Rabu, 08 Juli 2015

Dua Macam Dasar

Mat.7:24-27. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Perikop di atas merupakan alinea penutup dari khotbah di bukit dalam Injil Matius yang meliputi tiga pasal penuh (pasal 5-7) yang dikatakan kepada dua belas murid dan orang banyak. Pada umumnya pembaca Injil berpikir tentang dua macam dasar yang digunakan untuk membangun rumah dalam perumpamaan yang dikatakan Yesus Kristus. Hal itu mungkin terpengaruh oleh judul pada perikop ini. Tetapi bagi pembaca yang cermat akan menemukan dua kata kunci yang merupakan inti seluruh khotbah di bukit, yaitu kata "melakukan" dan kata "bijaksana." 

Yang dimaksud dengan kata yang pertama adalah "melakukan perkataanNya"  yang meliputi tujuh pokok pikiran*, yang dimulai dengan sepuluh ucapan berbahagia, kemudian disambung dengan perumpamaan garam dunia dan terang dunia; dan selanjutnya menerangkan tentang hukum Taurat; tentang hal yang kudus dan berharga; tentang pengabulan doa; tentang jalan yang benar; dan yang terakhir tentang pengajaran yang sesat. 

*Ketujuh pokok pikiran Yesus Kristus itu telah diuraikan dalam artikel yang masing-masing dengan judul yang berkaitan.

1. Sepuluh ucapan berbahagia adalah merupakan petunjuk tentang semua yang harus dilakukan dan apa yang akan dialami pengikutNya, sehingga imannya dapat bertumbuh sehat, menghasilkan buah Roh, dan dapat menjadi sempurna, yaitu: datang kepada Allah dengan rendah hati; mau berempathi kepada orang lain; tulus kepada orang lain; berusaha hidup sesuai firman Tuhan; memberi dengan ikhlas; mengikut Tuhan secara total; senantiasa membawa kedamaian; siap-sedia menderita; siap-sedia dimusuhi karena menjadi pengikut Kristus; dan siap-sedia menjadi martir demi imannya.

2. Menjadi garam dunia berarti orang beriman dalam proses belajar-mengajar firman Tuhan harus benar, dalam arti mengerti Firman Tuhan sebagai pemahaman yang diperoleh melalui praktek dalam hidupnya (kognisi), bukan hanya sebagai pelajaran teoretis belaka (teori tanpa praktek). Sedangkan menjadi terang dunia berarti orang beriman yang telah mengerti Firman Tuhan dengan benar harus memberitakannya secara terbuka dan cuma-cuma.

3. Hukum Taurat  yang dikatakan Yesus Kristus adalah tentang "kesucian" yang meliputi lima kriteria, yaitu suci dalam hati, suci dalam pikiran, suci dalam perkataan, suci dalam perbuatan, dan suci dalam kasih. Dan suci dalam perbuatan dibedakan menjadi enam hal, yaitu: dalam hal memberi sedekah; dalam hal berdoa; dalam hal berpuasa; dalam hal mengumpulkan harta; dalam hal kekuatiran; dan dalam hal menghakimi. 

4. Tentang yang kudus dan berharga yang dimaksudkannya adalah bahwa pembukaaan Firman Tuhan yang benar tidak dapat diterima oleh orang-orang yang masih hidup dalam dosa, yang diibaratkan seperti anjing yang kembali ke muntahannya, dan babi yang selalu ingin berkubang dalam lumpur. Perumpamaan yang dikatakan Yesus Kristus ini menjadi peringatan kepada pengikutNya supaya tidak terlalu memaksakan diri (mungkin karena terlalu bersemangat) dalam memberitakan firman Tuhan kepada orang-orang, walaupun firman Tuhan harus diberitakan secara terbuka dan cuma-cuma. Karena yang dapat menerima pengajaran tentang pembukaan firman Tuhan hanya orang-orang yang mempunyai mata dan telinga, seperti orang yang menemukan harta terpendam atau orang yang menemukan mutiara yang sangat berharga dalam perumpamaan yang dikatakan Yesus Kristus (Mat.13:44-46).


Mat.13:44-46. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."


5. Tentang pengabulan doa yang dimaksudkan adalah pengabulan doa yang meminta semua yang rohani untuk pertumbuhan imannya, bukan meminta barang-barang duniawi untuk memuaskan keinginan dagingnya. Karena yang baik menurut Allah sangat jauh berbeda dengan yang baik menurut pikiran manusia. Yang baik menurut Allah adalah yang berguna bagi manusia untuk hidup kekal, yaitu Roh Kudus (Luk.11:9-13)


Luk.11:9-13 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah diantara kamu, jika anaknya minta ikan daripadanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau , jika minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anak mu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada Nya.

6. Tentang jalan yang benar, yang dimaksud adalah jalan menuju kepada hidup kekal. Jalan yang benar yang harus dilakukan adalah dengan menjadi pelayan bagi saudara-saudaranya, karena yang terbesar dalam KerajaanNya adalah orang yang mau melayani saudara-saudaranya (Mat.23:11). Dan syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pelayan haruslah ia menjadi orang yang mempunyai "kasih" dan menuntutnya menjadi orang yang sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong; tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri; tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain; tidak suka dengan ketidakadilan; menutupi segala sesuatu; percaya segala sesuatu; dan mengharapkan segala sesuatu  (1 Kor.13:4-7).

Mat.23:11. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

7. Tentang pengajaran yang sesat, yang dimaksud adalah guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu yang mengajarkan firman Tuhan dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Ia menggunakan firman Tuhan sebagai alat untuk memperdayai atau menipu orang percaya demi mendapatkan kehormatan dan kenikmatan duniawi. Pengajaran yang sesat mengajarkan hal-hal duniawi, bukan mengenai hal-hal rohani. Firman Tuhan digunakannya untuk melegalisir keinginan dan pikirannya sendiri sehingga jemaat dibutakan dari pengajaran yang benar dan yang sesuai dengan Injil. Pada kenyataannya banyak yang memilih pengajaran yang duniawi dari pada yang rohani, karena pada dasarnya mereka masih orang-orang duniawi, dan tidak pernah menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus.

Sedangkan kata "bijaksana" adalah berkaitan dengan keputusannya memilih untuk melakukan perkataan Yesus Kristus yang telah disebutkan di atas. Jadi bijaksana yang dimaksudkan Yesus Kristus adalah tentang cara orang menggunakan mata batinnya untuk menilai, memilih, dan melakukan yang benar, yang sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu orang yang bijaksana diibaratkanNya dengan orang yang mendirikan rumah di atas batu. Yang dimaksud adalah rumah yang didirikan di atas tanah yang keras atau berbatu-batu, bukan mendirikan rumah diatas fondasi yang dibuat dari batu, 
seperti rumah yang biasa dibuat oleh orang kaya pada masa itu atau oleh orang yang hidup di kota-kota pada masa sekarang. Karena perumpamaan Yesus Kristus membandingkan antara dua buah rumah non permanen, dimana yang satu didirikan di atas pasir, dan yang lain didirikan di atas tanah yang berbatu-batu.

Perumpamaan itu mudah dipahami orang Yahudi pada waktu itu, karena pada musim kering mereka biasa melihat rumah yang didirikan di atas tanah berpasir pada aliran sungai. dimana musim kering di Palestina terjadi bisa sampai bertahun-tahun lamanya, seperti tujuh tahun musim kering pada masa hidup Yakub (Kej.41:53-57).

Kej.41:53-57. Setelah lewat ketujuh tahun kelimpahan yang ada di tanah Mesir itu, mulailah datang tujuh tahun kelaparan, seperti yang telah dikatakan Yusuf; dalam segala negeri ada kelaparan, tetapi di seluruh negeri Mesir ada roti. Ketika seluruh negeri Mesir menderita kelaparan, dan rakyat berteriak meminta roti kepada Firaun, berkatalah Firaun kepada semua orang Mesir: "Pergilah kepada Yusuf, perbuatlah apa yang akan dikatakannya kepadamu." Kelaparan itu merajalela di seluruh bumi. Maka Yusuf membuka segala lumbung dan menjual gandum kepada orang Mesir, sebab makin hebat kelaparan itu di tanah Mesir. Juga dari seluruh bumi datanglah orang ke Mesir untuk membeli gandum dari Yusuf, sebab hebat kelaparan itu di seluruh bumi.


Sungai yang mengering bertahun-tahun tidak dapat lagi dibedakan dengan tanah daratan; yang membedakannya adalah daerah aliran sungai yang mengering itu tidak bertuan, sehingga orang asing yang tidak dikenal (urban) dengan bebas dapat menduduki dan mendirikan rumah di atasnya. Ia (mungkin) tahu resiko air bah yang harus dihadapi dengan mendirikan rumah di aliran sungai, yang sewaktu-waktu bisa terjadi dan menggusur rumahnya, tetapi mereka mau menantang bahaya dan mengambil resiko itu karena membutuhkan tempat tinggal untuk berlindung. Dan mereka berpikir hanya akan menempatinya untuk sementara waktu saja. 

Demikian pula yang terjadi dalam kehidupan rohani orang percaya; banyak orang yang memilih jalan yang mudah dengan mengikuti pengajaran yang duniawi daripada yang rohani. Mereka memilih yang dipikirnya bisa memberikan solusi dalam pergumulan hidupnya di dunia, karena tuntutan materi yang harus dipenuhinya. Mungkin mereka juga tahu bahwa ajaran yang diikutinya terlalu duniawi, namun kesadaran itu diabaikannya. Oleh karena itu Tuhan Yesus Kristus memuji orang yang tidak mengikuti cara berpikir seperti orang-orang itu, karena ia mempunyai penglihatan (visi) kepada hidup kekal dan memilih pengajaran yang rohani, yang sesuai dengan imannya walaupun terlihat sulit dan tidak masuk akal.

Pada kenyataannya orang yang memilih yang duniawi juga tidak mudah dalam menjalaninya , dan solusi yang dijanjikan kepadanya tidak mereka dapatkan. Sedangkan orang yang memilih yang rohani dapat menanggung beban hidupnya dan merasakan kesulitan yang dijalaninya tidak terlalu berat, serta tidak sesulit seperti yang dikiranya pertama kali. Bahkan setelah ia terbiasa dan bisa berserah kepada Tuhan, merasakan jiwanya menjadi tenang dan dapat memikul beban hidupnya dengan mudah, enak dan ringan (Mat.11:28-30).

Mat.11:28-30 Marilah kepadaku , semua yang letih dan lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikul lah kuk yang Ku pasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Ku pasang itu enak dan beban Ku pun ringan.