509, dikirim ke
Universitas Wittenberg temp at ia me1anjutkan studinya dan mengajar
filsafat moral. Pada 1510, Luther berkunjung ke Roma karena urusan
ordonya dan kaget ketika melihat korupsi yang terbuka di antara para
pejabat gereja yang terkemuka. Pada 1511, ia menerima gelar doktor
teologi dan diangkat menjadi profesor Alkitab di Wittenberg.
Meskipun Luther sangat mengenal teologi skolastik Gereja Roma,
keseriusannya dalam kekristenan dan kondisi jiwanya menuntunnya pada
krisis pribadi yang parah. Dalam teologi yang diajarkan kepadanya, ia
tidak bisa menemukan jawaban untuk pergumulannya yang makin meningkat
ten tang apakah mungkin memperdamaikan tuntutan hukum Allah dengan
ketidakmampuan manusia untuk menjalani hukum tersebut. Untuk menemukan
jawabannya ia menjadikan studi Alkitab sebagai pusat pekerjaannya dan
dalam studinya yang dipus atkan pada surat-surat Rasul Paulus, terutama
surat Paulus kepada jemaat di Roma. Di sanalah ia menemukan jawabannya.
Dalam kematian Kristus di kayu salib, Allah telah memperdamaikan manusia dengan diri- Nya sendiri. Kristus sekarang merupakan satu-satunya perantara
antara Allah dengan manusia, dan pengampunan dosa serta keselamatan
dihasilkan melalui kasih karunia Allah semata yang diterima melalui
iman. Oleh karena itu yang dibutuhkan bukanlah ketaatan seseorang yang
ketat pada hukum atau pemenuhan kewajiban agama, melainkan respons iman
untuk menerima hal yang telah dikerjakan Allah melalui karya Kristus
yang sudah lengkap. Pada saat iman semacam itu matang, respons iman akan
menuntun pada ketaatan yang tidak dida sarkan pada rasa takut akan
hukuman, melainkan pada kasih.
Pad a saat Luther melanjutkan studinya, ia menyadari bahwa doktrin
Paulus secara radikal berbeda dari keyakinan tradisional dan ajaran
Gereja Roma. Hal ini memengaruhi pengajaran pribadi Luther, dan mereka
secara bertahap segera berpaling dari keyakinan dan doktrin itu. Tidak
lama sesudahnya ia sarna sekali menentang teologi skolastik Roma yang
menekankan peran manusia untuk mendapatkan keselamatannya sendiri dan
menentang banyak praktik gereja yang menekankan pembenaran melalui
perbuatan baik. Pemahamannya yang baru ten tang Injil yang sejati dan
karya Kristus yang sudah lengkap segera mengakibatkan konflik antara ia
dengan pejabat gereja.
Pada 1517, Luther mengalami konfrontasi langsung pertama dengan
gerejanya tentang penjualan surat pengampunan dosa. Untuk menggalang
dana untuk membangun Basilika St. Petrus di Roma, Paus Leo X mulai
menjual surat pengampunan dosa kepada penganut Gereja Roma. Surat itu
menjanjikan pengurangan sebagian jumlah waktu yang harus diderita
seseorang, entah pembeli surat pengampunan itu sendiri atau orang yang
ia kasihi, di api penyucian atas dosa-dosa mereka. Segera setelah itu,
imam yang cerdik melihat penjualan sur at pengampunan dosa sebagai cara
mendapatkan uang untuk gereja lokal atau untuk diri mereka sendiri.
Luther meman dang dirinya sebagai imam Roma yang baik, tetapi ia menolak
praktik ini dengan keras karena hal ini tidak alkitabiah dan
merendahkan kasih karunia- Nya yang memberikan pengampunan juga
merendahkan penderitaan dan penyaliban Yesus Kristus.
Luther dan Paus Leo segera bertikai atas hal ini, tetapi Paus Leo
memandang keberatan Luther tidak berdampak apa-apa karena ia memandang
rendah Luther. Jadi pada 31 Oktober 1517, Luther memakukan satu daftar
berisi
95 dalil atau tesis
di pintu utama gereja istana di Wittenberg. Isinya antara lain
penyangkalan atas hak paus untuk mengampuni dosa dengan penjualan surat
pengampunan dosa. Hampir seketika daftar tersebut beredar luas diJerman
sehingga menyebabkan kontroversi besar. Di pihak gereja, biarawan, dan
imam di seluruh wilayah itu mulai menyerang Luther dan ajarannya melalui
khotbah dan tulisan mereka. Satu di antaranya berkata, "Luther adalah
pengikut bidat dan pantas dihukum dengan api." Ia kemudian membakar
beberapa tulisan dan khotbah Luther sebagai simbol pembakaran Luther.
Segera setelah itu, Maximian, kaisar Jerman, Charles V, kaisar Roma
yang Kudus dan raja Spanyol sebagai Charles I, serta Paus, menghubungi
Frederick III, Duke of Saxony dan meminta agar ia membungkam Luther.
Frederick tidak bergerak segera, tetapi berkonsultasi dengan banyak
orang yang berpendidikan tinggi tentang masalah itu, termasuk Erasmus[1].
Erasmus menjawab Duke dengan mengatakan bahwa Luther melakukan dua
kesalahan besar: ia menyentuh perut imam dan ia akan menyentuh mahkota
paus. Yang lebih serius, teolog itu memberi tahu Duke bahwa Luther benar
dalam keinginannya untuk memperbaiki kesalahan di gereja. Ia kemudian
menambahkan peneguhannya ini: "Dampak doktrin Luther itu benar."
Belakangan pada tahun itu, Erasmus menulis surat kepada Uskup Agung Mentz. Dalam suratnya, ia menyatakan, :
"Dunia ini dibebani oleh institusi manusia dan dengan tirani biarawan yang senang menuntut.
Dulu orang yang menentang Injil dipandang sebagai bidat. Namun,
sekarang orang yang tidak seperti biarawan dianggap bidat dan apa pun
yang tidak mereka pahami mereka anggap kesesatan. Mengetahui bahasa
Yunani itu kebidatan, atau berbicara lebih baik daripada mereka,juga
dianggap kebidatan."
Pada tanggal 7 Agustus 1518, Hierome, Uskup Ascoli, mengeluarkan
surat kutipan yang meminta Luther untuk muncul di Roma. Duke Frederick
dan Universitas Wittenberg mewakili Luther, menulis surat kepada Paus.
Mereka menulis sur at yang sama kepada Carolus Miltitius, bendahara
paus, orang percaya kelahiran Jerman yang mereka nilai cukup bersimpati
pada Luther. Dalam surat-surat mereka, mereka meminta supaya Luther
didengarkan oleh Kardinal Cajetan di Augsburg, bukan di Roma. Paus
menjawab dengan memberi tahu Cajetan untuk memanggil Luther ke
hadapannya di Augsburg dan segera membawanya ke Roma, jika perlu dengan
paksa.
Pada Oktober 1518, Martin Luther pergi ke Augsburg sebagai respons
terhadap perintah kardinal. Ia membawa beberapa surat penghargaan
bersamanya. Ia menunggu di Augsburg selama tiga hari sampai ada jaminan
keamanan yang ia peroleh dari Kaisar Maximillian. Luther kemudian muncul
di depan Kardinal Cajetan, yang menuntut tiga hal kepadanya:
1. Supaya ia bertobat dan menarik kembali kesalahannya;
2. Supaya ia tidak mengulang kembali kesalahannya itu;
3. Supaya ia menahan diri dari segala sesuatu yang mungkin menyebabkan kesulitan pada gereja.
Ketika Martin Luther bertanya kepada kardinal apakah kesalahannya
yang spesifik, kardinal menunjukkan kepadanya salinan bulla Gereja Roma
Paus Leo tentang surat pengampunan dosa dan pengampunan dosa yang
dihasilkannya serta menyatakan bahwa iman tidak diperlukan untuk
seseorang yang menerima sakramen serta paus tidak mungkin salah dalam
semua masalah iman.
Dalam jawabannya secara tertulis, Luther berkata bahwa paus bisa berbuat salah,
dan hanya ditaati sejauh hal yang ia katakan sesuai dengan Alkitab, dan
siapa pun orang Kristen yang setia memiliki hak untuk tidak setuju
dengannya, terutama untuk menunjukkan kesalahan paus dari firman Allah.
Ia juga menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang benar, dan manusia
tidak bisa dibenarkan dengan melakukan perbuatan baik serta setiap orang
yang menerima sakramen harus memiliki iman kepada karya Kristus yang
sudah selesai. Dalam setiap hal, Luther mengutip ayat Alkitab yang
sesuai untuk meneguhkan kata-katanya,
Namun, kardinal tidak ingin mendengar ayat Alkitab dikutip untuknya
dalam masalah ini. Ia mengabaikan argumen Luther yang Alkitabiah dan
menjawab dengan doktrin intelektual dan tradisional dari kepalanya
sendiri, bukan dari Alkitab. Ia kemudian menyuruh Luther pergi sampai ia
siap untuk bertobat. Luther tinggal di Augsburg selama tiga hari
kemudian mengirim surat kepada kardinal, yang memberitahukan kepadanya
bahwa ia akan berdiam diri terhadap syarat, dan pengampunan yang
ditawarkan kepadanya jika musuh-musuhnya melakukan hal yang sarna. Ia
juga meminta agar semua masalah kontroversi tersebut dirujuk kepada paus
untuk meminta keputusannya. Ia kemudian menunggu selama tiga hari lagi,
tetapi ia tidak menerima jawaban dari kardinal. Oleh nasihat
teman-temannya, ia meninggalkan Augsburg lalu kembali ke Wittenberg.
Sebelum ia berangkat, ia mengirim penjelasan kepada kardinal, dan
permohonan kepada Paus, yang ia taruh di temp at umum sebelum ia pergi.
Sebagai respons terhadap permohonan Luther kepadanya, Paus
mengeluarkan keputusan baru. Ia menyatakan bahwa surat pengampunan dosa
merupakan bagian dari doktrin "Induk Gereja Roma yang kudus, putra
mahkota semua gereja" serta menyatakan bahwa paus adalah penerus Petrus,
dan akibatnya, mereka adalah wakil Kristus. Ia menyatakan lebih lanjut
bahwa mereka memiliki kuasa, dan otoritas untuk melepaskan seseorang
dari dosa, dan melakukan pengampunan dosa, terutama untuk memberikan
surat pengampunan dosa kepada orang yang masih hidup maupun sudah mati -
yaitu orang-orang yang masih ada di api penyucian. Ia mengatakan bahwa
doktrin ini harus diterima oleh semua pengikut Kristus yang setia, dan
memperingatkan penganut Gereja Roma bahwa jika mereka tidak menerima,
dan mempraktikkan doktrin ini, mereka akan mengalami penderitaan akibat
kutukan yang dahsyat, termasuk perpisahan sama sekali dari gereja.
Luther menjawabnya dengan mengimbau diadakannya sidang umum Gereja
Roma, dan memprotes surat keputusan Paus. Ketika Paus Leo X mengetahui
keluhan Luther kepada sidang umum, ia mengutus bendaharanya, seorang
kelahiran Jerman, Carolus Miltitius dengan mawar emas untuk diberikan
kepada Duke Frederick. Miltitius juga membawa surat rahasia dari Paus
untuk bangsawan lain di wilayah itu. Surat-surat itu menyatakan dukungan
mereka terhadap kepentingan Paus, dan penolakan mereka terhadap
dukungan Duke terhadap Luther.
Namun, sebelum Miltitius sampai di Jerman, Kaisar Roma yang Kudus
Maximillian I meninggal (Januari 1519). Dua pemimpin penting lainnya,
segera bertikai untuk memperebutkan takhta yang kosong: Francis I, raja
Prancis; dan Charles I, raja Spanyol. Pada akhir Agustus, Charles telah
dipilih menjadi raja Jerman, dan sekaligus kaisar Roma yang Kudus,
sebagai Charles V, menggantikan Maximillian, yang merupakan kakeknya
dari pihak ayah.
Selama musim panas 1519, kontroversi tentang Luther dan ajarannya
terus berlanjut. Debat publik secara formal berlangsung di Leipsic,
sebuah kota dalam kekuasaan George, Duke of Saxon, paman Duke Frederick.
Debat itu terjadi antara biarawan bernama John Eckius dan doktor dari
Wittenberg bernama Andreas Carolostadt. Eckius te1ah menyerang ajaran
tertentu yang diberikan Luther, terutama yang berkaitan dengan
pengampunan dosa oleh paus. Pada sisi lainnya, Carolostadt membela
Luther dengan kuat. Duke George menjanjikan keamanan kepada para peserta
dan audiens mereka. Martin Luther memutuskan untuk hadir dalam acara
debat itu, tetapi tidak ikut ambil bagian, melainkan sekadar
mendengarkan hal yang dikatakan.
Meskipun awalnya tidak mau ikut terlibat perdebatan, Luther akhirnya
terpaksa berdebat dengan Eckius. Masalah khusus yang mereka bahas
adalah otoritas paus. Luther mengambil posisi yang sudah dikenal tentang
keputusan Paus. Ia menyatakan bahwa jika keputusan Paus tidak didukung
oleh Alkitab, itu tidak sah.
Eckius mengambil posisi garis gereja tradisional dengan mengatakan
bahwa paus merupakan penerus St. Petrus, oleh karena itu, mereka
memiliki otoritas rohani sepenuhnya atas gereja sebab mereka adalah
wakil Kristus di bumi. Ia dengan tegas menyatakan bahwa Uskup yang
diberi otoritas Roma secara kokoh didasarkan pada hukum Allah.
Debat berlanjut selama lima hari. Eckius seorang yang kasar, senang
menentang, dan penuh tipu muslihat dalam pendekatannya. Ia ingin
menyerahkan musuhnya ke dalam tangan paus. Ia menyatakan alasannya
dengan cara berikut: "Seperti halnya gereja, sebagai satu tubuh sipil,
tidak bisa ada tanpa kepala karena ia berdiri dengan hukum Allah,
resimen sipillainnya seharusnya tidak melepaskan kepalanya; demikian
juga hukum Allah mewajibkan agar paus menjadi kepala gereja Kristus
secara universal.
Martin Luther menentang argumen ini dengan mengatakan bahwa gereja
memiliki kepala - yaitu Yesus Kristus sendiri. Ia mengatakan bahwa Yesus
adalah satu-satunya kepala gereja. Ia berkata, "Gereja tidak
membutuhkan kepala yang lain karena gereja adalah lembaga rohani, bukan
lembaga yang temporal."
Kemudian Eckius mengutip kata-kata Yesus seperti tercatat dalam
Injil Matius, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat- Ku." (Matius 16:18).
Dalam usaha mendapatkan ayat Alkitab lainnya untuk mendukung
argumennya, Eckius mengutip kata-kata Yesus dalam Injil Yohanes,
"Gembalakanlah domba-dombaKu." (Yohanes 21: 16). Ia berkata bahwa
kata-kata ini dikatakan Tuhan hanya kepada Petrus sendiri.
Martin Luther menunjukkan bahwa setelah Yesus mengucapkan kata-kata
ini kepada Petrus, otoritas yang sama diberikan kepada semua rasul dan
Yesus memerintahkan kepada mereka untuk menerima Roh Kudus dan Sang Guru
melanjutkan dengan berkata, "Jikalau kamu mengampuni dosa orang,
dosanya diampuni" (Yohanes 20:23).
Mencari sumber otoritas lainnya untuk meneguhkan posisinya, Eckius
menunjukkan keputusan Konsili Constance. Ia mengutip keputusan mereka
untuk berpaut pada paus, yang menurut konsili, adalah "kepala gereja
tertinggi." Ia berkata bahwa konsili umum tidak mungkin salah dalam
masalah sepenting itu.
Luther berkata bahwa keputusan tertentu dan otoritas Konsili
Constance harus dihargai, tetapi hal-hal lain yang berkaitan dengan
sidang masih harus dipertanyakan karena itu sekadar keputusan manusia.
Ia berkata, "Ini merupakan hal yang paling pasti, bahwa tidak ada sidang
yang memiliki kuasa untuk membuat artikel iman yang baru."
Laporan ten tang deb at ini, yang tidak menghasilkan kesimpulan
khusus, beredar luas di seluruh Eropa. Eckius tetap yakin akan
posisinya, sementara Luther berpegang erat pada keyakinannya tentang
pembenaran oleh iman serta Alkitab merupakan peraturan iman dan praktik
yang paling utama.
Pada 1520, Luther menyelesaikan tiga bukunya, yang di dalamnya ia menyatakan pandangannya. Buku pertama berjudul Address to the Christian Nobility of the German Nation, ia mendorong pangeran di Jerman untuk mengambil reformasi gereja dalam tangan mereka sendiri. Buku kedua adalah A Prelude Concerning the Babylonian Captivity of the Church, dan di dalamnya ia menyerang Gereja Roma dan teologi sakramennya. Buku ketiga adalah On the Freedom of a Christian Man,
di situ ia menjelaskan posisi pembenaran dan perbuatan baik. Biarawan
dan doktor Louvian serta Cologne mengutuk buku-buku Luther sebagai
bidat. Luther menjawab kutukan itu dengan menyerang imam yang terlibat
itu keras kepala, kejam,jahat, dan tidak beriman. Pada tanggal 15 Juni
1520, Paus Leo X mengeluarkan bulla, Exsurge Domine,
yang mernberikan kesempatan 60 hari kepada Luther untuk mencabut
pandangannya, tetapi bulla itu tidak memberikan dampak apa-apa pada
dirinya dan doktrinnya.
Dalam bukunya yang pertama kepada bangsawan Jerman, Luther menentang tiga premis paus, yaitu:
1. Tidak ada hakim sementara atau non-religius yang memiliki kuasa
atas kerohanian, tetapi orang-orang ini memiliki kuasa at as yang
lainnya.
2. Jika ada ayat Alkitab, yang diperdebatkan, yang harus diputuskan,
tidak ada manusia yang menjelaskan Alkitab, atau menjadi hakim atasnya,
tetapi hanya paus.
3. Tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas untuk mengadakan sidang kecuali paus.
Ia juga membahas beberapa masalah lain dalam bukunya:
1. Kesombongan Paus tidak boleh didiamkan,
2 Terlalu banyak uang yang dikirimkan dari Jerman ke Paus,
3. Imam-imam seharusnya diizinkan memiliki istri,
4. Seharusnya tidak ada larangan untuk memakan daging,
5. Kemiskinan yang disengaja seharusnya dihapuskan,
6. Kaisar Sigismund seharusnya mendukung John Huss dan Jerome,
7. Bidat seharusnya diyakinkan dengan firman Allah, bukan dengan api,
8. Ajaran pertama untuk anak-anak harus difokuskan pada Injil Yesus Kristus; bukan pada tradisi Gereja Roma.
Setelah Charles V dimahkotai menjadi raja Jerman, dan Kaisar Roma
yang Kudus di Aix-la-Chapelle, Paus Leo mengutus dua kardinal kepada
Duke Frederick. Misi mereka adalah untuk meyakinkan Duke untuk mengambil
tindakan menentang Luther. Kedua kardinal itu pertama berusaha
mendapatkan perkenan Duke dengan memuji kebangsawanan, kepemimpinan,
garis keluarga, dan kebajikannya lainnya. Kemudian mereka mengajukan dua
permintaan khusus demi nama Paus - yaitu untuk membakar semua buku
Luther dan mengirim Luther ke Roma atau mengeksekusinya.
Duke menjawab mereka dengan berkata bahwa bendahara paus sendiri
telah berkata bahwa Luther harus tetap berada di wilayahnya sehingga ia
tidak bisa memengamhi Gereja Roma di negara lainnya. Ia kemudian meminta
agar kedua kardinal itu memohon kepada Paus untuk memberikan izin agar
teolog dan doktor yang terpelajar memeriksa tulisan-tulisan dan ajaran
Luther untuk menentukan apakah ia seorang bidat. Jika ia memang terbukti
bidat dan tidak mau mencabut pendapatnya, Duke tidak akan melindunginya
lagi, tetapi sementara itu ia masih bertekad melindunginya.
Sebelum kardinal itu kembali ke Roma, mereka mengumpulkan buku
Luther sebanyak mungkin yang bisa mereka temukan dan membakarnya di muka
umum. Ketika Luther mendengarnya, ia mengumpulkan banyak muridnya dan
pengurus fakultas di Universitas Wittenberg lalu mengadakan pembakaran
keputusan Paus dan bulla yang dikeluarkan untuk menentangnya di muka
umum. Pembakaran dokumen ini terjadi pada 10 Desember 1520.
Pada Januari 1521, Paus Leo X mengutuk Luther sebagai bidat dan mengeluarkan Bulla Pengucilan[2],
Decet Romanum Pontificem, menentang Luther dan memerintahkan Kaisar
Charles V untuk melaksanakannya. Namun, Kaisar justru memanggil "diet",
atau sidang, di Worms; dan pada April 1521, memanggil Luther untuk
muncul di hadapannya.
Audiensi pribadi dengan Kaisar dan beberapa bangsawan lainnya
dijadwalkan di istana Earl Palatine. Luther secara diam-diam dikawal ke
sana, tetapi kemunculannya di depan Kaisar tidak bisa dirahasiakan lagi.
Orang banyak datang ke istana untuk melihat Luther yang misterius.
Pengawal istana tidak mampu menahan mereka dan banyak orang memanjat
balkon tempat mereka bisa melihat dan mendengar rapat tersebut. Suatu
kali ketika Luther sedang berusaha berbicara, Ulrick dari Pappenheim
memerintahkan kepadanya untuk diam sampai tiba waktunya ia diminta untuk
berbicara.
Wakil uskup dari Treves membuka sesi itu dengan berkata, "Martin
Luther! Keagungan kerajaan yang kudus dan tak terkalahkan telah
memerintahkan dengan persetujuan semua negara di kekaisaran yang kudus,
agar kamu muncul di hadapan takhta kita yang agung untuk menjawab dua
pertanyaan utama: Apakah kamu menulis buku yang kami tumpuk di depanmu?
Maukah kamu mencabut dan menarik kembali buku-buku itu, atau apakah kamu
akan bertahan dengan hal yang telah kamu tulis?"
Luther menjawab, "Saya dengan rendah hati memohon kepada keagungan
kekaisaran untuk memberikan kebebasan dan waktu luang untuk bermeditasi
sehingga saya bisa menjawab interogasi yang dilakukan kepada saya tanpa
melanggar firman Allah dan membahayakan jiwa saya sendiri."
Setelah para pangeran mendebatkan permintaannya, Eckius memberikan
keputusan Kaisar: "Kaisar yang agung, semata-mata karena grasi yang ia
berikan, memberikan waktu satu hari kepadamu untuk merenungkan
jawabannya. Besok pada jam yang sama, kamu harus memberikan jawaban
kepada kami, tidak secara tertulis, tetapi dengan suaramu sendiri."
Para bentara kemudian mengawal tokoh reformasi itu ke kamarnya, temp
at Luther berdoa dan belajar untuk mengetahui kehendak Allah dengan
pasti tentang jawaban yang harus ia berikan.
Banyak orang berkumpul untuk mendengar jawaban Luther keesokan
harinya. Eckius berkata kepada Luther, "Sekarang sesuai perintah Kaisar,
berikan jawaban. Apa kah kamu akan tetap mempertahankan buku-buku yang
telah kamu akui sebagai tulisanmu, atau kamu akan menarik kernbali
sebagian dari buku-bukumu dan menyerahkan dirimu kepada penguasa yang
ditunjuk Allah atasmu?"
Martin Luther menjawab, "Mempertimbangkan fakta bahwa raja kita yang
berdaulat dan hakim-hakim yang terhormat menghendaki jawaban yang
jujur, saya mengatakan dan mengakui dengan ketetapan hati, sebulat
mungkin, tanpa ragu-ragu [ketidakpastian] atau berbelit-belit [mungkin
berarti argumen yang menyesatkan],
bahwa jika tidak, saya tidak yakin terhadap kesaksian Alkitab sendiri -
sebab saya tidak pereaya kepada paus, maupun sidang umumnya yang telah
berbuat kesalahan berulang-ulang dan telah bertentangan dengan dirinya
sendiri karena hati nurani saya sudah terikat dan ditawan oleh ayat-ayat
Alkitab dan firman Allah maka saya tidak akan dan tidak mungkin menarik
kembali sikap saya. Jika saya menentang hati nurani saya sendiri, itu
akan merupakan hal yang tidak sah dan tidak saleh. Di sinilah saya
berdiri dan beristirahat. Saya tidak memiliki sesuatu yang lain untuk
dikatakan. Ya Allah, kasihani saya!"
Setelah para pangeran bersidang lagi, Eekius berkata kepada Luther,
"Kaisar yang agung menuntut jawaban yang sederhana darimu, entah negatif
atau peneguhan, terhadap pertanyaan ini: Apakah kamu bermaksud
mempertahankan semua hasil karyamu sebagai seorang Kristen?"
Luther berpaling kepada Kaisar dan para bangsawan lalu memohon
kepada me reka untuk menghormati hati nuraninya. Ia memohon dengan
sangat kepada mereka untuk tidak memaksanya menentang hati nuraninya,
yang ia katakan diteguhkan oleh Alkitab yang kudus. Ia menyimpulkan
jawabannya dengan kata-kata langsung: "Saya terikat oleh Alkitab."
Ketika malam tiba, orang-orang yang terkemuka yang sedang bersidang
tidak bisa mencapai kesimpulan akhir tentang Luther. Mereka meninggalkan
rapat lalu menyuruh Luther digiring kembali ke kamarnya. Ketika
kelompok itu bersidang lagi, surat dari Kaisar dibaeakan kepada sidang.
Sesungguhnya, surat itu menyatakan bahwa sekalipun Luther bersalah
karena tidak menyangkal posisinya, Kaisar akan menghormati janjinya
untuk menjamin keamanannya. Oleh karena itu Luther boleh kembali ke
rumahnya. Namun sebelum ia pergi, Luther diberi tahu bahwa ia harus
kembali ke sidang Kaisar dalam waktu 21 hari.
Kampanye menentang Luther yang gencar mulai berkobar pada saat itu.
Plakat-plakat yang menentangnya ditempelkan di banyak tempat dan di
seluruh kekaisaran. Nama Luther dibiearakan oleh semua orang - imam
maupun orang awam. Selama penangguhan hukuman tiga minggu, Kaisar dan
Paus berkolaborasi menyusun rencana; dan Kaisar mengarahkan agar surat
perintah yang khidmat ten tang proses pencabutan perlindungan hukum
dikeluarkan terhadap Luther dan semua orang yang memihak ia, di mana pun
Luther ditemukan ia akan ditangkap, dan semua bukunya akan dirampas dan
dibakar. Luther mengungsi di puri Wartburg, tempat ia tinggal di
pengasingan selama 8 bulan. Selama waktu itu ia menerjernahkan
Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman dan menulis sejumlah pamflet.
Pada saat yang sama Raja Henry VIII dari Inggris menulis surat
menentang Luther. Ia memarahi Luther atas sikapnya terhadap surat
pengampunan paus dan ia membela supremasi Uskup Roma. Akibat dukungan
Henry secara tertulis, Paus menghormati raja dengan memberikan
kepadanya, dan para penerusnya gelar yang mulia, "Pembela iman."
Pada November 1521, Paus Leo X terserang demam dan meninggal pada 1
Desember. Ia berumur 47 tahun. Banyak orang curiga ia telah diracun,
Penggantinya bernama Adrianus VI, seorang sarjana yang pernah menjadi
kepala sekolah Kaisar Charles. Adrianus berasal dari Jerman yang
dibesarkan di Louvain. Ia seorang yang berpendidikan tinggi dengan gaya
hidup yang moderat dan lemah lembut, tidak seperti para pendahulunya.
Meskipun Adrianus adalah paus pertama yang memberi respons terhadap
Reformasi Protestan dengan berusaha memperbarui Gereja Roma, ia masih
memandang Luther sebagai musuh gereja dan paus. Tidak lama setelah
penunjukan Adrianus sebagai paus, Kaisar mengadakan sidang lain
negara-negara Jerman di Nuremberg pada 1522. Adrianus menulis surat
kepada sidang, yang di dalamnya ia menyatakan pandangannya tentang
Martin Luther. Bagan surat kirimannya sebagai berikut:
Kami mendengar bahwa Martin Luther,
pembangun kembali bidat lama yang sudah dikutuk, pertama sete1ah
pengumuman bapa-bapa kerasulan; kemudian, sete1ah hukuman yang juga
merupakan kutukan terhadap ia, dan terakhir, setelah keputusan putra
kami terkasih, Charles V, kaisar terpilih Roma dan Raja Spanyol yang
berafiliasi kepada Gereja Roma, yang te1ah diberitakan di se1uruh negara
Jerman, tetapi ia be1um dibatasi sesuai perintah atau belum menahan
diri sendiri dari kegilaannya, tetapi hari demi hari tidak pernah
berhenti mengganggu dan memenuhi dunia dengan buku-buku baru, yang penuh
dengan kesalahan, kesesatan, arogansi, dan hasutan, dan yang menulari
negara Jerman, dan wilayah lain di sekitarnya dengan pes; dan masih
terus berusaha merusak jiwa yang sederhana, dan tingkah laku manusia
dengan racun dari lidahnya yang jahat secara moral. Dan yang paling
buruk dari semuanya, ia memiliki pendukung bukan hanya dari rakyat
jelata, melainkan juga beberapa bangsawan yang berbeda-beda yang juga
mulai me1anggar hak-hak imam, berlawanan dengan ketaatan yang harus
mereka berikan kepada rohaniwan, dan pejabat dunia, dan sekarang
akhirnya juga telah berkembang menjadi perang sipil, dan perpecahan di
antara mereka sendiri.
Apakah kamu tidak mempertimbangkan, O
pangeran, dan rakyat Jerman, bahwa ini barulah awal, dan permulaan
kejahatan, dan kerusakan yang dirancang, dan dikehendaki oleh Luther
dengan sekte Lutherannya? Apakah kamu tidak me1ihat dengan je1as, dan
menangkap dengan matamu, bahwa pembe1aan kebenaran Injil, yang pertama
dimulai oleh penganut Lutheran hanyalah kepura-puraan, dan sekarang
telah nyata maksudnya untuk merusak hal-hal yang baik darimu, yang telah
mereka inginkan sejak lama? Atau tidakkah menurutmu para pelanggar itu
memiliki maksud lain, bahwa atas nama kebebasan untuk menggantikan
ketaatan, yang dengan demikian membuka kebebasan umum bagi setiap orang
untuk melakukan hal yang ia sukai?
Orang yang menolak untuk
memberikan ketaatan yang sepatutnya kepada imam-imam, uskup, dan Uskup
Agung dari semua, yang setiap hari berada di depan wajahmu sendiri
melakukan penjarahan terhadap harta benda gereja, dan benda-benda yang
dipersembahkan kepada Allah, apakah kamu berpikir bahwa mereka akan
menahan diri dari barang-barang rampasan dari jemaat? Menurut kamu
apakah mereka tidak akan mengambil dari kamu segala sesuatu yang bisa
diperoleh tangan mereka?
Bencana yang menyedihkan akhirnya akan
memiliki dampak pada dirimu, barang-barangmu, rumahmu, istrimu, anak
-anakmu, kekuasaanmu, harta bendamu, dan bait suci [gereja] yang kamu
kuduskan dan hormati, kecuali jika kamu melakukan pengobatan segera
terhadap hal yang sama.
Oleh karena itu, kami meminta kepadamu,
demi ketaatan yang harus diberikan semua orang Kristen kepada Allah dan
kepada St. Petrus serta kepada wakilnya di sini di bumi, agar kamu
memberikan tangan pertolonganmu untuk memadamkan api publik ini serta
berusaha mempelajari sebaik mungkin, bagaimana kamu bisa mengurangi
pengaruh Martin Luther itu dan semua penipu lainnya yang melakukan
gangguan dan kesalahan ini untuk membuat kesesuaian dan tukar-menukar
yang lebih baik dalam hidup maupun iman. Dan jika mereka yang telah
terinfeksi menolak untuk mendengar nasihatmu, buatlah ketetapan agar
bagian yang masih sehat jangan dirusak oleh penyakit yang sama. Jika
kebusukan moral yangjahat ini tidak bisa disembuhkan dengan obat-obat
yang lunak dan lembut, obat penenang yang lebih keras harus diberikan
dan dibakar dengan keras. Anggota yang sudah menjadi busuk harus dikerat
dari tubuh sebab jika tidak, bagian yang sehat juga akan terinfeksi.
Secara
demikianlah Allah melemparkan saudara Datan dan Abiram yang menyebabkan
perpecahan ke neraka; dan ia yang tidak taat kepada otoritas imam,
Allah memerintahkan agar ia dihukum mati. Demikian juga, Petrus, yang
terutama di antara rasul-rasul, menempelak Ananias dan Safira yang
berbohong kepada Allah sehingga menyebabkan kematian mereka seketika.
Demikian juga kaisar- kaisar kuno yang saleh memerintahkan jovinian dan
Priscillian sebagai bidat yang harus dipenggal kepalanya.
Sama
halnya, St. Jerome berharap agar Vigilant, sebagai bidat, diserahkan
tubuhnya untuk dihancurkan agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.
Demikian juga para pendahulu kita di Konsili Constance menghukum mati
John Huss dan pengikutnya, Jerome; dan Huss sekarang tampaknya hidup
kembali dalam diri Luther. Jika kamu mau meniru tindakan yang pantas dan
teladan nenek moyangmu itu, kita tidak akan ragu-ragu, grasi Allah yang
murah hati akan mendatangkan kelegaan bagi gerejanya.
Para raja di kekaisaran itu menjawab imbauan Paus untuk menghukum
Luther dengan surat mereka sendiri. Inilah parafrase inti sari jawaban
mereka:
Kami memahami bahwa kekudusannya
dirongrong dukacita yang besar berkaitan dengan Luther dan sektenya.
Kami juga menyadari bahwa jiwa-jiwa yang dipengamhi olehnya berada dalam
bahaya kebinasaan kekal. Kami ikut merasakan kedukaanmu.
Banyak
orang di Jerman berpaut pada pandangan yang sama dengan Luther, dan
itulah sebabnya hukuman formal untuk Luther tidak bisa berlangsung. Hal
ini akan menyebabkan kehebohan besar, bahkan mungkin perang, dalam
wilayah kekaisaran.
Jika keluhan di antara penduduk umum tidak
direformasi, tidak ada harapan lagi bagi keharmonisan antara pihak
sekuler dengan gereja dalam masalah ini.
Oleh karena itu, kami
merekomendasikan agar Paus, seizin Kaisar, mengadakan sidang Kristen di
temp at yang nyaman diJerman sesegera mungkin. Dalam sidang ini
orang-orang harus didorong untuk berbicara dengan bebas.
Kami
merekomendasikan agar Duke Frederick menjaga supaya Luther dan para
pengikutnya tidak diperbolehkan menulis, memaparkan, atau mencetak
segala sesuatu lainnya. Dan semua pengkhotbah di wilayah Duke dilarang
untuk berkhotbah dengan pandangan Luther.
Setiap imam yang tidak
menaati petunjuk ini hams dihukum. Setiap buku baru harus diserahkan
kepada otoritas gereja untuk disetujui sebelum dijual.
Imam-imam yang menikah atau meninggalkan otoritas mereka harus dihukum oleh petugas gereja yang tetap.
Segera setelah itu, satu pengikut Luther, Andreas Carolostadt dari
Wittenberg, mendorong orang-orang untuk mengambil tindakan yang
memprovokasi Paus dan wakil gereja lebih jauh. Di antara hal lainnya,
Carolostadt mendorong orang-orang untuk membuang gambar dan patung di
Gereja Roma. Pada bulan Maret 1522, Luther kembali ke Wittenberg untuk
memulihkan tatanan terhadap ikonoklas [3] yang terlalu antusias ini yang menghancurkan mezbah, patung, dan salib.
Karya reformasi Luther selama tahun-tahun berikutnya mencakup
penulisan Katekismus Kecil dan Besar, buku-buku khotbah, lebih dari
se1usin himne, lebih dari 100 jilid traktat, makalah, komentar Alkitab,
ribuan surat, dan terjemahan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Jerman.
Bersama Philipp Melanchthon[4] dan
orang lainnya, Luther mengorganisir gereja injili di wilayah Jerman
karena didukung oleh para pangeran. Ia menghapuskan banyak praktik
tradisional, termasuk pengakuan dosa dan kebaktian pribadi.
Luther berusia 63 tahun ketika ia meninggal pada 18 Februari 1546.
Melanchthon menggambarkan jam-jam terakhir sang pembaru itu sebagai
berikut:
Hari Rabu, 17 Februari, Dr. Martin
Luther menderita sakit yang sudah biasa dideritanya, yaitu karena
gangguan cairan tubuh di saluran atau lubang perutnya. Penyakit itu
menyerangnya setelah makan malam, yang ia lawan dengan keras dan
membuatnya dibawa ke ruang sebelah dan di sana ia terbaring di temp at
tidurnya selama dua jam. Selama waktu itu sakitnya makin meningkat.
Ketika Dr. Jonas berbaring di kamarnya, Luther bangkit lalu memohon
kepadanya untuk bangun dan memanggil Ambrose, kepala sekolah
anak-anaknya agar menyalakan api di kamar lainnya. Ketika ia baru saja
masuk kamar itu, Albert, Earl of Mansfield, bersama istrinya dan
orang-orang lain segera datang ke kamarnya.
Akhirnya, karena
merasa saat-saat terakhirnya sudah mendekat, sebelum pukul sembilan
pagi, pada 18 Februari, ia menyerahkan dirinya kepada Allah dalam doanya
yang saleh ini: "Bapaku di surga, Allah yang kekal dan pemurah, Engkau
telah menyatakan kepadaku Anak- Mu yang kekasih, Tuhan kami Yesus
Kristus. Aku telah mengajarkan tentang Dia, aku telah mengenal Dia, aku
mengasihi Dia sebagai hidupku, kesehatanku, dan penebusanku. Orang-orang
yang jahat telah menganiaya, mernfitnah, dan menyebabkan Dia yang aku
kasihi menderita. Ambillah nyawaku untuk-Mu."
Beberapa saat
berlalu kemudian Luther mengulang doa penyerahan nyawanya tiga kali:
"Aku menyerahkan rohku ke dalam tangan-Mu. Engkau telah menebus aku, Oh
Allah kebenaran."Ia mengikuti doanya dengan kutipan ayat Alkitab
favoritnya: "Oleh karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Akhirnya, ia menutup matanya dan tidak membuka lagi.
Musuh-musuh Luther bersukacita ketika mengetahui kematiannya karena
berpikir bahwa pekerjaannya mungkin akan mati bersamanya. Namun, tentu
saja tidak demikian sebab pekerjaannya didasarkan pada kebenaran firman
Allah. Dan seperti halnya firman, doktrin Luther bertahan dan
menyebarkan Injil Yesus Kristus yang benar ke seluruh dunia.
-------
[1] Erasmus, Desiderius,
(1446-1536) Sarjana Renaissance Belanda dan teolog Gereja Roma yang
berusaha menghidupkan kembali teks-teks klasik zaman kuno, memulihkan
iman Kristen yang sederhana dan didasarkan pada Alkitab, dan
menghilangkan hal-hal yang tidak pantas dalam Gereja Roma abad
pertengahan. Karyanya mencakup The Manual of The Christian Knight, yang diterbitkan pada 1503, dan The Praise of Folly yang diterbitkan pada 1509.
[2] Bulla, Meterai bulat yang dicapkan pada papan bull. Bull, dokumen resmi, seringkali merupakan keputusan, yang dikeluarkan oleh paus, dan dimateraikan dengan bulla.
[3] Ikonoklas (iconoclast),
Seorang yang menyerang dan berusaha menggulingkan ide atau lembaga
tradisional/ popular - seorang yang menghancurkan ikon/ gambar keagamaan
yang sakral.
Iconoclasm, artinya
penghancuran ikon-ikon (patung, lukisan, ukiran) religious. Sering
terjadi waktu jaman perselisihan besar antara Protestan dan Katolik.
Lawan katanya iconodules (dules = dulia). Jelas bagi Gereja Katolik Roma, Iconoclasm adalah bidat, karena ikon-ikon Gereja Roma dihancurkan, dan tentu itu berarti ssault against iman Gereja Katolik Roma.
Iconoclasm sendiri terjadi
sepanjang sejarah, tetapi yang khusus jamannya Reformasi terjadi di
Zürich (1523), Copenhagen (1530), Münster (1534), Geneva (1535),
Augsburg (1537) dan Skotlandia (1559). Tentu kalau mau lebih lengkapnya
bisa di cek di Catholic Encyclopedia
http://www.newadvent.org/cathen/07620a.htm
[4] Melanchthon, Philipp, Aslinya Philipp Schwarzed, 1497-1560. Teolog Jerman dan pemimpin reformasi Jerman. teman Martin Luther, ia menulis Loci Communes, yang diterbitkan pada 1521. Ini merupakan makalah ekstensif pertama yang menguraikan doktrin Protestan.
Disalin dari :
John Foxe, Foxe's Book of Martyrs, Kisah Para Martir tahun 35-2001, Andi, 2001.
Artikel terkait :