Jumat, 18 Juli 2014

Karunia Bahasa-roh dan Karunia Nubuat sebagai Tanda

Yakub bergumul dengan malaikat menyerupai gereja (Yakub = Israel = Israel rohani) yang sedang bergumul dengan kebenaran Tuhan.
Yakob bergumul dengan malaikat
Di dalam surat rasul Paulus terdapat beberapa bagian yang sukar dipahami dan tidak jarang disalah-tafsirkan oleh jemaat gereja kristen; pernyataan rasul Petrus ini terdapat di dalam suratnya yang ke dua, yang diedarkan kepada jemaat-jemaat awal gereja Kristen pada abad pertama (2Ptr.3:15-16). Penafsiran itu kemudian menimbulkan perbedaan pendapat diantara orang-orang kristen pada waktu itu, bahkan masih terjadi sampai sekarang, baik diantara jemaat dalam satu gereja, atau diantara jemaat gereja yang satu dengan jemaat gereja yang lain dalam satu denominasi; maupun antara jemaat gereja denominasi yang satu dengan jemaat gereja denominasi yang lain.

2Ptr.3:15-16 Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutar-balikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.

Salah satu bagian surat rasul Paulus yang sering disalah-tafsirkan adalah yang terdapat dalam suratnya yang pertama kepada jemaat gereja di Korintus (1Kor.14:21-25). Dalam suratnya itu rasul Paulus menulis bahwa "karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman." Kalimat dalam surat rasul Paulus ini yang sering digunakan oleh sebagian jemaat gereja untuk mengklaim bahwa "karunia berbahasa-roh tidak penting," karena itu adalah tanda untuk orang yang tidak beriman. Dengan demikian maka karunia berbahasa-roh itu tidak penting dan tidak diharuskan bagi orang beriman, karena itu diperuntukkan bagi orang yang tidak beriman. 

Penafsiran oleh sebagian jemaat gereja itu tidak tepat, karena tidak sesuai  keterangan dari kalimat di bawahnya : "Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?" Yang menyatakan bahwa orang yang tidak beriman menganggap orang yang berkata-kata dengan bahasa-roh adalah orang gila; dengan demikian maka karunia bahasa-roh menjadi "tanda" (dalam pengertian menandai) orang yang tidak beriman. Oleh karena itu karunia bahasa-roh menjadi penting, karena menjadi penanda bagi orang yang tidak beriman. Pemahaman ini adalah kebalikan dari pemahaman sebagian jemaat gereja yang menganggap karunia berbahasa roh tidak penting bagi orang beriman.

1Kor.14:21-25 Dalam hukum Taurat ada tertulis: "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan." Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman. Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."

Pemahaman yang merupakan kebalikan dari pemahaman sebagian jemaat gereja dalam surat rasul Paulus di atas, dikuatkan oleh seluruh perikop yang diawali dengan kutipan nubuat nabi Yesaya (Yes.28:9-13), yang sudah dinubuatkannya lebih dari delapan ratus tahun sebelumnya : "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan." Yang memberi pemahaman bahwa bangsa Israel tetap tidak akan percaya walaupun Tuhan berbicara kepada mereka dengan menggunakan bahasa lain (yang dimaksudkan adalah karunia bahasa roh) dan oleh mulut orang-orang asing (orang-orang dari bangsa lain). Jadi nubuat nabi Yesaya berbicara tentang "Ketidak-percayaan bangsa Israel."

Dalam hal ini rasul Paulus melakukan kekeliruan, karena ia menyebutkan nats dari kitab Yesaya yang dikutipnya adalah dari dari Hukum Taurat, seharusnya rasul menyebutnya dari kitab nabi-nabi (Nebiim), karena kitab suci Yahudi terdiri dari Taurat, Mazmur, dan Kitab nabi-nabi (Torah, Mizmor, dan Nebiim). Atau ia hendak menyebut kitab suci Yahudi secara singkat dengan nyebut Hukum Taurat saja untuk mewakili Taurat, Mazmur, dan Kitab nabi-nabi.

Yes.28:9-13. Dan orang berkata: "Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya dan kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-olah kepada anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu! Sebab harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini, tambah itu!" Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini. Dia yang telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan.  Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!" supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan.

Perikop dalam surat rasul Paulus itu harus ditafsirkan dengan didukung dan tidak bertentangan dengan firman Tuhan yang terdapat dalam kitab-kitab kanon Alkitab , mulai dari Taurat, kitab-kitab puisi (Mazmur), dan kitab nabi-nabi, yang terdapat dalam Perjanjian Lama; dan Empat Injil, surat-surat, dan kitab wahyu yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Maka perikop dalam surat rasul Paulus itu harus dibaca secara keseluruhan dalam satu kesatuan, dengan demikian maka pengertian "tanda'" dalam kalimat yang dimaksudkan rasul Paulus di atas mempunyai pemahaman bahwa karunia bahasa roh menjadi penanda bagi orang yang tidak beriman atas "ketidak-percayaan" mereka.  Yang ditandai adalah hal "ketidak-percayaan" orang yang tidak beriman; bukan hal "karunia bahasa roh." Jadi pemahaman yang dimaksudkan rasul Paulus dari perikop di atas adalah "Karunia bahasa-roh menjadi penanda dan menandai orang yang tidak beriman bahwa mereka tidak percaya kepada Tuhan yang telah berbicara kepada mereka menggunakan bahasa lain (karunia bahasa-roh)."

Pemahaman di atas sesuai dengan perikop yang berisi nasihat rasul Paulus tentang bagaimana cara yang seharusnya dilakukan oleh orang beriman dalam mengamalkan karunia bahasa roh dan karunia Roh Kudus lainnya dalam persekutuan jemaat (1Kor.14:26-33). Dalam mana rasul Paulus menasihati agar karunia-karunia Roh itu diamalkan dalam jemaat dengan azas "tertib" dan "teratur", sehingga tidak terjadi kekacauan melainkan membangun iman jemaat dan mendatangkan damai sejahtera bagi orang-orang yang hadir dalam persekutuan itu.
Dengan demikian maka pemahaman sebagian gereja bahwa karunia bahasa roh tidak penting adalah pemahaman yang "keliru", dan dengan jelas dibantah oleh  rasul Paulus dalam perikop di bawahnya itu.

1Kor.14:26-33 Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. Tentang nabi-nabi--baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.

Kesimpulan di atas itu sama dengan ketidak-percayaan murid-murid Yesus atas kesaksian Maria Magdalena dan kesaksian dua orang murid yang bertemu Yesus di jalan (Mrk.16:9-13); dan atas ketidak-percayaan mereka, Tuhan Yesus mencelanya dengan keras (Mrk.16:14-18). Hal yang sama juga akan dilakukan Nya kepada orang kristen, Tuhan Yesus akan mencela orang kristen atas ketidak-percayaan dan kedegilan hati mereka karena menganggap tidak penting.terhadap kesaksian orang beriman yang menerima karunia bahasa roh.

Mrk.16:9-13. Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya.

Mrk.16:14-18. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."

Dalam kasus ini terdapat perbedaan istilah yang digunakan oleh nabi Yesaya yang menyebutnya sebagai "orang-orang yang berlogat ganjil dan orang-orang berbahasa asing"; dan Tuhan Yesus menggunakan istilah "mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka"; sedangkan rasul Paulus menggunakan istilah "Karunia bahasa-roh"; tetapi yang dimaksud dengan  istilah-istilah itu adalah satu hal yang sama, sehingga kesaksian tentang karunia bahasa-roh oleh  orang-orang beriman yang menerimanya adalah kesaksian dari Roh Kudus, yang menjadi penggenapan nubuat nabi Yesaya dan firman Tuhan Yesus. Jadi dalam hal ini tidak ada alasan lagi bagi gereja untuk menolak kesaksianNya, karena dengan penolakkannya itu berarti pula gereja sudah menyangkal imannya sendiri dan Tuhan mencela ketidak-percayaan dan kedegilan hatinya itu.

Sedangkan "karunia bernubuat" adalah "tanda," bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman. Karena melalui nubuat, Tuhan berfirman untuk memberikan penghiburan, perintah, pengajaran, atau teguran kepada orang beriman. Dalam perikop itu rasul Paulus mengandaikan bila "ada orang yang tidak beriman" hadir dalam persekutuan orang beriman dan Tuhan  menegurnya tentang rahasia yang ada di dalam hatinya, maka orang itu akan menjadi "percaya". Dan "Karunia untuk bernubuat" hanya diberikan kepada "orang yang percaya" dan menjadi "tanda" baginya bahwa ia adalah "orang yang beriman." Orang yang beriman yang mendengar nubuat itu akan dikuatkan terbangunkan imannya, karena ia merasakan kehadiran Allah disana; dan bagi orang yang tidak beriman ketika ia mendengar firman nubuat yang menegurnya tentang rahasia hatinya akan menjadi percaya. Jadi pemahaman yang dimaksud dari kalimat yang terakhir dalam perikop surat rasul Paulus di atas adalah : "Karunia untuk bernubuat menjadi tanda bagi tiga kelompok orang yang beriman yaitu : orang yang bernubuat; orang yang mendengar nubuat itu; dan orang yang tidak beriman tetapi kemudian menjadi percaya karena mendengar nubuat itu.


Minggu, 13 Juli 2014

KESUCIAN

"Kesucian" seorang beriman bukan untuk diperlihatkan kepada orang agar mendapat pujian atau agar mendapat penghormatan dari manusia, karena "Kesucian" itu akan terlihat oleh orang lain sekalipun ia berusaha menyembunyikannya. Karena "Kesucian" itu bersifat hakiki dan tidak dapat dipisahkan dari orang yang memilikinya. Seperti halnya dengan rasa asin dari garam, atau terang dari pelita (lampu); sehingga orang yang mengecapnya tahu bahwa serbuk putih itu adalah garam tanpa harus diberitahu lagi, karena ia dapat merasakan rasa asin darinya. Dan seorang yang berada dalam ruangan tertutup dapat melihat keadaaan ruangan dan barang yang ada di dalamnya, karena terdapat cahaya dari pelita (lampu). Dalam hal ini ia juga tidak perlu diberitahu dari mana terang itu berasal. Keadaan ini sekali lagi oleh Tuhan Yesus Kristus diterangkan dengan menggunakan contoh: kota Yerusalem, yang didirikan di atas bukit, yang sudah terlihat orang dari jauh, walau ia masih harus berjalan menempuh jarak perjalanan yang cukup jauh untuk sampai gerbang kota dan memasukinya.

Dalam hal ini Tuhan Yesus mempunyai standar "Kesucian" hingga sempurna; yang mempunyai lima kriteria yang harus dipenuhi orang beriman (Mat.5:17-58), supaya ia menjadi garam dan terang dunia (Mat.5:13-16). Lima kriteria "Kesucian" yang dimaksud Tuhan Yesus Kristus adalah: Suci dalam hati; Suci dalam pikiran; Suci dalam perkataan; Suci dalam perbuatan; dan Suci dalam kasih, yang sebenarnya adalah satu entitas saja, seperti sebuah piringan bercat warna-warni yang dibagi menurut sudut dan jari-jarinya (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu) apabila diputar kencang pada porosnya maka yang memperlihatkan warna putih.
Yusuf menghiburkan hati saudara-saudaranya 50:15 Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam p  kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya. q " 50:16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: r  50:17 Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa s  mereka, sebab mereka telah berbuat jahat t  kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu. u " Lalu menangislah v  Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya. 50:18 Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya w  serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu. x " 50:19 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? y  50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, z  tetapi Allah telah mereka-rekakannya a  untuk kebaikan 2 , b  dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup c  suatu bangsa yang besar. 50:21 Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu d  juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan  hati mereka dengan perkataannya.
Yusuf memaafkan saudara-saudaranya


Mat.5:13-16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Taurat Musa yang diajarkan kepada orang Yahudi adalah tradisi turun temurun dengan disiplin yang keras dan kaku, karenanya mereka tidak mengerti inti perintah Taurat Musa, yang menuntut "Kesucian" yang sempurna kepada bangsa Israel, sebagaimana diajarkan Yesus Kristus kepada bangsa Israel rohani (Mat.5:17-48).

Perumpamaan ttg sesama manusia
Mat.5:17-48 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Suci dalam hati

Suci dalam hati adalah tidak membenci sesamanya mulai dari lubuk hatinya yang terdalam, seperti yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus : "Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala."

Dalam pengajaran itu Tuhan Yesus Kristus memberikan tiga contoh hati yang membenci sesamanya yang mempunyai tingkatan. Tingkatan yang paling ringan adalah perasaan marah di dalam hati terhadap seseorang, walaupun ia tidak menyatakannya secara terbuka dengan kata-kata. Seorang beriman dikatakan mempunyai hati yang tidak suci apabila ia merasa tidak senang terhadap perkataan atau perbuatan orang lain yang dilakukannya dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Maka orang ini layak untuk mendapat hukuman fisik.

Tingkat ke dua adalah perasaan benci yang dikeluarkan lewat kata-kata kasar yang merendahkan orang, seperti yang dilakukan orang Farisi yang menghardik orang yang tidak disukainya dengan kata: "kafir", karena ia menganggap dirinya lebih suci dari orang lain yang dianggapnya tidak beradab dan tidak bertuhan. Maka orang ini layak dihadapkan kepada pengadilan agama atau pengadilan negeri. Dan yang setimpal dengannya adalah hukuman fisik dan kurungan penjara.

Tingkat ke tiga adalah perasaan benci yang sudah merasuk kedalam tulang sumsumnya, sehingga ia tidak menganggap orang yang dibencinya adalah manusia seperti dirinya, yang menyamakan orang yang dibencinya adalah binatang dan tega memperlakukan perbuatan apa saja dan baginya adalah perbuatan halal. Maka orang ini wajib mendapat hukuman kekal dari Tuhan, yaitu dimasukkan ke dalam lautan api neraka. 

Suci dalam pikiran

Suci dalam pikiran adalah tidak mempunyai keinginan dan pikiran untuk mencemarkan tubuhnya sendiri sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus : "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."

Dalam hal ini Tuhan Yesus menekankan bahwa yang disebut dengan berzinah, bukan hanya perbuatan fisik saja. Seorang beriman bisa dikatakan berzinah ketika ia memandang perempuan dengan berpikir untuk bersetubuh dengannya, sehingga pikirannya merangsang dan membangkitkan gairah seksualnya. Seorang beriman dapat dikatakan tidak suci dalam pikirannya apabila pikirannya senantiasa dipengaruhi oleh gairah seksual, sehingga semua yang dipikirkannya akan mengarah dan berujung pada hal-hal seksual saja. Sedangkan seorang beriman dikatakan memiliki pikiran yang suci apabila ia memandang perempuan dengan pikiran seperti seorang ayah yang melihat anaknya perempuan, atau seorang ibu yang melihat kepada anaknya laki-laki; atau seorang kakak/ abang yang melihat kepada adiknya; atau seorang adik kepada kakak/ abangnya. Jadi yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan suci dalam pikiran adalah suci dalam hal seksual.

Suci dalam perkataan

Suci dalam perkataan adalah tidak berkata sia-sia dengan perkataan yang berbelit-belit, melainkan mengatakan segala sesuatu dengan terus terang, jujur, dan sederhana sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Janganlah sekali-kali bersumpah,....Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak."


Berkata "terus terang" berarti berkata dari dalam hatinya; apa yang keluar dari mulutnya adalah yang sebenarnya ada dalam hati. Berkata "jujur" berarti berkata apa adanya; apa yang dikatakannya tidak mempunyai maksud untuk menjebak atau menipu. Berkata "sederhana" berarti berkata langsung pada maksudnya; tidak menggunakan kata-kata bersayap dan tidak menggunakan alasan-alasan yang membingungkan. Bila ia merasa suka maka ia akan mengatakan bahwa ia memang suka; bila tidak, ia pun akan mengatakan tidak suka. Apabila "ya"  dikatakannya "ya", dan  "tidak" dikatakannya "tidak."


Suci dalam perbuatan

Suci dalam perbuatan adalah tidak melawan atau membalas bila orang yang melakukan hal yang jahat kepadanya, melainkan memaafkan kesalahannya itu; sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."

Dalam hal ini Yesus Kristus mengajarkan kepada murid-muridNya dan orang beriman agar tidak melakukan perbuatan berdasarkan perbuatan orang lain kepadanya. Tetapi berbuat menurut panggilan hatinya yang suci, bukan karena ingin membalas perbuatan orang lain. Dan mengajar orang beriman untuk mempunyai inisiatif  melakukan perbuatan baik kepada sesamanya. Terdapat enam hal yang harus dilakukan orang beriman berkaitan dengan Suci dalam perbuatan, yaitu:

1. Dalam hal memberi sedekah

Orang beriman harus dapat memberi pertolongan atau bantuan kepada orang lain dengan ikhlas, tanpa pamrih dan tidak mengingat-ingatnya atau mengingatkan perbuatan baik yang dilakukannya itu kepada orang yang pernah ditolongnya; atau memberitahukan perbuatan baiknya kepada orang supaya mendapat pujian dan hormat  (Mat.6:1-4).

Mat.6:1-4 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."


2. Dalam hal berdoa 

Orang beriman menjadikan "berdoa" sebagai kebutuhan hidup, adalah makanan rohani bagi jiwanya, yang merupakan hubungan pribadi dengan Allah yang disembahnya, bukan sebagai perbuatan untuk menaikan citra diri dimata orang lain supaya dianggap orang yang saleh. Dengan "berdoa" seorang beriman melakukan refleksi diri dan introspeksi tentang apa yang telah diperbuat dan dilakukan sepanjang hari itu, sehingga ia bisa mengoreksi diri dan meminta ampun kepada Tuhan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukannya serta memohon hikmat, makrifat, dan kekuatan, sehingga mampu hidup menurut perintah Tuhan (Mat.5:6-15).

Mat.6:5-15 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian : Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mujadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

3. Dalam hal berpuasa

Orang beriman berpuasa adalah untuk mengalahkan iblis dan setan, yang senantiasa mengintai dan siap menyerangnya dengan berbagai godaan dan cobaan. Semua itu dilakukannya untuk menyesatkan orang beriman dan membuatnya menjadi pengikutnya dan calon penghuni neraka. "Godaan" adalah cara iblis dan setan menyerang orang beriman, menggunakan segala hal duniawi untuk memuaskan nafsunya; sedangkan "Cobaan" adalah cara iblis dan setan menyerang orang beriman menggunakan penderitaan, kesesakan, kesulitan, kesukaran dll, baik secara materiil maupun immateriil. Oleh karena itu seorang beriman berpuasa bukan untuk ditunjukkan kepada manusia tetapi supaya Tuhan berkenan kepadanya (Mat.6:16-18).

Mat.6:16-18 "Dan apabila kamu berpuasajanganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. "

4. Dalam hal mengumpulkan harta

Orang beriman tidak hidup hanya memikirkan cara mengumpulkan harta duniawi, yang sifatnya sementara, tetapi menggunakannya untuk melakukan perbuatan kasih dengan menolong sesamanya untuk mengumpulkan harta di sorga  (Mat.6:19-24).

Mat.6:19-24 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. "

Dalam hal harta duniawi, Tuhan telah menentukan masing-masing orang menurut ketetapan dan kerelaanNya, oleh karena itu perbuatan manusia tidak bisa mengubah ketetapan Tuhan itu. Orang yang telah ditentukan menjadi kaya raya, walaupun ia hidup tidak di jalan Tuhan, hal itu tidak akan menggagalkan ketetapanNya. Dan sebaliknya seorang yang hidup menurut ajaran Tuhan juga tidak akan menjadikannya menjadi kaya-raya berkelimpahan harta duniawi bila ia sudah ditetapkan Tuhan menjadi orang biasa saja. Jadi perbuatan manusia tidak menentukannya menjadi kaya atau biasa-biasa saja, dapat menentukan pertumbuhan imannya.

5. Dalam hal kekuatiran

Orang beriman harus mampu menunjukkan kepercayaannya kepada Tuhan yang disembah dan dipujanya sebagai pencipta yang berkuasa atas seluruh hidupnya, yang mempunyai kuasa memberi hidup tetapi juga berkuasa mengambilnya juga; yang mempunyai kuasa memberikan semua yang ada di dunia tetapi berhak pula untuk mengambilnya kembali sesuai kehendakNya. Kepercayaan orang beriman kepada Tuhan Yesus dilakukan dengan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dan menerima semua yang dibuatNya dalam hidupnya dengan penuh suka-cita, karena percaya bahwa Tuhan melakukan semua itu demi kebaikan dan kebahagiaannya (Mat.6:25-34).

Mat.6:25-34 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani  rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

6. Dalam hal menghakimi 

Orang beriman tidak berhak menilai kebaikan atau kejahatan orang lain, karena tidak ada manusia yang sempurna yang berhak menilai dan menghakimi manusia (selain Yesus Kristus) . Orang yang melakukan berarti mencuri hak Tuhan dan sekaligus juga menyamakan diri denganTuhan (Mat.7:1-5).  

Mat.7:1-5 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Yang dinilai baik oleh manusia belum tentu baik dalam penilaian Tuhan, karena manusia hanya mampu menilai yang terlihat oleh mata saja, tetapi Tuhan dapat menilai sampai ke dalam hati manusia. Tuhan tahu motivasi yang ada dalam perbuatan manusia, yang dilakukan dalam perkara yang baik maupun perkara yang tidak baik; yang dilakukan dalam perkara yang tersembunyi maupun yang terbuka.

Suci dalam kasih

Suci dalam kasih adalah kasih yang tidak membeda-bedakan dan tidak mengharap pembalasan, seperti kasih seorang ibu kepada anaknya atau kasih Allah kepada manusia; sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."

Seorang beriman yang benar tentunya tidak mempunyai musuh, namun ia tidak bisa melarang orang yang memusuhinya. Dalam posisi demikian Yesus Kristus mengajar orang beriman supaya mampu mengasihi orang yang memusuhinya, yaitu : orang yang tidak suka padanya, orang yang iri padanya, dan orang yang berlaku tidak benar atau jahat. Dalam hal ini seorang beriman harus mempunyai sifat-sifat yang utama, yaitu : penyabar, murah hati, tidak pencemburu; tidak memegahkan diri dan tidak sombong; tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri; dan lain-lain sifat yang harus dipunyai seorang beriman seperti yang ditulis dalam surat rasul Paulus kepada jemaat Kristen di Korintus (1Kor.13:4-7).

1Kor.13:4-7 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kamis, 10 Juli 2014

STUDI YUSUF

Empat belas pasal terakhir kitab Kejadian (pasal 37-50) bercerita tentang riwayat hidup Yusuf, yang menjadi suatu cerita pendidikan bagi orang beriman. Kisah Yusuf adalah cerita tentang pengalaman rohani untuk memahami cara TUHAN mendidik dan membentuk iman orang percaya (yang direpresentasikan oleh Yusuf) menjadi seorang berkepribadian yang indah, baik dalam pandangan Allah dan manusia. 

Kisah dimulai dari seorang remaja berusia tujuh belas tahun bernama Yusuf, yang menceritakan mimpinya kepada Yakub, bapanya dan saudara-saudaranya. Di dalam mimpi itu TUHAN berfirman kepada Yusuf, ini adalah pengalaman rohani pertamanya mendapat firman TUHAN. Yusuf bermimpi melihat sebelas berkas gandum milik saudara-saudaranya bersujud kepada berkas gandum milik Yusuf. Mimpi yang diceritakan Yusuf itu membuat saudara-saudaranya tidak senang, karena mereka telah mempunyai perasaan iri dan dengki terhadap Yusuf, yang lebih dikasihi Yakub. Mereka menyimpan perasaan itu di dalam hati,  tetapi ketika Yusuf juga menceritakan mimpinya yang ke dua, perasaan tidak senang saudara-saudaranya itu berkembang menjadi perasaan benci. Dalam mimpinya Yusuf melihat matahari, bulan, dan sebelas bintang yang bersujud kepadanya. Saudara-saudaranya paham yang dimaksudkan dengan sebelas bintang itu, dan mereka tidak rela bila harus bersujud kepada Yusuf, adik bungsu mereka. Oleh karena itu mereka berencana melenyapkan Yusuf, agar mimpi itu tidak menjadi kenyataan. Mereka sepakat menunggu saat tepat untuk melenyapkan Yusuf; dan ketika kesempatan itu tiba mereka dirasuk roh jahat, yang membuat mereka berniat membunuhnya. Seorang dari mereka tidak tega membunuhnya, sehingga mengusulkan jalan tengah untuk  menjual Yusuf sebagai budak, .

TUHAN mempunyai rencana dibalik penderitaan Yusuf, hal ini disadari oleh Yusuf dikemudian hari setelah belasan tahun berlalu, ketika ia sudah menjadi penguasa di Mesir (Kej.19:19-21). TUHAN mengirim Potifar seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja membeli Yusuf sebagai budak. Tetapi beberapa tahun kemudian Yusuf dijadikan Potifar sebagai kepala pelayan di rumahnya dan memberi kuasa atas rumah dan segala miliknya, karena ia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan sangat memuaskan. Untuk sementara Yusuf tenang di dalam rumah Potifar, namun dikemudian  hari TUHAN mengujinya kembali. 

Potifar mempunyai seorang istri yang terpikat oleh Yusuf yang tampan dan manis budi pekertinya, tetapi memfitnahnya melakukan perbuatan kurang ajar kepadanya, karena Yusuf tidak mau diajak selingkuh. Potifar yang terprovokasi istrinya itu marah dan memasukan Yusuf ke dalam penjara. Beberapa lama kemudian Yusuf mempunyai teman senasib dalam penjara, yaitu : dua orang pegawai istana raja, yang seorang juru minuman dan seorang lainnya juru roti  raja Mesir. Mereka masing-masing bermimpi dan mimpi mereka ditafsirkan Yusuf. Ternyata tafsir mimpi itu menjadi kenyataan, tepat seperti yang dikatakan Yusuf. Juru minuman telah berjanji kepada Yusuf akan berupaya melepaskannya dari dalam penjara setelah ia bebas, tetapi ia lupa janjinya itu. 

Sampai suatu malam Firaun mendapat mimpi dan tidak  ada seorangpun dari antara orang-orang berhikmat dalam kerajaannya yang dapat menafsirkan arti mimpi itu. Juru minuman raja kemudian teringat kepada Yusuf. Dan melaporkan kepada Firaun yang berkenan menyuruh pegawainya memanggil Yusuf ke istana, untuk mengartikan mimpinya. Raja sangat terkesan oleh hikmat yang dimiliki Yusuf, dan ia menunjuknya sebagai seorang pejabat yang berkuasa penuh di Mesir, yang kekuasaannya hanya di bawah Firaun saja.

Selama ini gereja kristen memahami riwayat hidup Yusuf sebagai gambaran Yesus Kristus sebagai Anak Allah  yang dikasihi Allah Bapa, yang merelakan diri dilahirkan ke dunia menjadi manusia dan mengambil rupa sebagai budak; melakukan pelayanan kepada manusia, dan mati disalib untuk menebus dosat manusia; tetapi kemudian Ia bangkit dari kubur, naik ke sorga, dan duduk di atas tahta Kerajaan Allah. Selain sebagai gambaran Yesus Kristus, riwayat hidup Yusuf merupakan pelajaran rohani dan hikmat bagi orang beriman yang hidup di jalan Tuhan, sebagai "Studi Yusuf." 

"Studi Yusuf" memberikan lima hal yang dikerjakan TUHAN dalam hidup Yusuf, sehingga imannya tumbuh menjadi dewasa. TUHAN adalah Allah yang kekal dan tidak berubah sepanjang masa, sehingga TUHAN membentuk iman orang percaya juga tidak berubah tetap menggunakan lima hal ini, yaitu: 1. Tuhan berfirman kepada orang yang beriman kepadaNya; 2. Tuhan meremukkan hatinya; 3. Tuhan menguji kesuciannya; 4. Tuhan menguji kesabarannya; 5. Tuhan menguji karaternya. 

1. Tuhan berfirman kepada orang beriman

Dalam hidup seorang beriman yang benar, ia akan mengalami banyak pengalaman rohani bersama Tuhan, dimana yang pertama adalah pengalaman berkomunikasi dengan Allah. Ia mengalami mendapat firman Tuhan yang sifatnya satu arah, yaitu dari Tuhan kepada orang beriman; sebagai jawaban atas doa-doanya yang ditujukan kepada Allah yang disembahnya, bisa melalui mimpi, bisa melalui penglihatan, bisa melalui pembukaan firman, bisa melalui mendengar suara Tuhan yang terdengar di telinganya, atau bisa juga melalui nubuat seorang hamba Tuhan.
Dalam hal ini Yusuf mendapat firman Tuhan melalui mimpi, pada mimpi yang pertama Yusuf belum mengerti arti mimpinya itu dengan jelas, masih samar-samar; sehingga ia menceritakannya kepada saudara-saudaranya dan juga bapanya. Tetapi dengan mendapat mimpi yang ke dua maka pesan firman Tuhan pada mimpi yang pertama menjadi terang dan dapat dimengerti dengan jelas.

Demikian pula yang dialami oleh orang-orang beriman pada masa Perjanjian Baru sampai sekarang, Tuhan berfirman masih menggunakan cara dan pola yang sama, karena TUHAN yang berfirman kepada Yusuf adalah Allah yang sama dengan Allah yang berfirman kepada orang beriman pada masa sekarang. Tetapi setelah kenaikan Yesus ke sorga pada kedatangan Nya yang pertama sampai kedatanganNya kembali  pada akhir jaman adalah "Masa Kasih Karunia" atau "Zaman Anugerah," Tuhan Yesus Kristus mengutus Roh Kudus ke dunia untuk membimbing dan menolong orang yang percaya dan tinggal-diam dalam dirinya. Maka orang beriman pada zaman ini lebih mudah berkomunikasi denganNya. Disamping itu Ia juga memberikan karunia-karunia Roh Kudus dengan berlimpah kepada setiap orang percaya yang mau bersungguh-sunguh hidup menurut jalan Nya (Mrk.16:15-18), untuk membangun jemaat Tuhan. 

Mrk.16:15-18. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda  ini akan menyertai  orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru  bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."

Allah memberikan karunia-karunia Roh Kudus sebagai tanda yang menyertai orang percaya, salah satunya adalah karunia berbahasa roh, yaitu karunia berbicara dalam bahasa-bahasa baru yang merupakan karunia untuk berkomunikasi dengan Nya, karena bahasa-roh hanya dapat dimengerti oleh Allah dan roh orang itu sendiri, tetapi tidak dimengerti oleh manusia dan setan.

2. Tuhan meremukkan hatinya.

Pengalaman Yusuf dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya itu adalah pengalaman yang sangat menyakitkan, dan meremukkan hatinya. Hal ini dapat dimengerti karena ia dari sejak masih kanak-kanak bergaul akrab dengan sebelas saudara-saudaranya itu; mereka adalah orang-orang yang dianggapnya paling dekat dengannya, paling disayanginya dan juga menyayanginya, sehingga ia sangat percaya kepada saudara-saudaranya itu. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada dalam hati dan yang dialami diceritakannya kepada mereka tanpa ada yang dirahasiakannya, termasuk pengalamannya mendapat firman TUHAN. Tetapi ketika pada kenyataannya ia diperlakukan dengan jahat, perbuatan yang mungkin akan sulit dilakukan orang lain kepadanya, telah membuat hatinya hancur, kecewa, dan remuk-redam. 

Perasaan sakit hati yang sangat mendalam yang dirasakan Yusuf adalah perasaan sakit luar biasa di dalam dadanya; Ia merasa bagaikan ulu hatinya ditusuk-tusuk dengan jarum sampai meneteskan darah yang rasa nyeri hatinya itu tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, dan rasa sakit itu menyebabkannya sulit bernafas. karena bila ia berusaha menarik nafas yang dirasakannya adalah rasa nyeri dan sakit di dalam dadanya. Perasaan sakit demikian yang harus ditanggung oleh Yusuf pada masa mudanya, ketika ia masih seorang remaja berusia tujuh belas tahun. Pengalamannya itu bagi orang lain mungkin akan membekas sangat dalam dan melukai jiwanya dan cukup untuk membuatnya tidak waras; atau paling ringan akan menjadikannya seorang pendendam yang berdarah dingin, sadis dan jahat. Tetapi pada kenyataannya hal itu tidak terjadi pada diri Yusuf, bahkan membuat dirinya menjadi seorang yang mempunyai iman yang kuat dan mempunyai kesabaran untuk lebih memahami kelemahan dan kekurangan orang lain. Dan semuanya itu menjadikannya mudah memaafkan saudara-saudaranya yang telah berbuat jahat kepadanya. 

Hal ke dua yang dikerjakan Tuhan itu menjadikannya menjadi seorang yang berkepribadian menyenangkan sehingga ia dikasihi orang-orang yang mengenalnya, diantaranya adalah Potifar, kepala penjara; juru minum dan juru roti raja;  Firaun, raja Mesir, dan juga rakyat Mesir. (Kej.39:4, 21)

Kej.39 :4 maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf.

Kej.39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.

3. Tuhan menguji kesuciannya. 

Yusuf digoda istri Potifar
Hal ke tiga yang dikerjakan TUHAN adalah menguji kesucian Yusuf. Sebagai seorang anak muda adalah bukan perkara yang mudah untuk mengendalikan diri dari dorongan seksualnya ketika seorang wanita jelita berusaha menggodanya. Maka godaan yang datang dari seorang wanita dewasa seperti istri kepala pengawal raja, seorang wanita pilihan yang mempunyai tubuh proporsional dan wajah ayu, akan mudah menggoda laki-laki muda untuk berzinah dengannya. Dari isi cerita dapat disimpulkan bahwa istri Potifar bukanlah seorang wanita baik-baik; ia adalah seorang wanita yang pintar berpura-pura, suka menggoda lawan jenisnya, dan sering berselingkuh dengan laki-laki lain dibelakang suaminya. Oleh karena itu Ia berusaha menyembunyikan rahasia perselingkuhannya dari Potifar, suaminya, yang sampai saat itu masih menganggapnya seorang istri baik-baik dan terhormat. 

Yusuf menolak istri Potifar yang mengajaknya berselingkuh, hal ini membuat wanita itu merasa tersinggung dan direndahkan harga dirinya, sehingga rasa tertarik dan kasihnya kepada Yusuf berubah menjadi benci. Tetapi bersamaan dengan itu juga timbul perasaan kuatir bila rahasia perselingkuhannya dengan banyak laki-laki terbongkar; sehingga ia berpikir Yusuf dapat membongkar rahasia perselingkuhannya, maka untuk menyelamatkan diri ia memfitnah Yusuf  yang berbuat kurang-ajar kepadanya.

Dalam hal "Kesucian" Tuhan mempunyai standar yang sempurna, yang berlaku bagi orang beriman tidak terkecuali juga bagi Yusuf. "Kesucian" yang dimaksud itu mempunyai lima kriteria, yaitu : Suci dalam hati; Suci dalam pikiran; Suci dalam perkataan; Suci dalam perbuatan; dan Suci dalam kasih; sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus kepada murid-muridNya (Mat.5:17-48).

Mat.5:17-48 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."


Suci dalam hati adalah tidak mempunyai hati ntuk membenci sesamanya, apapun alasannya sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus : "Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala."

Suci dalam pikiran adalah tidak mempunyai keinginan dan pikiran untuk mencemarkan tubuhnya sendiri sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus : "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."

Suci dalam perkataan adalah tidak berkata sia-sia dengan perkataan yang berbelit-belit, melainkan mengatakan segala sesuatu dengan sederhana dan jujur sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Janganlah sekali-kali bersumpah,....Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak."

Suci dalam perbuatan adalah tidak melawan atau membalas bila orang yang melakukan hal yang jahat kepadanya, melainkan memaafkan kesalahannya; sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."

Suci dalam kasih adalah kasih seperti yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya atau kasih Allah kepada manusia yang mengasihi tanpa membeda-bedakan, sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."

Lima kriteria ini menjadi dasar bagi orang beriman, baik  dalam hidup pribadinya dengan Tuhan, maupun dalam hidupnya berhubungan dengan orang lain. Tuhan menghendaki "Kesucian" orang beriman berakar dari dasar hatinya yang terdalam; bukan hanya kesucian untuk diperlihatkan kepada orang lain, tetapi "Kesucian" yang sesungguhnya, bukan kesucian yang penuh kemunafikan; "Kesucian" yang tidak hanya benar menurut penilaian manusia, tetapi juga benar menurut penilaian Allah.


Dalam hal ini Yusuf telah lulus dan keberadaannya di dalam penjara dalam waktu relatif lama menjadi tempat berlatih yang baik baginya. Dan keberadaannya di dalam penjara membentuknya menjadi seorang yang sabar dan matang; yang dewasa dalam berpikir; bijaksana dalam berkata-kata; dan berhikmat dalam bertindak. Dewasa dalam berpikir berarti mempunyai kemampuan dalam memikirkan segala sesuatu, dengan mempertimbangkan segala aspek; baik yang bersangkutan dengan dirinya sendiri maupun yang menyangkut orang lain; Bijaksana dalam berkata-kata berarti memikirkan terlebih dahulu akibat yang bisa ditimbulkan dari perkataan yang dinyatakannya, akibat yang negatif atau akibat yang positif; Berhikmat dalam bertindak berarti dapat memutuskan tindakan yang tepat, yang telah dipikirkan secara dewasa dan mengutarakannya dengan bijaksana, sehingga menghasilkan tindakan yang lebih banyak memberi maslahat bagi banyak orang dari pada yang mudarat. Akhirnya setelah melewati waktu kurang lebih tiga tahun di dalam penjara, TUHAN membukakan jalan dan mempertemukan Yusuf dengan raja Mesir, Firaun.

4. Tuhan menguji kesabarannya. 

Inilah hal yang paling berat karena TUHAN menguji kesabarannya dengan "Waktu" yang tidak ditentukan, tetapi yang lamanya tergantung pada kemampuan Yusuf sendiri. Semakin cepat ia ia dapat mengatasi ujian-ujian itu, semakin cepat TUHAN membebaskannya dari masa pelatihan, dan selama itu ia harus menjalani hidupnya dengan menanggung berbagai penderitaan yang datang susul-menyusul bagaikan gelombang laut ; dalam hal ini Yusuf harus mengalami berbagai pengalaman yang menyakitkan hatinya, mulai dari dijual saudara-saudaranya; difitnah berbuat kejahatan yang tidak dilakukannya; dan harus menghuni dalam penjara selama bertahun-tahun tanpa kepastian. Dan walaupun ia tidak tahu berapa lama harus menjalaninya, ia tetap beriman kepada Tuhan bahwa Ia suatu "Waktu" akan menolong dan membebaskannya . 
Yusuf sebagai pejabat Mesir

Pada mulanya Yusuf tentu  merasa sangat kecewa dan mencoba untuk berusaha mencari cara agar dapat dibebaskan dari penjara, dengan meminta tolong kepada semua orang yang kemungkinan dapat mengeluarkannya dari dalam penjara, dan diantara mereka yang dimintainya pertolongan itu adalah seorang juru minuman raja. Tetapi setelah lama ditunggu juru minuman yang telah bebas dari penjara juga telah melupakannya. Dan karena "waktu" pula akhirnya Yusuf mengerti yang harus dilakukannya pada posisi saat itu, bahwa ia harus berserah kepada TUHAN, menerima semua pelatihan itu dengan rela dan ikhlas. Menerima dengan rela berarti menerima semua pelatihan itu tanpa berusaha menghindar, menolak, atau melawan keadaan yang menyesakkan hatinya itu;  Dan menerima dengan ikhlas berarti menerima pelatihan itu dengan hati yang gembira dan suka cita, bukan terpaksa karena tidak berdaya lagi. Karena ia tidak mengandalkan kekuatan dan akalnya sendiri, melainkan hanya mengandalkan pada pertolongan TUHAN saja. Pada saat Yusuf sampai pada titik ini maka hati dan perasaannya menjadi tenang, dan ketika itu pula TUHAN  menganggapnya telah lulus dari ujian, dan berkenan membebaskannya dari dalam penjara.

"Waktu" adalah alat paling ampuh yang digunakan Tuhan untuk membentuk karakter manusia; karena dengan berjalannya waktu; pendapat, cita-cita dan keyakinan seseorang dapat berubah atau berbalik dari keyakinannya semula. Allah menghendaki seorang beriman mempunyai karakter yang kuat dan kokoh, seperti batu karang ditengah laut yang tetap teguh walau diterjang ombak dan gelombang sepanjang tahun. Tuhan membutuhkan orang-orang yang mempunyai karakter demikian untuk membangun jemaatNya (Mat.16:13-20). Karena orang beriman yang mempunyai karakter demikian yang dapat menjadi garam dan terang dunia (Mat.5:13-16).

Mat.16:13-20. Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka:"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku  dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.


Mat.5:13-16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."


5. Tuhan menguji karaternya.


Hal  terakhir yang dilakukan TUHAN terhadap Yusuf adalah menguji karakter sejati Yusuf dengan memberinya kekuasaan dan kehormatan besar, layaknya seorang raja. Dalam tahap ini Yusuf tidak jatuh dalam pencobaan, karena ia telah teruji pada empat hal sebelumnya. Dengan hal yang terakhir ini TUHAN memurnikan karakter Yusuf. Dalam pelayanan Yusuf kepada masyarakat, ia bertindak sebagai seorang pejabat Mesir yang baik, yang mau bekerja keras, bertindak jujur, adil, dan bijaksana. Ia melayani semua orang dengan kasih dan mengusahakan agar mereka semua mendapat hidup penuh sukacita, damai sejahtera, dan
Yusuf memaafkan saudara-saudaranya
aman-sentausa dalam kerajaan Firaun, tuannya.


Seorang yang sudah dibentuk TUHAN melalui empat hal di atas (sama seperti Yusuf) niscaya tidak akan pernah lagi mempunyai pikiran memperkaya diri, atau berusaha mendapatkan kehormatan bagi dirinya sendiri. Ia hanya berpikir untuk melakukan kehendak Allah dan memuliakan nama TUHAN, karena dalam hidupnya hanya memikirkan hal-hal yang menyenangkan hati Nya saja. Ia melakukan perbuatan baik tidak menganggap sebagai prestasinya sendiri, hasil kerjanya sendiri, atau perbuatan baiknya sendiri; melainkan menempatkan dirinya sebagai seorang hamba yang melakukan perintah  tuannya. Ia tidak merasa berjasa dengan semua perbuatan baik yang dilakukannya itu, karena ia melakukannya sebagai kewajiban atau keharusan; Ia melakukannya dengan wajar, sebagai perbuatan yang sudah seharusnya dilakukan oleh orang beriman. Dalam hal ini Yusuf melakukan sesuai dengan yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus dalam Injil (Luk.17:7-10). 


Luk.17:7-10 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."


Dalam hal TUHAN menguji karakter sejati seorang hamba Tuhan adalah bukan hanya sementara waktu atau dalam waktu tertentu saja, melainkan mengujinya seumur hidupnya; sampai batas akhir hidupnya, sampai ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, ketika ia harus datang memenuhi panggilan Tuhan. Jadi ia diuji sepanjang hidupnya, sejak ia diberi jabatan paling terhormat itu sampai ia mati; tetapi  ia tidak jatuh dalam dosa (
Kej.50:19-21). 

Kej.50:19-21. Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikandengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.