Minggu, 15 Juli 2012

Renungan (17):Kehidupan Orang-Orang Kudus Dalam Kerajaan Sorga

Kehidupan kekal setelah kebangkitan orang-orang mati, banyak digambarkan orang sebagai kehidupan yang nyaman, tidak perlu bekerja, semua kebutuhan sudah disediakan, makan enak; rumah bagus dan nyaman, istri-anak berkumpul dan hidup bahagia selama-lamanya. Bila gambaran kehidupan di sorga sedemikian, lalu bagaimana dengan orang tua kita dan anak-cucu-cicit serta keturunan kita apakah semua berkumpul dalam satu rumah? Lalu rumah seperti apa yang dapat menampung orang yang sebegitu banyaknya, yang mungkin bisa mencapai ratusan sampai ribuan orang. Dan bila kemudian di urut kan ke atas, kepada nenek moyang kita maka akhirnya semua menjadi satu keluarga karena semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, jadi kalau begitu dalam kehidupan disorga hanya ada satu rumah saja. Bila demikian jelas yang dimaksud bukan seperti gambaran seperti di atas, pendek kata gambaran orang itu salah. Itu hanya merupakan imajinasi manusia saja, yang tidak tahu tentang rancangan Allah yang sebenarnya. 

Di atas itu semua Tuhan Yesus Kristus telah memberikan sedikit keterangan tentang kehidupan kekal itu; dikatakannya bahwa dalam kehidupan yang akan datang itu semua manusia terlepas dari ikatan keluarga di dunia, mereka hidup seperti malaikat; mereka tidak makan dan tidak minum; mereka tidak kawin dan tidak dikawinkan; mereka tidak mengalami sakit, tidak lapar, tidak haus, tidak merasa panas, tidak merasa dingin, tidak mengalami letih, tidak mengalami lemah, tidak mengalami lesu, dan tidak mengalami perasaan-perasaan  lainnya; yang dirasakan mereka hanya perasaan sukacita damai sejahtera sepanjang hidupnya sampai kekal. Karena dalam kehidupan kekal tidak ada yang dilahirkan dan tidak ada yang mati.
Semua orang mempunyai bentuk tubuh yang sama, yaitu bentuk tubuh dewasa mereka yang sempurna. Pada saat pertama bertemu mereka dapat mengenali diri mereka sendiri dan  diri orang lain, tetapi setelah itu mereka hanya merasakan sukacita damai sejahtera dan memuliakan Allah dengan puji-pujian yang indah yang tidak pernah ada di dunia, sepanjang hidupnya sampai kekal. Jadi setiap orang yang ada di sorga semuanya berada pada keadaan yang sempurna , tidak ada anak-anak atau orang tua. Orang yang pada saat di dunia meninggal pada usia lanjut atau masih anak-anak, ketika berada dalam kehidupan kekal ada dalam bentuk tubuh dewasanya yang sempurna; dan tidak ada yang cacat; tidak ada yang buta, tidak ada yang bisu, tidak ada yang tuli, tidak ada yang buntung tangan atau kakinya, tidak ada yang botak, tidak ada yang sumbing, tidak ada yang kurus, tidak ada yang gendut, tidak ada yang tingi, tidak ada yang cebol dll, semuanya sempurna.

Mat.22:24-32 "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia." Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."

Dalam kehidupan kekal terdapat tingkatan, dimana semakin suci seseorang pada saat hidupnya di dunia maka semakin mulia keberadaannya di sorga, dalam arti semakin dekat keberadaannya dengan Tuhan Yesus.  Kristus. Dan yang paling mulia adalah mereka yang selalu bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus. Ia akan senantiasa mengikutiNya dimana saja Tuhan Yesus berada. Mereka adalah yang termasuk dalam seratus empat puluh empat ribu orang kudus yang dipilih Tuhan Yesus. Mereka adalah orang yang menyerahkan hidupnya atau nyawa bagi Tuhan.

Why. 14:1-3 Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Mat. 22:1-14  Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Tubuh yang dikenakannya adalah tubuh kemuliaan yang mempunyai massa dan  bermateri, dapat dilihat, dapat dipegang, dapat makan, dapat minum; tapi  tidak berkeringat, tidak buang air. Dapat pindah tempat dalam sekejap, dan dapat berada pada waktu/ masa yang diinginkannya, karena ia tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Dan ia dapat berpindah dari dunia alam fana ke dunia baka, atau sebaliknya sekehendak hatinya, ketika ia diutus memberitakan Injil kepada manusia di bumi dan di alam penantian/ alam barsyah pada masa sebelum hari terakhir/ kiamat..

 


Kis.1:2-5 sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."

Luk.24:30-31 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.

Luk.24:34-43 Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.

Senin, 09 Juli 2012

Renungan (16): Tentang Yang Terbesar Dalam Kerajaan Sorga


Dasar yang digunakan untuk mengukur yang terbesar dalam Kerajaan Sorga dan dalam Kerajaan Dunia sangat berbeda, sehingga orang yang masih berpikiran duniawi tidak dapat mengerti dan tidak menanggapi/ merespon firman yang didengarnya. Mereka biarpun mendengar tetap tidak mengerti, mereka seperti mendengar suara/ bunyi yang tidak ber makna. Biarpun mereka mendengar pemberitaan firman dan melihat perbuatan mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus dan murid-murid Nya, mereka tetap tidak mengerti atau sadar bahwa perbuatan itu adalah suatu tanda dari Kerajaan Sorga; bahwa orang yang dapat melakukannya bukan orang biasa tetapi adalah utusan Kerajaan Sorga dan yang perkataannya harus diperhatikan.

Kerajaan Sorga mempunyai ukurannya sendiri untuk menentukan seberapa besar kemuliaan seorang beriman yang masuk kedalamnya. Ukurannya adalah ‘Kasih’, karena kemuliaan yang akan diberikan kepadanya adalah sesuai dengan seberapa besar kasih yang dipunyai. Semakin besar kasihnya, semakin besar kemuliaan yang akan diperolehnya. Dan kasih yang terbesar adalah kasih yang rela memberikan nyawanya bagi saudara-saudaranya.

Yoh. 15:13. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Hal ini nyata dari surat rasul Paulus Kepada jemaat di Korintus, yang memberitahukan bahwa kasih itu itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Kor.13:4-7)

Orang yang sabar adalah mereka yang senantiasa mau memberi maaf pada orang yang bersalah kepadanya.

Orang yang murah hati adalah mereka yang dengan tulus mau memberikan pertolongan kepada semua orang yang membutuhkan.

Orang yang tidak pencemburu adalah mereka yang merasa senang dengan kesuksesan orang lain, walaupun dirinya sendiri kurang sukses.

Orang yang tidak memegahkan diri dan tidak sombong adalah mereka yang menerima kesuksesan dirinya dengan bersyukur, sehingga tidak lupa bahwa semua itu dikaruniakan Tuhan, bukan semata-mata karena hasil usahanya sendiri.

Orang yang tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri adalah mereka yang senantiasa ingat bahwa Tuhan menyertainya, sehingga ia selalu menjaga dirinya agar tidak melakukan perbuatan dosa tetapi selalu dapat hidup sesuai dengan kehendakNya.

Orang yang tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain adalah mereka yang mau memahami kekurangan orang lain dan menerimanya dengan ikhlas.

Orang yang tidak suka dengan ketidakadilan, tetapi karena kebenaran adalah orang yang hidup jujur sesuai dengan hati nuraninya / suara Roh Kudus.

Orang yang menutupi segala sesuatu adalah mereka yang tidak suka membesar-besarkan masalah. Masalah besar akan dibuatnya menjadi kecil, dan masalah kecil akan dibuatnya menjadi bukan masalah.

Orang yang percaya segala sesuatu adalah mereka yang percaya pada janji Tuhan.

Orang yang mengharapkan segala sesuatu adalah mereka yang mengharapkan penggenapan janji Tuhan, baik janji Nya secara umum kepada semua manusia (dalam Injil) maupun janji Nya secara pribadi kepada dirinya (berupa nubuat).

Orang yang sabar menanggung segala sesuatu adalah mereka yang terus menerus mengharap penggenapan janji Tuhan itu walaupun harus mengalami hambatan dan siksaan, baik secara batin maupun secara fisik bahkan ia juga rela bila harus menyerahkan nyawanya bagi Tuhan.

Sedangkan dasar yang digunakan oleh Kerajaan Dunia adalah ‘kekuasaan’, semakin besar ‘kekuasaan’ yang dimiliki seseorang semakin besar kemuliaan yang diperolehnya. Dengan ‘kekuasaan’ itu ia dapat bertindak tegas dan bertindak kejam (bila perlu) terhadap orang yang tidak mau mengakui kemuliaannya itu. Dalam sepanjang sejarah manusia telah nyata, akibat ‘kekuasaan’ itu banyak sekali terjadi perselisihan, pertikaian, perang dan pembunuhan manusia yang membuat alam menjadi rusak dan banyak orang menderita; sehingga kedamaian tidak pernah terjadi di dunia. Dari dahulu kala sampai sekarang dunia tidak pernah berubah; perselisihan, pertikaian, perang dan pembunuhan masih tetap terjadi, hanya bentuknya saja yang diperhalus dan dikemas dengan hukum, undang-undang dan peraturan-peraturan yang menipu dan (yang hanya) menguntungkan orang yang mempunyai ‘kekuasaan’ saja.

Minggu, 08 Juli 2012

Renungan (15) : Tentang Mata Sebagai Pelita Tubuh


Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mat.6:20-24)

Pernyataan Tuhan Yesus pada kalimat di atas merupakan suatu himbauan, nasihat, petunjuk, dan perintah kepada pendengarnya pada waktu itu dan kepada  orang yang membaca Injil pada masa dahulu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Pada kesempatan ini Ia menganjurkan agar orang memperhatikan cara pandang mereka terhadap hidupnya di dunia (yang fana) ini. Cara pandang yang benar adalah yang mengutamakan hidup  rohani, bukan mengutamakan hidup duniawi.

Ada tiga hal yang ditekankan Tuhan Yesus dalam kalimat di atas, yaitu:
1. Jangan mengumpulkan harta di dunia, melainkan di sorga saja.
2. Cara pandang manusia  menentukan apa yang akan dilakukan disepanjang hidupnya.
3. Seseorang harus memilih satu diantara Allah/ sorga atau dunia/ uang, tidak boleh kompromi.

1. Jangan mengumpulkan harta di dunia, melainkan di sorga saja.

Orang kebanyakan memikirkan segala urusan-urusan duniawi lebih penting disepanjang hidupnya dari pada memikirkan urusan rohani. Mereka sangat sibuk memikirkan kekayaan duniawi, hasrat seksual, dan nama ‘baik’; sedangkan kehidupan rohani mereka hanya mendapat perhatian sekedarnya saja, hanya menjadikannya  sebagai pelengkap hidup sehingga sudah merasa cukup apabila sudah melakukan  ibadah di gereja: ikut kebaktian, mengajar sekolah minggu, menjadi majelis atau kegiatan gereja yang lain.
Dari lahir anak-anak  oleh orang tuanya diajar untuk memikirkan hal-hal duniawi, semenjak ia masih belum bisa berbicara, ia sudah diberi pelajaran secara tidak langsung dimana ia mendengar harapan orang tuanya agar  kelak setelah ia dewasa menjadi orang terkemuka dan terhormat, sehingga dapat mengangkat  martabat orang tua, keluarga dan kelompoknya.  Hal ini disebabkan karena orang menilai kesuksesan  dengan uang, semakin banyak uang yang dapat dikumpulkannya maka seseorang dianggap semakin   sukses ; sehingga semua orang berusaha mengejar dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, agar ia mendapatkan kehormatan dan kepuasan hidup. Tetapi pada kenyataannya setelah mereka berhasil mengumpulkan uang yang banyak, mereka tidak menemukan kepuasan yang diharapkannya itu, yang timbul justru hasrat untuk mengumpulkan uang yang lebih banyak dan lebih banyak lagi. Ia tidak pernah merasa terpuaskan sampai akhir hidupnya.

Semenjak orang mengalami akhil balik atau  pubertas,  sepanjang hidupnya ia dipengaruhi oleh daya tarik seksual. Ia mau merawat dirinya, belajar dan berprestasi dalam upayanya untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenisnya. Seorang pemudi akan mulai menjaga penampilan dan perilakunya agar dapat menarik perhatian pemuda, demikian pula seorang pemuda berusaha untuk menarik perhatian pemudi-pemudi dengan penampilannya.
Setelah seseorang menjadi dewasa dan ‘mapan’ maka ia mulai membutuhkan ‘ nama baik’, yang akan membedakan dirinya dari orang lain, yang menjadi tanda bahwa ia lebih sukses dan lebih berhasil dari yang lain. Semakin sedikit yang dapat menyamai prestasinya maka ia akan menganggap dirinya lebih sukses dari orang lain. Bahkan terkadang untuk mencapainya beberapa orang diantaranya rela melakukan cara yang tidak etis .

2. Cara pandang manusia  menentukan apa yang akan dilakukan disepanjang hidupnya.

Digambarkan Nya bahwa cara pandang manusia terhadap hidup sebagai ‘mata’, sehingga seseorang yang memilih cara hidup yang benar dikatakan sebagai mempunyai ‘mata yang terang’; dan bagi orang yang demikian maka hidupnya akan menjadi terang pula dan ia akan merasa hidupnya berarti atau berguna. Tetapi seseorang yang mempunyai ‘mata yang gelap’ akan mendapati hidupnya penuh kegelapan, tidak tahu jalan hidup yang benar dan akhirnya akan merasakan hidupnya kurang/ tidak berarti atau menjadi sia-sia belaka.
Orang yang mempunyai ‘mata yang terang’ dan hidup menurutinya, niscaya akan menemukan terang itu dan menjadi ‘anak-anak terang’; karena terang itu  adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri, maka ‘anak-anak terang’ juga adalah ‘anak-anak Tuhan’.

Yoh. 12:35-36 Kata Yesus kepada mereka: “Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.” Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.

Adalah tidak benar bila seseorang yang mengaku sebagai ‘anak Tuhan’, tetapi hidup dengan menggunakan cara pandang yang duniawi, hanya berpikir untuk mengumpulkan uang dan harta dunia sepanjang hidupnya. Karena ia tidak pernah menjadi ‘anak terang’, ia sebenar-benarnya adalah anak kegelapan dan Tuhan Yesus tidak pernah mengenalnya, yang pada hari terakhir nanti akan dikumpulkan bersama anak-anak kegelapan yang lain untuk dimasukan ke dalam lubang gelap yang tidak berdasar, atau kedalam lautan api yang tidak pernah padam.

Mat.7:22-23  Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?  Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Mrk. 9:43  Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;

3. Seseorang harus memilih satu diantara Allah/ sorga atau dunia/ uang, tidak boleh kompromi.

Orang yang mempunyai ‘mata yang terang’ bisa mengambil keputusan yang tegas dan tidak kompromistis . Ia berani memilih  hidup kekurangan dan menderita, karena ia tidak hidup mengandalkan apa yang terlihat dan dapat dirasakan oleh mata dan indera yang lain, melainkan lebih menggunakan mata batin. Sebab apa yang terlihat ‘baik’ oleh indera mata terkadang  bukan merupakan yang baik di ‘mata Tuhan’, bahkan seringkali yang baik menurut pandangan ‘mata manusia’  kebalikan dari yang baik menurut pandangan ‘mata Tuhan’. Banyak hal yang dapat dijadikan contoh dalam kasus seperti ini, yang dapat kita ketahui dari perkataan Tuhan Yesus dalam Injil.

Mat. 18:21-22  Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”  Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Bila kita perhatikan perkataan Tuhan Yesus di atas jelas diluar nalar atau logika manusia. Tuhan mengajarkan agar orang mau mengampuni orang yang bersalah kepadanya tiada berkesudahan, tetapi nalar manusia berpendapat bahwa mengampuni orang yang bersalah tentu saja ada batasnya. Dan Tuhan mengajarkan agar orang  membalas perbuatan jahat yang dilakukan kepadanya dengan perbuatan baik dan bahkan harus mendoakannya, tetapi  nalar manusia mengatakan bahwa orang membalas perbuatan jahat yang dilakukan kepadanya dengan perbuatan yang setimpal adalah hal yang wajar dan dapat dibenar.

Mat. 5:38-44 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.  Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.  Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Contoh yang lain adalah ketika Tuhan Yesus mengatakan kepada murid-murid Nya bahwa mengikuti Nya harus menderita atau memikul salib Nya, menjadi murid Nya harus mau menyerahkan nyawanya bagi Nya, yang mau menjadi yang terbesar diantara murid-murid Nya harus menjadi yang terkecil dan menjadi pelayan bagi mereka.

Mat. 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Luk. 14:26-27  “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Mat. 20:26-27  Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

Dari semua yang diajarkan Tuhan Yesus di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa mengikut Tuhan tidaklah mendapatkan kenyamanan, kebaikan dan kemudahan dalam menjalani hidup di dunia yang fana ini  seperti yang sering kita dengar di gereja dan di Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR); tetapi sebaliknya Tuhan mengajarkan bahwa mengikut Dia harus rela menderita. Jelas pengajaran Nya diluar nalar dan logika manusia, tetapi hal ini justru menunjukan bahwa pikiran manusia jauh dari pikiran  Allah. Dengan demikian terbukti bahwa pengajaran Tuhan Yesus  bukan pengajaran hasil pemikiran yang manusiawi melainkan pengajaran yang illahi dari sorga.

Yoh. 8:37-38  “Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.”